Bagi ibu hamil, khususnya di kehamilan pertamanya, sangat rentan terhadap mitos seputar kehamilan yang belum tentu benar. Salah satu yang sering banget dibicarakan adalah menebak jenis kelamin janin berdasarkan tanda-tanda tertentu. Jauh sebelum teknologi USG muncul, mitos ini sudah merebak turun-temurun di kalangan masyarakat dan hingga kini masih dipercaya oleh sebagian orang. Namanya juga mitos, nggak semua yang disebutkan itu benar adanya.
Jenis kelamin janin memang jadi sesuatu yang bikin penasaran, tapi penting buatmu untuk mengetahui mitos dan fakta yang biasanya dipakai untuk menebak-nebak jenis kelamin bayi dalam kandungan. Biar nggak salah kaprah dalam menerapkan informasi di masa kehamilan.
ADVERTISEMENTS
1. Calon ibu yang mengandung bayi perempuan konon lebih sering ngidam makanan yang manis-manis, kalau bayi laki-laki lebih suka makanan yang asam atau asin
Faktanya, nggak ada data ilmiah yang membuktikan kebenaran mitos ini. Ngidam makanan manis, asam maupun asin itu disebabkan oleh perubahan hormon yang meningkatkan sensitivitas indra perasa. Kebanyakan teori lebih mengaitkan pilihan makanan saat ngidam dengan kebutuhan nutrisi. Misalnya, saat butuh lebih banyak garam, maka calon ibu akan ngidam makanan asin. Begitu pun saat ngidam makanan manis, bisa jadi kadar gula darah ibu sedang rendah, kurang energi, kelelahan, atau kurang tidur.
ADVERTISEMENTS
2. Mengalami morning sickness alias mual-mual di pagi hari yang kebangetan pertanda bayinya perempuan
Sebuah studi menemukan bahwa ibu hamil yang mengalami morning sickness parah atau disebut dengan hiperemesis gravidarum cenderung melahirkan anak perempuan nantinya. Hormon kehamilan yang memicu morning sickness cenderung lebih tinggi pada ibu yang sedang hamil bayi perempuan. Meski begitu, kondisi ini nggak bisa dijadikan acuan penentu jenis kelamin janin yang akurat. Dan bukan nggak mungkin seseorang yang hamil bayi laki-laki juga mengalami morning sickness yang parah. Kesimpulannya, mitos ini bisa jadi benar!
ADVERTISEMENTS
3. Kalau ibunya suka dandan dan selalu terlihat cantik wajahnya, berarti anaknya perempuan. Sebaliknya, ibu yang jarang banget dandan sehingga wajahnya kuyu bakal melahirkan anak laki-laki
Ini fix mitos dan nggak ada hubungannya dengan jenis kelamin janin, ya! Kondisi kulit dan perilaku nesting atau yang erat kaitannya dengan berbenah, sifat keibuan, perubahan payudara, termasuk juga berdandan adalah akibat dari proses hormonal yang terjadi selama kehamilan. Perubahan kulit selama kehamilan memang sering muncul di wajah dan leher berupa bercak kehitaman, hal ini sering disebut melasma gravidarum dan bakal memudar hilang setelah persalinan.
Mitos lain seperti: konon ibu hamil yang jerawatan atau sering bermasalah kulitnya akan melahirkan bayi perempuan karena si bayi diduga ‘mencuri’ kecantikan ibunya, juga nggak berdasar. Sama halnya dengan kasus yang sedang Hipwee bahas ini. Jadi, jangan buru-buru percaya, ya!
ADVERTISEMENTS
4. Konon, bentuk perut mancung atau maju ke depan pertanda bayinya laki-laki. Sebaliknya, kalau perutnya melebar atau turun ke bawah, maka bayinya perempuan
Bentuk perut saat hamil dipengaruhi oleh elastisitas otot perut ibu, volume air ketuban, posisi janin, hingga usia kehamilan, bukan karena jenis kelamin janinnya. Bagi yang baru pertama kali hamil, perut akan cenderung bulat meruncing karena otot di perutnya masih kuat menopang rahim. Pada kehamilan berikutnya akan bertambah besar tapi nggak lagi runcing karena elastisitas otot perutnya sudah berkurang. Semakin banyak volume air ketuban, perut pun akan terlihat bulat dan besar.
Kemudian soal posisi janin, perut akan terlihat melebar kalau posisinya melintang. Tapi kalau posisinya memanjang, perut akan terlihat tinggi. Selain itu, makin matang usia kehamilan, kepala janin akan mengarah ke jalan lahir, sehingga perut ibu pun terlihat lebih turun.
ADVERTISEMENTS
5. Janin yang aktif bergerak dalam perut katanya berjenis kelamin laki-laki, kalau anteng-anteng saja berarti perempuan
Teori ini rupanya dibuat berdasarkan fenomena kehidupan sehari-hari di mana anak laki-laki cenderung nggak bisa diam dan anak perempuan sebagai sosok anggun yang lemah lembut. Mitos ini belum bisa dibuktikan secara ilmiah. Yang jelas, pergerakan bayi di dalam kandungan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kadar oksigen, air ketuban, respon dari luar maupun usia kehamilan. Jadi, belum tentu kalau si bayi aktif bergerak di dalam perut berarti jenis kelaminnya adalah laki-laki.
ADVERTISEMENTS
6. Katanya kalau detak jantung kurang dari 140 kali permenit, itu menjadi pertanda bahwa kamu tengah mengandung bayi laki-laki
Ini murni mitos, ya. Faktanya, nggak ada perbedaan yang signifikan antara denyut jantung bayi laki-laki dan perempuan selama awal kehamilan. Rata-rata denyut jantung untuk bayi laki-laki pada trimester pertama adalah 154,9 kali permenit (bisa lebih atau kurang 22,8 kali permenit). Dan untuk bayi perempuan adalah 151,7 kali permenit (bisa lebih atau kurang 22,7 kali permenit). Denyut jantung janin bervariasi, tergantung pada usia kehamilan dan pergerakan janin di dalam kandungan.
Dengan perkembangan teknologi yang ada saat ini, jenis kelamin janin bisa ditentukan dengan pemeriksaan ultrasonografi (USG) sejak usia kehamilan 18-20 minggu. Keakuratannya mencapai 80-90%, bergantung pada posisi janin. Ada juga cara yang lebih akurat yakni dengan pemeriksaan DNA. Pemeriksaan ini bisa menentukan jenis kelamin bayi mulai usia kehamilan sekitar 9 minggu, tapi sangat terbatas dan mahal biayanya.
Pada akhirnya, tetaplah bersyukur apa pun jenis kelamin bayimu kelak. Biarlah menjadi kejutan yang membahagiakanmu dan keluarga, ya!