Tak pernah terlintas sedikit pun dalam benak saya bahwa dalam satu momen hidup, bakal mengalami momen karantina, WFH atau di rumah aja gara-gara sebuah serangan pandemi. Sebagai seorang ibu pekerja, imbasnya cukup banyak dan terasa. Salah satunya ya kantor saya meminta karyawannya bekerja dari rumah atau WFH serta daycare anak saya menerapkan ‘belajar dari rumah’ dulu. Artinya, saya dan anak saya bakal umpek-umpekan 24 jam penuh bersama. Hmmmm.
Bukannya nggak sayang ya, tapi Buibu bisa bayangin nggak kalau kerjaan kantor, urusan rumah sama momong anak keaduk-aduk jadi satu? Haha!
Bukannya mau mengeluh, tapi sebagai seorang ibu-ibu biasa, saya beberapa kali merasa sangat sangat kewalahan. Belum lagi biaya rumah tangga yang tiba-tiba jadi menggelembung, lebih boros dari biasanya. Setelah saya telaah dan merangkum dari curhatan teman-teman saya kanan kiri, ada 5 hal yang menurut saya jadi alasan utama kenapa ibu-ibu jadi ekstra kelelahan dan lebih boros selama pandemi corona. Simak deh, ada nggak yang senasib sama saya (dan teman-teman saya)?
ADVERTISEMENTS
1. Salah satu penyebab utama boros adalah saya jadi cenderung belanja lebih banyak saat berada di supermarket dan juga mau nggak mau jadi sedikit masa bodoh sama harganya. Mana yang tersedia, sikat aja dulu :'(
Kelangkaan sejumlah barang dan susahnya keluar rumah membuat saya jadi suka nggak suka membeli lebih banyak stok keperluan keluarga. Bukannya mau menimbun barang lo ya. Tapi belanja 2 kali lipat lebih banyak dari biasanya ternyata cukup berpengaruh pada perekonomian rumah tangga.Alasannya, susah banget keluar di musim kayak gini dan begitu ada kesempatan ya sekalian aja apa-apa dibeli. Lah daripada bolak balik keluar rumah? Belum lagi ada sejumlah brand produk yang kosong, sehingga kian menyempitkan pilihan. Akhirnya, pilih-pilih jadi sedikit terbatas sehingga harga jadi nggak begitu diperhatikan. Pokoknya beli dulu, karena merasa ini kondisi darurat dan saya sedang ‘melakukan mitigasi bencana’. Kadang saking capeknya pun nekat aja pesen makan online (dan bikin makin boros!). Lah gimana, daripada pingsan kecapekan~
Belum lagi ongkos listrik yang tiba-tiba naik nyaris 100% karena semua orang 24 jam di rumah terus. Cucian lebih banyak, AC atau kipas angin sepanjang hari nyala, TV kerja keras juga… pokoknya semua elektronik tiba-tiba berfungsi penuh saat semuanya di rumah aja. Imbasnya? Tagihan listrik naik dong~
ADVERTISEMENTS
2. Capeknya jadi makin nggak ketulungan, karena saya jadi 100% harus di rumah. Artinya, siap-siap masak seharian, beres-beres rumah yang kayak kancah perang dan juga ngurus cucian yang makin buanyak
Susah jajan membuat saya jadi harus ekstra kreatif masak di rumah. Mulai dari masak wajib (2-3 kali sehari) sampai eksperimen ngolah jajanan yang dikangenin di luar sana. Punya anak-anak dijamin bakal lebih capek lagi, karena harus selalu masak makanan bergizi dan juga mendampinginya makan 3 kali sehari. Belum lagi karena di rumah, jadi makin terasa deh kerjaan rumah kayak nggak selesai-selesai. Kepikiran mau nyapu terus, nyuci piring segunung, jemur pakaian dan sebagainya. Cucian piring dan baju jadi membludak nih karena semua orang rumah nggak kemana-mana!
ADVERTISEMENTS
3. Biasanya, waktu me time saya adalah di kantor. Di kantor saya bisa rileks, rehat nggak mikirin anak dulu dan urusan rumah. Kalau WFH begini, mau mandi aja nggak tenang karena ada aja yang neriakin dari pintu kamar mandi~
Bukan cuma WFH, gara-gara corona, sekolah dan daycare anak-anak juga semua kena imbasnya. Bayangkeun, sudah harus mikirin urusan kantor dan meeting HangOut, pun saya harus memikirkan keberlanjutan pendidikan anak saya di rumah, menghiburnya dan menyediakan semua yang dia butuhkan. Jungkir balik deh, sambil ngaduk-ngaduk masakan di kompor, anak tiba-tiba minta alat tulis dan buku gambar yang entah nyelip di mana. Belum lagi, saya juga harus memastikan screentime-nya nggak berlebihan yang sungguh ternyata sulit sekali. Anak saya mau nggak mau jadi lebih banyak lihat tablet dan TV. Kalau saya terlalu idealis, saya bisa gila juga. Ada yang senasib nggak nih, anaknya jadi tiba-tiba hapal semua acara kartun di Youtube?
Teman-teman saya yang stay at home mom juga mengaku jadi makin lelah selama masa pandemi, karena benar-benar harus umpek-umpekan di rumah aja 24/7, dan nggak bisa refreshing ke mana-mana. Nggak bisa kencan sama suami dan anak, nggak bisa pula belanja dengan santai. Padahal biasanya bisa sesekali pergi keluar rumah untuk menghabiskan waktu pribadi.
Jadi, me time? Ya terpaksa diikhlaskan dulu. Padahal me time itu penting banget lo untuk mereduksi stres…
ADVERTISEMENTS
4. Ternyata, melakukan ekstra kebersihan nggak hanya melelahkan buat badan, tapi juga buat pikiran
Soal ini nggak perlu saya jelaskan lagi kan ya. Selama masa pandemi, sekarang apa-apa dibersihkan semua. Mau belanja pun kayak mau ke medan perang, serba was-was dan pulangnya harus buru-buru mandi dan kumur-kumur. Ya biasanya saya juga bersih-bersih rumah dan belanjaan, tapi ini PR-nya jadi nambah 2-3 kali lipat karena belanjaan kayak sabun mandi dan sikat gigi aja juga harus disemprot dan dilap disinfektan dulu. Lebay sih memang, tapi daripada jadi makin kepikiran. Belum lagi jiwa OCD jadi makin menjadi-jadi. Siapa di sini yang jadi tiba-tiba suka bersih kenop pintu, saklar lampu sampai nyuci-nyuci kunci rumah bahkan duit? Huhu.
Lelah, tapi apa boleh buat karena yang dijaga bukan diri sendiri saja tapi seisi rumah. Berbagai macam pikiran buruk kadang menghantui dan tanpa sadar bikin saya jadi susah tidur. Tapi untungnya, suami saya suportif banget dan nggak bilang saya lebay. Huhu. Kerja di bidang media kadang membuat saya nggak bisa rehat dari media sosial apalagi tutup mata sama berita-berita di luar sana.
ADVERTISEMENTS
5. Karena bosan dan ide-ide kreatif bermunculan, tiba-tiba saja lapak online shop atau e-commerce jadi makin terlihat menggiurkan. Karena nggak bisa keluar rumah,malah jadi suka eksperimen di dapur deh~
Sudah jelas kan ya, karena butuh beli bahan ini itu, pengeluaran cenderung jadi ekstra boros! Belum lagi kalau ternyata kamu merasa harus beli-beli kebutuhan pribadi for the sake of ngebuang stres. Saya sih masih bisa menahan diri, tapi saya tahu ada beberapa teman saya yang mendadak jadi suka berkebun dan jadi instan chef selama pandemi corona. Ujung-ujungnya? Jadi makin boros deh~
Ada segunung perasaan campur aduk yang saya alami selama masa pandemi ini. Tapi sekali lagi, ini bukan berarti saya bersyukur kok. Saya justru bersyukur sekali, karena saya bisa aman di rumah saja. Sekalipun capek dan bosan, saya tahu banyak saudara-saudara kita di luar sana yang berharap bisa di rumah saja, umpek-umpekan sama keluarga tapi nggak bisa. Hikmahnya, anak saya BB-nya jadi naik drastis karena asupan gizinya makin terjaga, pun saya dan suami jadi makin jago berbagi tugas domestik rumah tangga. Kapan lagi kan bisa kumpul bareng-bareng gini 24 jam? Sekalipun kadang stres karena ruang pribadi sudah nyaris nggak ada, saya anggap ini sebagai pengalaman yang mungkin susah terulang lagi (dan semoga nggak terulang lagi!).
Untuk kamu, para ibu bekerja maupun ibu rumah tangga yang di rumah aja, wajar banget kok merasa capek, bingung, stres dan overwhelmed selama masa pandemi ini. Nggak dosa juga kok mengakui semua itu, karena kita semua manusia biasa, bisa lelah dan memiliki perasaan. Semua perasaanmu layak divalidasi, jadi kalau ada teman dekatmu yang cerita betapa lelahnya mereka di rumah jangan serta merta dikuliahi apalagi dihakimi nggak bersyukur ya. Namun satu hal yang perlu kamu tahu, kamu nggak sendirian. Peluk jauh untuk semua mama-mama hebat di luar sana yang tetap bisa menebar energi positif dan membawa senyum cerah keluarga dalam kondisi begini. You are awesome! Kalau ada yang mau berbagi suka duka jadi emak-emak selama masa pandemi, yuk cerita di kolom komentar sekarang juga!