Bagi sebagian pasangan, memiliki buah hati adalah hal yang sangat didambakan. Tapi, hal ini tak selalu selancar yang mungkin kamu bayangkan. Sehingga sebagian perlu usaha yang lebih agar keinginan dapat diwujudkan. Salah satu alternatif yang sering dipilih untuk mengusahakan punya momongan adalah program bayi tabung. Program ini adalah sebuah cara untuk mempertemukan sel telur dan sel sperma di luar bagian tubuh sebelum pada akhirnya dimasukkan kembali ke rahim wanita.
Meskipun banyak yang berhasil, program ini juga memiliki kemungkinan yang cukup besar untuk gagal tergantung oleh beberapa faktor termasuk usia. Jika kamu penasaran apa saja prosesnya, simak yuk penjelasan Hipwee Young Mom berikut ini!
ADVERTISEMENTS
1. Sebelum dilakukan tindakan untuk proses bayi tabung, perlu dilakukan pemeriksaan kepada calon ibu
Pemeriksaan calon ibu ini meliputi pemeriksaan kadar esterogen di dalam darah. Menurut The Asian Parents, hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa ovarium atau indung telur berada dalam keadaan tidur. Pemeriksaan yang lain juga meliputi USG transvaginal untuk mengetahui ukuran indung telur dan adanya kista ovarium. Jika diketahui keberadaannya, maka kista tersebut harus diangkat terlebih dahulu.
ADVERTISEMENTS
2. Untuk menghasilkan sel telur yang banyak, dilakukan simulasi ovarium dengan menyuntikkan hormon
Sel telur yang berjumlah banyak memperbesar kemungkinan untuk terjadi kehamilan pada ibu. Stimulasi dilakukan dengan menyuntikkan hormon GnRHa dan gonadotrophins untuk meningkatkan jumlah ini. Obat ini harus disuntikkan sebanyak 1 sampai 4 kali sehari kurang lebih selama seminggu atau sampai sepuluh hari yang dapat dilakukan sendiri oleh pasien. Selama proses tersebut, calon ibu akan dipantau melalui USG dan juga tes darah untuk mengecek perkembangannya serta dapat diketahui kadar hormonnya.
ADVERTISEMENTS
3. Sebelum benar-benar siap, sel telur akan dimatangkan kembali dengan sebuah suntikan lagi
Selain suntikan hormon di atas, suntikan lain yang dilakukan adalah human chorionic gonadotropin (hCG) untuk mematangkan sel telur sebelum akhirnya diambil dan dipisahkan ke rahim calon ibu. Tak seperti proses sebelumnya, suntikan ini hanya dilakukan sekali dan harus di waktu yang tepat karena jika dilakukan terlalu dini bisa jadi menyebabkan telur yang kurang matang, sedangkan jika dilakukan terlalu lama, telur tidak bisa berbuah dengan baik. Waktu yang tepat ini bisa dilihat dengan USG.
ADVERTISEMENTS
4. Proses selanjutnya adalah proses pengambilan sel telur yang dilakukan dengan sebuah jarum
Pengambilan sel telur ini dilakukan setelah 34 sampai 36 jam setelah suntik hCG. Walaupun menggunakan jarum khusus untuk menghisap folikel dalam ovarium di dalam indung telur, calon ibu tidak akan kesakitan karena dibius terlebih dahulu. Sel oosit yang diambil hanya satu buah dari setiap folikel di ovarium. Sel oosit ini akan dibuahi di laboratorium embriologi.
ADVERTISEMENTS
5. Setelah segala proses yang ada, akhirnya sel telur akan bertemu dengan sel sperma dalam sebuah cawan
Setelah sel telur diambil, sel telur yang terbaik akan dipertemukan dengan sel sperma yang juga terbaik, bisa dari suami atau dari pedonor. Dua sel ini akan dipertemukan dalam di sebuah cawan dan prosesnya hanya mampu dilihat melalui miskroskop. Pembuahan diharapkan terjadi setelah 12-24 jam. Jika suami memiliki masalah tertentu seperti tidak subur atau kualitas sperma rendah, maka perlu dilakukan teknik intra-cytoplasmic sperm injection (ICSI) .
ADVERTISEMENTS
6. Jika pembuahan sudah terjadi, embrio akan dipindahkan ke rahim calon ibu dengan cara memasukkannya
Sel telur dan sel sperma yang sudah bertemu harus disimpan di wadah khusus selama 3 sampai 5 hari. Jika sudah menjadi embrio blastosit, inilah waktu yang tepat untuk memindahkannya ke rahim calon ibu. Untuk menyiapkan dinding rahim, calon ibu akan diberikan suntikan berupa hormon progesteron. Pemindahan dilakukan dengan tabung tipis berisi embrio ke rahim calon ibu. Jika ternyata sel yang berhasil dibuahi banyak, embrio tersebut bisa disimpan dengan cara dibekukan.
Jika semua proses sudah dilewati, calon ibu perlu menunggu kurang lebih dua minggu untuk memastikan dirinya benar-benar hamil. Saat sudah melakukan tes kehamilan dan sudah resmi positif, maka kamu tetap perlu secara rutin melakukan USG dan mengecekkan kandungan ke dokter untuk mencegah risiko yang mungkin terjadi. Semoga artikel ini bisa memberi pencerahan, ya!