Siapa bilang menjadi orang tua itu mudah? Meski diharapkan untuk dapat selalu sabar dan menganyomi, terkadang orang tua pun bisa kelepasan melakukan hal-hal yang tak seharusnya. Misalnya sampai bertindak terlalu ekstrem atau emosional. Hati-hati, kalau sampai begini kamu berpotensi jadi toxic parents atau orang tua beracun!
Duh, apa nih orang tua toxic atau beracun?
Nah, baru-baru ini parenting blogger, Annisa Steviani mengupas soal ini dalam unggahan di Instagram Story-nya. Dalam unggahannya, ia memperkenalkan apa itu orang tua toxic, ciri-cirinya, hingga penanganan serta bagaimana agar kita tidak mengulangi kesalahan yang sama nantinya. Menariknya, ia pun membagikan curhatan para pengikutnya dalam unggahan tersebut. Untuk pembelajaran bersama, yuk simak bareng ulasannya berikut ini!
Disclaimer : Demi efektivitas konten, kali ini Hipwee hanya akan merangkum konten IG Story @annisast yang menjadi highlight utama tulisan kita kali ini yaitu tentang toxic parents. Selengkapnya bisa dicek di akun Instagramnya Annisa ya!
ADVERTISEMENTS
1. Awalnya Annisa menceritakan pengalaman temannya yang memiliki orang tua toxic, juga video ibu-ibu yang beberapa waktu lalu viral lantaran mendorong anaknya dari mobil. Duh, miris ya
2. Dia juga membagikan video Gary Vee yang mengatakan bahwa jika ibu atau ayah kamu menghancurkanmu, membuat kamu insecure, dan merasa kamu tidak cukup baik karena mereka juga, saatnya kamu memutus rantai tersebut
3. Memang serba salah sih, selain sudah membudaya kadang takut juga dibilang durhaka. Padahal kalau sudah sampai membuat depresi, kamu harus segera mencari jalan keluar terbaik
4. Lalu bagaimana sih idealnya menghadapi keadaan ini? Ada beberapa cara, ini idealnya tapi mungkin nggak semua bisa dilakukan begitu saja
ADVERTISEMENTS
5. Yang dilakukan sang teman yang membagi kisahnya adalah pindah. Bisa kamu lakukan juga, tapi jika memungkinkan
ADVERTISEMENTS
6. Jika memang karena keadaan kamu tidak bisa meninggalkan orang tua, mengajak mereka terapi bersama bisa dicoba
ADVERTISEMENTS
7, Jika tetap tidak bisa, alternatif selanjutnya adalah ‘berbicara’. Jika tidak mampu secara langsung, bisa melalui media lain seperti Annisa dan temannya
ADVERTISEMENTS
8. Kalau kasusnya sudah sampai kekerasan fisik, sebaiknya minta bantuan atau pendampingan. Takutnya jika tetap bersama malah berisiko cedera semakin parah
ADVERTISEMENTS
9. Jika terpaksa tidak bisa melakukan tindakan, paling tidak kamu tidak melakukan ke anakmu juga nantinya. Kan sudah tahu bagaimana rasanya
10. Di jaman yang serba teknologi ini, kamu bisa bergabung dengan support group agar nggak merasa sendirian. Bisa jadi kamu juga menemukan solusi atas masalah yang kamu hadapi
11. Dari cerita pengikutnya, kita bisa belajar bahwa sebisa mungkin jangan melabeli anak karena efek traumanya bisa terasa hingga dewasa
12. Lingkungan yang toxic dapat menyebabkan kelakuan yang juga toxic, sehingga sebaiknya berdamai dulu dengan diri sendiri dan yang terpenting jangan lupa bahagia sebelum memutuskan memiliki anak
13. Marah sih boleh saja, tapi dengan alasan yang masuk akal dan jangan melebar kemana-mana. Jika sudah terlanjur terbawa emosi, jangan gengsi untuk minta maaf terlebih dulu
Tumbuh di lingkungan yang toxic, sedikit banyak dapat memengaruhi keadaan hingga masa depan kita. Namun sepedih-pedihnya hatimu, sebaiknya jangan sampai justru balas dendam ke anak nantinya. Kalau memang sudah nggak kuat menanggung beban sakit hati sendirian, ada baiknya kamu mencari pertolongan ke psikolog atau LSM perlindungan anak yang ada di kotamu. Nggak ada salahnya juga mencari support group, agar kamu nggak merasa berjuang sendirian. Ingat, orang tua kita memang patut dimuliakan namun tak selamanya mereka sempurna karena mereka hanyalah manusia biasa. Semoga artikel ini bisa mencerahkan ya~