Dikaruniai buah hati merupakan momen bahagia yang dirasakan setiap orang tua. Apalagi bagi mereka yang telah menunggu bertahun-tahun lamanya sampai akhirnya sang bayi lahir ke dunia. Namun, kadangkala di tengah fokusnya Moms menjalani peran tersebut, ada saja komentar yang membuat hati jadi “panas” dan berakhir menyalahkan diri sendiri.
Terkadang secara tak sadar beberapa orang mengeluarkan ucapan yang menyakiti hati anak bahkan Moms-nya secara langsung. Meski kerap dibalut dengan nada bercanda, pernyataan yang dilontarkan nyatanya sulit untuk keluar dari pikiran.
Ketika keluarga atau kerabat dekat bertemu, lantas tanpa disadari terucap kalimat “Anaknya hitam ya, nggak kayak mamanya,” atau “Umurnya sudah berapa kok keliatannya kurus banget, kasih makan yang banyak dong”, “Masih merambat ya? Anakku 11 bulan sudah bisa jalan waktu itu,”
Kalimat tersebut nyatanya bukan hal asing, tetapi harus distop sebab masuk ke ranah baby shaming alias bullying berisi sindiran negatif terkait kondisi bayi. Nah berikut ini Hipwee YoungMom punya tips bagaimana menghadapi baby shaming secara elegan!
ADVERTISEMENTS
1. Bersikap bodo amat bukan suatu hal yang salah pada momen seperti ini. Apalagi jika ucapannya tak sesuai dengan kondisi si kecil
Menutup telinga dan berusaha untuk tak merespon adalah langkah awal untuk mengatasi hal ini. Menahan diri memang bukanlah hal yang mudah, tetapi ketika Moms memilih diam sementara orang tersebut tetap berceloteh, maka pada akhirnya dia akan berhenti karena lelah.
Lontaran kalimat seperti “Anaknya bau tangan nggak bisa dilepasin, manja”, lantas apa hal tersebut jadi masalah? Lagi pula anggapan bahwa bayi bau tangan karena terlalu sering digendong hanyalah mitos belaka. Orang tua justru dianjurkan untuk menggendong bayi sesering mungkin, terlebih ketika si kecil sedang rewel atau merasa kurang nyaman. Sentuhan fisik nyatanya mampu memberi stimulus yang baik bagi tumbuh kembang sang anak.
ADVERTISEMENTS
2. Jika mereka mulai membandingkan kondisi anak dengan yang lain, maka keluarkan jurus jitu “Tumbuh kembang anak saya bukan sebuah kompetisi, dia akan hebat di waktunya nanti”
Katakan pada keluarga, rekan atau seseorang yang komentar di media sosial soal perasaan keberatan. Jika sikap diammu justru diabaikan, pernyataan secara langsung bisa sedikit menenangkan. Sebagai contoh orang tua biasanya akan cemas jika berat badan anak kurus tak seperti anak lainnya. Namun, jangan justru dibandingkan, apalagi untuk usia 1-3 tahun yang kenaikkannya bisa cuma 2-3 kg dalam setahun. Ingatlah, bahwa setiap anak memiliki laju pertumbuhan yang berbeda-beda.
ADVERTISEMENTS
3. Jangan salahkan diri sendiri jika hal tersebut menimpa buah hati. Percayalah bahwa Moms adalah orang tua terbaik yang tahu dan paling memahami si kecil
Jika komentar negatif kamu dapatkan, jangan coba untuk menyalhkan diri sendiri atau merasa telah menjadi ibu yang buruk. Sandarkan diri sepenuhnya pada pasangan dan keluarga. Percayalah jika semua akan baik-baik saja. Tak ada yang salah kecuali mereka yang melontarkan komentar buruk tanpa pikir panjang.
Tanamkan pada diri sendiri jika hanya Moms, Dads dan baby yang paham betul tentang kondisi yang sebenarnya terjadi. Tak perlu membuktikan kepada baby shamer, karena hanya membuang waktu dan malah memperpanjang diskusi yang tak sehat ini.
ADVERTISEMENTS
4. Bersyukur untuk menerima kenyataan. Terlepas dari semua komentar miring, tumbuh kembang si kecil tetap jadi prioritas utama. Jadi fokus saja ke sana, Moms
Selain tak menyalahkan diri sendiri, Moms juga perlu meningkatkan fokus dan kedekatan dengan sang buah hati. Ingatlah masa-masa bahagia saat mengandungnya, mendengar tangisan pertama kali usai persalinan. Komentar negatif tak ada apa-apanya dengan perjuangan Moms selama ini. Fokus dan hiraukan pandangan orang lain jadi hal tepat yang bisa dilakukan. Mulai untuk menerima buah hati sepenuhnya, sebab tak ada manusia yang terlahir sempurna bukan?
ADVERTISEMENTS
5. Jika baby shaming terjadi di media daring, maka batasi penggunannya supaya hidup lebih tenang. Jaga diri Moms untuk tak melakukan hal yang sama ke orang lain, ya
Bisa dijadikan pilihan terakhir, terutama untuk Moms yang seringkali dapat komentar baby shaming di media sosial. Batasi penggunanya bahkan kenali siapa saja orang yang kerap kali melontarkan kalimat negatif.
Memang kita tak punya kuasa untuk menghentikan jari mereka, tapi masih ada kontrol yang bisa kita pegang, seperti pembatasan komentar di Instagram, akun yang boleh mengikuti hingga Moms berhak untuk memblokir siapapun yang membawa suasana negatif.
Paling terpenting, Moms harus bisa menjaga diri untuk tak melakukan yang sama. Sebab jika dengan mudahnya melontarkan bullying kepada bayi, maka sudah menggambarkan seseorang yang kurang empati dan arogan karena merasa dirinya selalu lebih baik dari orang lain.
Nah, itulah deretan hal yang bisa dipraktikkan saat si kecil mengalami baby shaming. Jadilah pribadi yang peka dengan perasaan Moms yang lain, ya. Karena sejatinya, kita tak pernah tahu hal apa saja yang sudah diusahakan orang tua sang bayi untuk perkembangan anak. Jadi sebisa mungkin selalu bijak dalam berkomentar. Semangat!