Sebelum dan sesudah menjadi ibu, mungkin Moms banyak belajar dan mengenal teori parenting atau pola asuh anak. Saking banyaknya, bahkan mungkin Moms sudah pilah-pilih mana yang kiranya mudah diterapkan dan sesuai dengan lingkungan keluarga. Namun, ternyata pada praktiknya tetap nggak bisa berjalan sesuai dengan teori yang dipelajari. Apakah Moms mengalami hal ini juga?
Jangan khawatir ya Moms, seperti yang kita tahu kadang teori memang lebih mudah dari praktiknya. Jadi kalau ada teori parenting yang nggak sejalan dengan realita yang Moms hadapi itu hal yang sangat wajar. Moms nggak boleh berkecil hati apalagi merasa gagal jika apa yang sudah dipelajari dan terapkan tapi hasilnya nggak sesuai harapan. Nah, teori parenting seperti apa saja sih yang biasanya nggak sesuai dengan realita yang Moms hadapi? Lalu sikap seperti apa yang bisa Moms ambil? Yuk, simak informasi berikut!
ADVERTISEMENTS
1. Katanya semarah apa pun jangan sampai membentak anak. Namun, realitanya kadang sebagai ibu sering kelepasan kalau marah saat menghadapi tingkah ‘ajaib’ anak~
Sebagai orang dewasa sekaligus ibu, pasti paham kalau marah sampai membentak bukanlah solusi dari masalah. Apalagi yang dibentak anak kecil yang belum paham dengan maksud dari setiap emosi yang orang lain rasakan. Makanya, banyak teori parenting yang mengajarkan supaya jangan pernah membentak anak. Nyatanya, nggak semudah itu mengelolah amarah saat menghadapi anak. Apalagi saat Moms sudah kelelahan dengan urusan rumah, tapi anak rewel dan nggak bisa diajak kompromi. Akhirnya kelepasan membentak deh, setelah itu menyesal~
Nggak apa-apa, kadang Moms memang butuh memvalidasi perasaan dan emosi. Kelepasan membentak anak itu wajar kok. Moms juga sudah berusaha dengan baik, yang penting segera minta maaf pada anak ya.
ADVERTISEMENTS
2. Aturan makan yang baik itu sambil duduk, cukup 30 menit selesai, makanan gizi lengkap semua dilahap anak. Mungkin itu hanya kebetulan saja~
Drama makan anak hampir selalu menjadi persoalan setiap ibu. Padahal, mungkin Moms sudah memberi anak contoh makan yang baik, sudah mencoba berbagai resep menu kekinian yang sehat untuk anak pula. Namun, realitanya anak lebih suka makan sambil jalan-jalan naik sepeda keliling kompleks. Bahkan sering pilih-pilih makanan, mau lauknya aja, nasinya aja atau garnisnya aja. Bersyukur kalau ada yang masuk perut, kadang anak justru memilih Gerakan Tutup Mulut (GTM).
Kalau sudah GTM, lebih baik jangan dipaksakan, karena bisa membuat anak jadi rewel bahkan bisa memicu tantrum. Moms bisa memberi anak makanan berat selain nasi, misalnya anak hanya mau makan roti, maka berikan saja roti. Perhatikan juga cemilannya, usahakan kurangi cemilan yang terlalu gurih atau terlalu manis dan kurang mengenyangkan.
ADVERTISEMENTS
3. Jam tidur anak usia 3-5 tahun minimal 12 jam sehari atau 10 jam tidur malam dan 2 jam tidur siang. Tapi itu hanya teori, realitanya tergantung kemauan anak
Sebenarnya banyak sekali faktor yang membuat anak sulit tidur. Misalnya kelelahan atau sebaliknya masih menyimpan banyak energi untuk bermain, bisa juga karena kondisi lingkungan yang kurang nyaman dan kondisi kesehatan anak sendiri. Selain menolak makan, anak juga sering menolak tidur alasannya pun beragam. Hal ini sering membuat Moms emosi dan kelelahan sendiri.
Kalau sudah begini, Moms bisa mencoba mengamati kondisi anak dan pahami penyebabnya nggak mau tidur. Kalau ternyata karena kelelahan, berarti Moms bisa mengendalikan aktivitas bermain anak. Memahami keinginan anak juga penting, lo. Bisa saja anak sulit tidur karena ia sedang butuh banyak waktu untuk mengeksplorasi rasa ingin tahunya.
ADVERTISEMENTS
4. Menurut teori, anak nggak boleh makan makanan bermicin karena bisa membuatnya susah makan. Tapi Moms sering ‘kecolongan’ tentang hal ini~
Padahal di rumah Moms berusaha masak nggak pakai micin, bahkan mengganti penyedap masakan dengan kaldu jamur atau kaldu organik. Tujuannya supaya anak nggak terkontaminasi micin atau MSG. Namun, usaha Moms kadang terasa sia-sia saat anak main ke rumah tetangga atau kerabat tapi dikasih jajan bermicin. Sekali, dua kali akhirnya ketagihan terus 🙁
Meski sudah ketagihan jajan bermicin, Moms masih bisa mengendalikannya kok. Misalnya membatasi konsumsinya dan tetap berusaha memberikan anak asupan bergizi. Moms juga bisa meminta bantuan orang-orang terdekat supaya nggak memberikan jajanan tersebut terlalu sering.
ADVERTISEMENTS
5. Katanya screen time untuk anak nggak boleh lebih dari 30 menit sehari. Realitanya, anak tahan berjam-jam nonton YouTube
Bagi Moms milenial, mungkin cukup tricky untuk menerapkan teori screen time pada anak. Sebab, kehidupan Moms sendiri sudah identik dengan teknologi tertama gadget. Apalagi jika Moms sedang sibuk dan salah satu cara paling ampuh supaya anak bisa anteng adalah dengan memberinya gadget atau tontonan televisi. Kalau memang nggak bisa 30 menit sehari, nggak papa kok. Asalkan Moms juga mengajaknya bermain permainan lainnya, supaya anak tetap aktif dan nggak lupa bermain yang lainnya. Sebab, permainan anak sangat bermanfaat untuk keatifitas dan kemampuan motoriknya.
ADVERTISEMENTS
6. Jangan membohongi anak untuk membuatnya menuruti keinginan orang tua. Realitanya, Moms sering kehabisan akal untuk hal ini, hingga akhinya berbohong pada anak 🙁
Sebenarnya ini sangat penting untuk diterapkan, karena orang tua adalah role model bagi anak. Ketika orang tua berbohong, maka bisa menciderai kepercayaan anak pada orang tua dan anak juga bisa meniru perilaku tersebut. Namun, realitanya Moms sering kehabisan akal untuk membuat anak takut hingga akhirnya mau menurut. Pada akhirnya Moms memilih memberikan alasan atau penelasan yang nggak sebernarnya terjadi.
Jika hal itu terjadi, usahakan jangan membiasakannya ya Moms. Bila perlu segeralah minta maaf pada anak, supaya anak juga bisa belajar memaafkan dan tahu mana hal yang bisa ia contoh dan mana hal yang nggak perlu ia contoh.
Nah, itulah teori-teori parenting yang biasanya nggak sejalan dengan realita yang Moms hadapi. Hal tersebut cukup wajar ya, Mom. Sebab, teori parenting sebenarnya sangat kondisional tergantung kondisi masing-masing anak dan lingkungannya. Hal terpenting adalah Moms bisa memahami kondisi anak dan mengusahakan yang terbaik untuknya.