“Eh, katanya pas hamil mending nggak usah ‘gitu-gitu’ dulu deh sama suami. Bahaya!”
“Lah kata siapa? Bisa aja keleus, yang penting bininya sehat sentosa!”
Saat hamil, besar kemungkinan kamu bakal sering mendapatkan banyak petuah, mitos dan berbagai wejangan yang nggak ada dasar medisnya. Nggak semua salah, tapi memang beberapa di antaranya hanya berdasarkan kebiasaan turun temurun saja dan nggak punya landasan sains. Misalnya, dilarang sama sekali berhubungan seks saat hamil.
Padahal faktanya, ibu hamil bisa-bisa saja kok berhubungan badan dengan pasangan, selama nggak ada peringatan dari dokter atas dasar kondisi medis tertentu dan tentu dengan posisi dan cara yang nggak se-hardcore biasanya ya, hehe. Nah, dalam kondisi apa saja sih sebenarnya berhubungan seks saat hamil itu baiknya ditunda dulu sampai lahiran? Yuk, sebelum takut tanpa alasan ada baiknya kamu simak baik-baik ulasan berikut ini!
ADVERTISEMENTS
1. Ibu yang hamil dengan kondisi khusus seperti misalnya placenta previa baiknya tunda dulu ya ‘ena-ena’-nya sampai masa kehamilan usai. Kenapa?
Plasenta yang letaknya terlalu rendah atau di bawah menutup sebagian atau seluruh jalan lahir disebut sebagai placenta previa. Nah, dalam kondisi ini melakukan hubungan seks bisa memicu perdarahan yang dapat membahayakan jiwa ibu dan janinnya. Jangankan berhubungan intim, tanpa itu pun seorang ibu hamil bisa mengalami pendarahan lo sehingga seks baiknya dihindari dulu atau boleh dilakukan setelah dokter melakukan pemeriksaan menyeluruh.
ADVERTISEMENTS
2. Ibu yang rawan keguguran baiknya bersabar dulu deh sampai setelah lahiran. Pasalnya, kalau dipaksa akibatnya bisa fatal!
Punya kandungan lemah, punya riwayat keguguran atau persalinan prematur baiknya menghindari hubungan seksual dulu. Kecuali dokter sudah memberi ‘lampu hijau’, demi keselamatan ibu dan janin baiknya bersabar dulu deh menunda hubungan sampai lahiran~
ADVERTISEMENTS
3. Saat sudah pecah ketuban pun baiknya sabar dulu deh sampai kelar proses persalinan dan masa nifas. Meski belum bukaan lengkap, risikonya terlalu besar!
Berhubungan intim juga dilarang ketika kamu telah mengalami pecah ketuban yang ditandai dengan adanya cairan yang rembes keluar melalui vagina. Jika hal ini terjadi maka itu menandakan perlindungan janin sudah bocor, sehingga kuman lebih mudah masuk, lalu menginfeksi janin jika memaksa tetap berhubungan badan.
ADVERTISEMENTS
4. Memiliki serviks yang terlalu pendek atau tipis ternyata juga berisiko tinggi lo kalau berhubungan badan saat kehamilan. Hati-hati!
Dilansir dari laman Kompas Health, beberapa perempuan memiliki serviks pendek atau tipis, yaitu kurang dari 2,5 cm. Penyebabnya hingga kini belum diketahui secara pasti namun yang jelas, hal ini dapat membahayakan kehamilan karena sewaktu-waktu bisa mengalami perdarahan atau keguguran. Jika di trimester kedua, tepatnya 16-20 minggu, panjang serviks kurang dari 2,5 cm, maka akan dilakukan “pengikatan” mulut rahim supaya bisa terus melangsungkan proses kehamilan.
ADVERTISEMENTS
5. Amit-amit sih ini, tapi baiknya tunda dulu keinginan bercinta kalau pasangan sedang mengidap PMS atau Penyakit Menular Seks. Bahaya buat ibu dan janin juga lo ini!
Apabila pasangan mengidap penyakit menular seksual, seperti gonore, sifilis, atau bahkan HIV/AIDS, maka hubungan seksual sangat nggak dianjurkan. Risikonya sangat tinggi lo. Pasalnya penyakit dapat menular ke ibu hingga meningkatkan risiko keguguran atau lahir prematur, serta dapat menginfeksi janin dan dikhawatirkan memicu kecacatan pertumbuhan.
Selain karena ada kondisi medis tertentu, seks bisa juga sulit terjadi saat hamil karena libido seks ibu yang terjun bebas akibat hormon yang jungkir balik. Soal ini, komunikasikanlah dengan baik bersama suami agar bisa menemukan solusinya. Toh hubungan seks nggak melulu harus intercourse kan? Lagipula, kalau suamimu pengertian harusnya hal semacam ini bisa lebih dimaklumi sih. Kalau menurut kamu gimana?