Kabar duka datang dari pasangan Irish Bella dan Ammar Zoni yang kehilangan bayi kembarnya hari Minggu, 6 Oktober 2019 pada usia kehamilan 26 minggu. Sebelumnya, belum ada kabar tentang penyebab bayi ini meninggal. Namun, dokter yang menangani akhirnya telah angkat bicara. Dikatakan bahwa penyebab bayi kembar ini meninggal adalah Solusio Plasenta, dimana plasenta terlepas di dalam kandungan. Dilansir dari Alo Dokter, Solusio Plasenta ini meningkat risikonya karena ibu mengandung bayi kembar.
Dokter mengatakan bahwa pada bayi kembar ada satu plasenta dan dua tali pusat. Gangguan pada bayi kembar donor resipien ini dinamakan Twin to Twin Tranfusion Syndrome. Yuk mengenal lebih jauh kondisi medis yang cukup langka ini!
ADVERTISEMENTS
Sesuai dengan namanya, Twin to Twin Tranfusion Syndrome (TTTS) terjadi pada bayi kembar. Hal ini terjadi akibat adanya ketimpangan aliran darah
Dilansir dari Hello Sehat, TTTS adalah sebuah kondisi dimana adanya terlalu banyak koneksi darah satu arah. Hal ini menyebabkan adanya ketidakmerataan aliran darah pada dua bayi yang ada. Bayi yang menerima terlalu banyak cairan darah akan mengalami penumpukan cairan pada hati. Sedangkan satu bayi lainnya akan menerima terlalu sedikit darah yang menyebabkannya tidak berkembang dengan baik.
Bayi dengan aliran yang berlebih akan menyingkirkannya dalam bentuk urin, namun hal ini justru dapat meningkatkan cairan ketuban.
ADVERTISEMENTS
Meskipun belum diketahui secara pasti, namun ada salah satu faktor pemicu terjadinya TTTS sejak proses pembuahan
Salah satu faktor pemicu ini adalah adanya kelainan selama pembelahan sel telur setelah dibuahi. Hal ini dapat menyebabkan kelainan plasenta nantinya dan berujung pada TTTS. Dilansir dari Dokter Sehat, perkembangan kembar identik dimulai dengan pembuahan sel telur oleh sperma, lalu dalam tiga hari setelah pembuahan ini, zigot akan membelah menjadi dua embrio.
Faktor yang memengaruhi terjadinya TTTS adalah bagaimana pembagian plasenta, jenis dan jumlah pembuluh darah yang terhubung dalam plasenta, dan perubahan tekanan dalam rahim ibu.
ADVERTISEMENTS
Diagnosis dapat dilakukan oleh dokter dengan pemeriksaan rutin, namun perlu dilakukan pengujian lebih rinci untuk mengonfirmasi
Pentingnya dilakukan USG secara rutin adalah untuk mengetahui jika terjadi sesuatu pada janin, salah satunya untuk mengetahui tanda awal TTTS. Diagnosis akan diberikan jika pengujian sudah dilakukan seperti pengukuran volume cairan ketuban hingga aliran darah pada bayi. Menurut Dokter Sehat, faktor penting lainnya dalam mendiagnosis TTTS adalah keadaan disfungsi kardiovaskular pada janin sehingga diagnosis TTTS juga meliputi pemeriksaan terperinci pada jantung.
ADVERTISEMENTS
Keadaan ini ternyata sangat berbahaya, kemungkinan terburuknya hingga risiko janin yang meninggal dunia
Kejadian yang terjadi pada bayi Irish Bella merupakan risiko terburuk yang mungkin terjadi. Bahaya lain yang mungkin bisa terjadi adalah perbedaan ukuran janin, risiko gagal jantung, pembengkakan jaringan lunak, dan gagal ginjal. Pun jika bayi yang meninggal hanya satu, kemungkinan bayi lainnya untuk meninggal atau mengalami kerusakan vital juga besar. Pasalnya pembuluh darah yang menghubungkan dua janin ini melintasi satu plasenta yang sama.
ADVERTISEMENTS
Meskipun memiliki berbagai bahaya, namun keadaan ini masih bisa ditangani sejak tanda-tanda mulai terdeteksi
Jika tanda-tanda awal TTTS terlihat berkembang, calon ibu mungkin akan diirujuk ke spesialis kedokteran janin. Salah satu penanganan yang mungkin dilakukan adalah pengeringan cairan ketuban saat kantung sudah penuh. Namun jika sudah parah, dokter mungkin akan mengambil tindakan berupa sinar laser untuk menutup pembuluh. Prosedur ini dinamakan Selective Fetoscopic Laser Photocoagulation (SFLP).
Bayi kembar biasanya lebih rentan terjadi sesuatu, namun bukan berarti mereka tak bisa lahir dengan sehat. Untuk mendeteksi adanya hal yang tak diinginkan maka sangat penting dilakukan pemeriksaan kehamilan dan USG secara rutin agar tidak ada keterlambatan penanganan.