Tahukah kamu, bahwa tiap tahunnya pada tanggal 1-7 Agustus dirayakan sebagai Pekan Menyusui Dunia atau World Breastfeeding Week? Pekan yang digagas oleh World Alliance of Breastfeeding Action (WABA) ini didukung penuh oleh WHO, UNICEF dan berbagai organiasi untuk mendukung ibu menyusui, dimana pun mereka berada. Di Indonesia sendiri, Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) merupakan salah satu yayasan pendukung aksi menyusui yang menjadi anggota jaringan WABA. Nah, pada tahun 2019 ini, tema besar Pekan Menyusui Dunia yang diusung adalah ‘Empower Parents, Enable Breastfeeding’.
Harapannya, semoga kelak semakin besar kesadaran masyarakat tentang keunggulan pemberian ASI dan lebih banyak pihak yang mendukung aksi ibu menyusui, baik dari segi sarana hingga prasarana. Mulai dari perhatian keluarga terdekat sampai kebijakan tempat kerja dan pemerintahan secara keseluruhan.
Nah, kali ini, tanpa mengurangi respek pada para ibu yang terpaksa karena kondisi medis tertentu tak bisa menyusui langsung anaknya, Hipwee Young Mom ingin sedikit berbagi seputar suka duka menyusui di depan umum. Sekilas, terlihat mudah. Padahal kadang, tak semulus itu! Seperti apa sih rasanya? Simak ulasannya berikut ini ya!
1. Saat pertama kali bertekad menyusui, mungkin tak pernah terpikirkan olehmu akan ‘menyusui’ di tempat ramai. Disaksikan berpuluh pasang mata, dari yang kepo sampai yang berusaha menghindar untuk melihat
Suka nggak suka, nggak semua orang menganggap aksi menyusui itu mulia. Bagi sebagian pihak, aksi menyusui itu baiknya dilakukan sembunyi-sembunyi, jangan terbuka di depan umum. Kalau pun terpaksa, sebisa mungkin tutup dan bersikaplah seperti kamu sedang tak sedang tak menyusui. Nggak etis katanya, tiba-tiba buka BH dan menyodorkan payudara pada si kecil yang merengek minta disusui. Hmm…
Jangan ditanya rasanya, harus bawa apron alias celemek kemana-mana ‘hanya’ demi menyusui dan suatu hari apron ketinggalan pas lagi jalan-jalan di mal! Ditambah ada yang melihat dengan tatapan, “Ini busui ngapain ngemal sih, mbok di rumah aja ngurus anaknya!” Duh 🙁
2. Apakah saat menyusui itu sensasinya menyenangkan? Hmm, tidak selalu pemirsa!
Ada kalanya, menyusui jadi aksi yang butuh urat malu putus. Misalnya ya saat tiba-tiba apron menyusui tertinggal dan kain yang kamu bawa kurang memadai untuk menutupi kegiatan menyusuimu. Nggak semua akan memandang aneh, tapi tetap saja ada beberapa pasang mata yang curi-curi pandang penasaran untuk melihat! Mending kalau menyusui bayi pas lagi belum punya gigi. Bayangkan si adik bayi giginya baru tumbuh atau puting lagi super duper lecet. Ngilu-ngilu sedap!
Dan saat para ibu meringis ketika menyusui bayi, please mengerti itu bukan karena horny atau menikmati. Itu karena rasanya sakit dan pedih!
3. Sedihnya, kadang ada beberapa tatapan tak setuju dan jijik dari sesama perempuan ketika kamu harus menyusui di tempat ramai. Why, Sis, why?
Jangan kira hanya lawan jenis yang membuat rikuh saat menyusui di tempat ramai. Kadang, sesama perempuan pun bisa saja melontarkan tatapan aneh dan tak setuju saat kamu harus menyusui di muka umum. Seandainya tatapannya bisa diterjemahkan, mungkin begini bunyinya: “Buk, kenapa nggak menyingkir aja sih, kalau mau netekin anaknya? Bisa nggak sih, cari tempat lain? Nggak tahu malu ya? Dilihatin orang tuh!”
Sedih ya?
4. Inginnya sih tempat privat dan sepi, biar bisa menyusui sambil bonding. Apa daya, nggak semua tempat publik di negara kita yang menyediakan tempat semacam itu
Nggak semua tempat ramah ibu menyusui, meski kini sudah cukup banyak tempat perbelanjaan yang menyediakan ruangan pojok khusus menyusui yang cukup nyaman. Tahu nggak sih, betapa senang dan leganya ibu saat menemukan tempat yang secara sukarela menyediakan tempat bagus, bersih dan nyaman bagi para ibu menyusui duduk beristirahat sembari menyusui anaknya? We do really appreciate it!
5. Menyusui di kendaraan umum, bisa jadi tantangan luar biasa. Tempat yang sempit seperti itu menyediakan lebih banyak kesempatan berpasang mata untuk kepo sama proses menyusui. Ugh, risi!
Menatap berlebihan ibu menyusui dan berusaha keras tak menatap ibu menyusui sama-sama nggak nyaman buat para busui. Tapi ya mau gimana lagi, aksi menyusui memang dianggap belum begitu lazim dilakukan. Padahal, menyusui nggak ada niatan merangsang nafsu siapapun lo. Sedihnya, bahkan di tempat tertutup seperti rumah sendiri, aksi bejat bisa saja dilakukan hanya lantaran terpicu melihat ibu menyusui anaknya seperti yang baru-baru ini terjadi di Sumatera Selatan. Bayangkan rasanya harus menyusui sambil dempet-dempetan di bus, angkot atau kereta api?
Dan ya, para supir mobil ojol, kami pun notice sama tatapan kepo Anda lewat kaca spion saat para ibu sedang menyusui anaknya di dalam mobil!
6. Banyakan dukanya, lantas apa sukanya? Sukanya…kami para ibu bangga saat harus ‘memutus’ urat malu kami demi menyusui anak di depan umum. Anak kami yang butuh nutrisi berharga lebih penting dari rasa tak nyaman kami!
Karena tekad ibu menyusui sudah lebih kuat dari tatapan nyinyir yang bisa didapatkan di berbagai tempat ramai. Dilihatin sinis sampai kepo, sudah biasa~
7. Nggak semua orang kok, sepicik itu saat melihat ibu menyusui. Kadang ada yang dengan sukarela memberikan ruang dan waktu bagi para ibu menyusui. Tapi sedihnya, belum banyak yang begini
Terima kasih kepada kalian yang menghargai dan mendukung aksi para ibu menyusui. Kalian hebat!
Harapannya, kelak di masa depan ruang publik bisa jadi tempat yang lebih ramah busui dan aksi menyusui tak lagi salah dimengerti sebagai tindakan menjijikkan dan nggak tahu malu. Semoga juga, keluarga terdekat, kantor tempatmu bekerja sampai pemerintah lebih ramah dan suportif terhadap para busui. Kalau kamu, apa ceritamu saat harus menyusui di tempat ramai?