Proses belajar setiap anak pasti berbeda-beda ya, Moms. Ada yang cenderung lebih mudah memahami audio, ada yang lebih mudah memahami visual dan tulisan. Meski begitu, Moms harus tahu salah satu gangguan belajar yang gejalanya muncul sedari kecil, yaitu disleksia. Moms perlu banget nih, mengenal disleksia lebih dekat untuk memahami gejala dan apa saja yang terjadi pada pengidap kelainan ini.
Mengenal disleksia berarti Moms akan lebih memahami proses belajar anak. Ketika anak mengalami masalah pada pengucapan kata, memahami huruf hingga membaca, bukan berarti ia malas. Bisa jadi karena anak memiliki gangguan belajar. Untuk itu, Moms harus lebih aware nih dengan permasalahan belajar anak, salah satunya dengan mengenal disleksia lebih dekat. Nah, apa saja yang perlu Moms ketahui tentang disleksia? Berikut ulasannya!
ADVERTISEMENTS
Apa sih disleksia itu? Seperti apa gejala awalnya?
The International Dyslexia Association mengatakan bahwa disleksia adalah salah satu penyakit saraf pada anak yang terjadi sejak lahir. Hal ini ditandai ketika anak kesulitan mengenali huruf, kata, hingga kemampuan mengeja yang buruk. Akibatnya, gangguan belajar ini bisa menyebabkan masalah dalam memahami kosa kata, kalimat, membaca dan memahami isi bacaan.
Disleksia akan sulit dikenali apabila anak belum mulai belajar membaca. Tapi ada beberapa petunjuk awal yang bisa Moms sadari. Di usia prasekolah, anak dengan disleksia biasanya mengalami keterlambatan bicara, kesulitan mempelajari kata-kata baru, membentuk kata dan mengingat huruf, angka, serta warna.
ADVERTISEMENTS
Di usia sekolah, disleksia akan memunculkan gejala yang semakin jelas karena anak sudah belajar membaca
Dinukil dari Hallo Sehat, kemampuan membaca anak dengan disleksia tentu jauh lebih rendah dengan anak seusianya. Begitu pun dengan kemampuan mendengar, anak dengan disleksia mengalami kesulitan dalam memproses dan memahami apa yang mereka dengar. Sehingga seringkali mereka kesulitan menemukan kata atau kalimat yang tepat ketika menjawab pertanyaan, apalagi dengan kata-kata yang belum dikenal sebelumnya. Di usia sekolah, anak dengan disleksia akan menghabiskan waktu yang sangat lama untuk menyelesaikan tugas membaca dan menulis, bahkan cenderung menghindari kegiatan membaca.
ADVERTISEMENTS
Disleksia kerap nggak terdeteksi hingga usia remaja bahkan dewasa. Sebagian gejalanya masih sama dengan disleksia anak, namun biasanya dibarengi persoalan hubungan sosial dan pemecahan masalah
Semakin bertambah usia dan peran seseorang dalam kehidupan, memungkinkan jika disleksia baru terdeteksi di usia remaja hingga dewasa. Dilansir dari Mayo Clinic, meski punya gejala yang sama, disleksia di usia ini biasanya baru disadari ketika mengalami beberapa hambatan dalam interaksi sosial. Misalnya, kesulitan menyimpulkan cerita atau kejadian karena sulit mengingat urutan. Kesulitan mengucapkan nama atau salah-salah kata ketika berbicara.
Selain itu, disleksia pada remaja dan dewasa membuat mereka kesulitan memahami jokes. Kesulitan yang dialami ini, membuat mereka sering kali mengalami kurang percaya diri bahkan stres karena kesulitan dalam berinteraksi dan mengerjakan tugas-tugas penting.
ADVERTISEMENTS
Beberapa faktor risiko dan penyebab disleksia masih bisa dicegah, kecuali faktor genetik
Dilansir dari Health Prep, penyebab disleksia paling umum adalah ada kecacatan pada gen yang biasanya diturunkan dari keluarga. Kondisi ini bermula saat cerebrum atau bagian otak yang mengatur aktivasi berpikir, membaca dan bahasa tidak berfungsi dengan baik. Pada kondisi lainnya, disleksia juga disebabkan oleh kondisi bayi lahir prematur atau berat badan yang rendah, paparan nikotin, obat-obatan, alkohol dan infeksi selama kehamilan. Bahkan karena memang terjadi kelainan pada struktur otak yang memproses bahasa yang disebabkan trauma atau cedera.
ADVERTISEMENTS
Disleksia nggak bisa disembuhkan, tapi bisa ditangani dengan pola asuh dan cara belajar yang tepat
Diseleksia merupakan golongan penyakit yang tidak bisa diobati atau disembuhkan, namun deteksi dan penanganan sejak dini terbukti efektif meningkatkan kemampuan anak dalam membaca dan memproses bahasa. Dilansir dari Mayo Clinic, disleksia pada anak dan membutuhkan treatment dan dukungan dari orang tua. Misalnya, menggunakan metode fonik atau pengenalan suara, membiasakan kegiatan membaca bersama anak dan bekerja sama dengan guru di sekolah.
Sementara pada usia remaja dan dewasa, membangun cara belajar yang tepat adalah treatment yang utama, karena di usia ini individu sudah bisa membuat rencana belajar, mengevaluasinya kemudian mencari bantuan tentang kondisi yang dialami. Sehingga, remaja dan dewasa memang butuh dukungan keluarga dan lingkungan untuk bisa mengatasi kesulitan belajar mereka.
ADVERTISEMENTS
Disleksia tidak menghambat kecerdasan, banyak orang hebat yang juga mengidap disleksia
Dilansir dari NHS, meski mengalami kesulitan belajar, disleksia sama sekali tidak memengaruhi kecerdasan seseorang sebab, kecerdasan tidak hanya berasal dari proses belajar bahasa. Anak dengan disleksia cenderung terampil dalam proses visual dan mampu memahami objek dari sudut yang lebih banyak, sehingga memiliki minat menggambar yang besar.
Selain itu, penderita disleksia biasanya berpikir dengan cara out of the box atau punya penyelesaian masalah yang mungkin tidak terpikirkan oleh orang normal. Penderita disleksia juga punya kecerdasan spasial yang sangat baik.
Karena kecerdasan itulah, disleksia tidak menghambat penderitanya untuk berkarya dan menjadi orang hebat, asalkan diarahkan dengan tepat. Banyak arsitek dan desainer kelas dunia yang juga menderita disleksia. Richard Branson, seorang industrialis yang berhasil mendirikan perusahan pertama di usia 16 tahun dan saat ini ia sudah punya 360 perusahaan, juga menderita disleksia. Musisi terkenal, John Lennon dan beberapa artis seperti Orlando Bloom, Keira Knightley, Steven Spielberg, Keanu Reeves, Tamara Bleszynski, Deddy Corbuzier juga menderita disleksia. Meski begitu, mereka tetap mampu berkarya dengan baik.
Nah, itulah salah satu gangguan belajar pada anak yang perlu Moms tahu. Memahami disleksia lebih dalam bisa membuat Moms lebih aware pada pola belajar anak dan kesulitan apa yang mereka hadapi. Jadi sebagai orang tua bisa terus mendukung dan membersamai tumbuh kembang anak!