Setiap keluarga, khususnya anak-anak tentu punya permasalahannya sendiri. Dari mulai masalah yang receh hingga serius, para orang tua hendaknya nggak mudah panik bahkan memarahi si anak seketika itu juga. Faktanya, ada banyak sekali cara yang bisa dilakukan seperti mengajak anak berbicara atau berdiskusi terlebih dahulu dengan pasangan, atau orang tua jika dirasa memang butuh. Namun sayang, belakangan ini marak fenomena orang tua yang ‘tega’ membagikan permasalahan anaknya ke media sosial dengan tujuan tertentu seperti memperoleh simpati. Duh, ini sih kurang bijak banget, ya!
Hipwee Young Mom pun akan menjelaskan padamu sederet alasan kenapa sebaiknya para orang tua nggak perlu membagikan berbagai permasalahan anak ke media sosial. Pahami lebih dalam, yuk!
ADVERTISEMENTS
Permasalahan anak merupakan permasalahan orang tuanya, bukan khalayak ramai yang notabene sama sekali nggak dikenal
Menurut Alzena Masykouri, Psikolog RS Asri Jakarta, menegaskan bahwa siapapun nggak berhak membagikan permasalahan keluarganya di media sosial. Masalah apapun sebaiknya langsung diselesaikan tanpa ada perantara daring atau meminta pendapat warganet di media sosial.
Para orang tua pun diharapkan nggak memiliki perilaku impulsif di mana nggak berpikir panjang saat akan melakukan sesuatu. Sama halnya dengan membagikan permasalahan anak di media sosial, di mana ini bisa jadi bumerang antara orang tua dan anak, karena terlalu banyak campur tangan dari orang lain.
ADVERTISEMENTS
Jika permasalahan yang dibagikan berkaitan dengan kondisi kesehatan anak, ada tindakan yang lebih penting untuk dilakukan yakni berkonsultasi dengan dokter!
Banyak sekali fenomena para orang tua yang sengaja membagikan kondisi kesehatan anaknya seperti saat tiba-tiba demam tinggi, kejang hingga mengeluarkan darah tapi hanya membagikannya di medsos tanpa tindakan apapun. Hal ini tentu kurang bijak dilakukan mengingat para orang tua harusnya pro aktif untuk membawa si anak ke dokter untuk berkonsultasi. Risiko terburuk jika terlalu fokus ke media sosial pun banyak sekali, seperti kondisi anak yang semakin parah bahkan nggak tertolong.
ADVERTISEMENTS
Anak bukan obyek yang layak untuk monetisasi, apapun alasannya!
Mungkin beberapa orang tua rela ‘mengorbankan’ permasalahan anaknya untuk menjadi konsumsi publik, misalnya saja permasalahannya ketika mendapat nilai buruk di sekolah, anak yang tiba-tiba mogok makan atau sikapnya yang berubah menjadi pemarah terhadap orang tuanya. Padahal, hal ini sama sekali nggak benar apalagi jika tujuannya untuk mendulang sensasi dan simpati.
“Sebagian post memang mungkin nggak menimbulkan bahaya, tetapi hal lainnya, yang menyangkut detail personal anak, bisa membuat mereka menjadi sasaran kejahatan. Untuk itulah, literasi media sangat penting untuk dipelajari, tidak hanya oleh anak-anak yang dikhawatirkan orang tua akan damapak buruk internet, melainkan juga untuk para orang tua yang hobi mempublikasikan detail personal anak”
Mary Alvord, PhD, psikolog dari Rockville, Maryland – American Psychological Association
ADVERTISEMENTS
Jika ada permasalahan yang melanda anak, di sini justru bisa menjadi kesempatan para orang tua untuk lebih dekat dan membangun komukasi positif antar anggota keluarga
Kadang tanpa disadari, para orang tua melupakan esensi penting dalam hubungan antara ibu, ayah dan anak-anak, yakni komunikasi. Nggak hanya di hari-hari biasa, hal ini tentu dibutuhkan saat anak sedang dilanda masalah, bukannya malah ‘meminta’ pendapat warganet tentang solusi yang diharapkan. Ibarat tantangan, di sini para orang tua dituntut untuk mampu membangun komunikasi yang baik dengan anak, agar mereka lebih terbuka dan mempercayai orang tuanya di masa depan.
Yuk, mulai bijak lagi menggunakan media sosial, bukan hanya gemar mempublikasikan permasalahan serta detail personal anak hanya demi meraup simpati!