Nggak ada wanita yang ingin keguguran, bagaimana pun keadaannya. Keguguran bukan hanya sakit fisik, tapi juga mental. Baik wanita maupun pasangannya harus melalui masa-masa sulit untuk merelakan buah hatinya yang harus kembali ke haribaan-Nya, tanpa kompromi. Jelas nggak mudah, apalagi jika itu adalah kehamilan yang sudah dinanti-nanti.
Saat musibah ini datang, akan ada orang-orang baik yang datang dan bermaksud untuk menghibur, sementara wanita ini sedang menenangkan diri di masa-masa berdukanya. Hati-hati, mungkin maksudmu baik, tapi mengucapkan hal-hal ini ke wanita yang keguguran justru akan menyakiti hatinya lagi dan lagi. Baiknya hindari.
ADVERTISEMENTS
1. “Gimana ceritanya? Kok bisa?”
Siapa pun yang mendengar berita musibah pasti akan terkejut dan ingin tahu lebih jauh sebab musababnya. Memang, sesekali menceritakan pengalaman tentang keguguran akan menyelamatkan kehamilan lainnya, tapi ingat, sesekali. Jika pertanyaan ini dilontarkan berulang-ulang, yang ada hanya membuat wanita yang baru kehilangan anak terpaksa mengorek luka, melelahkan, dan menguras perasaan. Tidak ada yang lebih penasaran mengenai kematian sang bayi melainkan ibunya sendiri.
ADVERTISEMENTS
2. “Mungkin ada yang salah dengan kandunganmu…”
Wanita yang telah dinyatakan keguguran dan sudah ditindak oleh ahli medis tentu sudah tahu tentang seluk beluk kondisi yang dialaminya saat ini. Maka jangan pernah kamu berspekulasi dan mencoba mengira-ngira apa yang menjadi penyebab kegugurannya. Apalagi dengan pernyataan bernada negatif yang seolah-olah menyalahkan sang wanita. Niat hati ingin membantu memecahkan masalahnya, kamu justru memberikannya beban tambahan.
ADVERTISEMENTS
3. “Oo, berarti kamu……..? Harusnya kamu…”
Nggak ada yang lebih mengganggu daripada orang yang ngeyel dan sok tahu. Masih sama dengan poin sebelumnya, orang-orang seperti ini merasa dirinya paling tahu apa yang terjadi dengan sang wanita. Menyimpulkan sesuatu dengan memberi pernyataan “harusnya begini harusnya begitu” malah terkesan menunjuk dan menghakimi. Alih-alih bertingkah paling tahu tapi sama sekali nggak membantu, lebih baik diam. Empatilah bahwa kejadian serupa bisa kamu alami, sepaham apa pun kamu tentang hal itu.
ADVERTISEMENTS
4. “Kamu beruntung, masih banyak orang yang nggak bisa hamil…”
Keguguran bukan hanya berarti sedih karena ditinggalkan orang kesayangan, tapi juga bahagia karena pernah merasakan kebersamaan, meski tak sesempurna perjumpaan. Perasaan seperti ini tentu nggak bisa dibandingkan dengan kondisi apa pun. Pasti sakit rasanya ketika dibanding-bandingkan, seolah wanita ini lupa bersyukur jika pernah mengandung. Daripada membandingkan, alangkah lebih baik jika mendoakan, “Semoga kamu selalu berprasangka baik terhadap ketetapan Tuhan”.
ADVERTISEMENTS
5. “Yang sabar ya, pasti ada gantinya…”
Janin itu adalah seorang jiwa dan nggak akan bisa tergantikan. Meski terdengar sangat berempati, ucapan ini tak ubahnya seperti basa-basi belaka, sudah gitu pakai kalimat PHP pula. Setiap pasangan menikah pasti merindukan kehadiran sang buah hati, jadi ucapan yang meneguhkan semacam ini hanya dianggap meremehkan. Mungkin saking mudahnya orang yang berkomentar bisa punya anak, sampai lupa kalau mendapatkan keturunan itu bukan ujian tengah semesteran. Lebih baik doakan agar wanita dan pasangannya menjadi pribadi yang lebih kuat dari sebelumnya.
ADVERTISEMENTS
6. “Hebat, kamu kuat banget. Kalau aku yang mengalami, mungkin aku akan…”
Orang yang mengucapkan kalimat antara pujian dan hinaan ini mungkin ingin menunjukkan empati, tapi sayangnya berlebihan. Sekuat-kuatnya ditinggal bayi yang belum pernah ditemui, pasti tetap meninggalkan luka mendalam bahkan hingga trauma. Lagi-lagi, jangan gunakan perbandingan, karena perbandingan akan selalu melukai satu pihak yang dibandingkan. Daripada mengucapkan kalimat di atas, lebih baik kamu katakan, “Kamu boleh bersedih, menangis juga nggak dosa kok, tapi tetap kuat, ya!”
7. “Gimana perasaanmu sekarang?”
Menanyakan perasaan kepada orang yang baru saja ditinggalkan kesayangan adalah hal paling bodoh sepanjang masa. Meski ketika ditanya, sang wanita akan tersenyum lebar dan berkata dirinya baik-baik saja, tetap saja, perasaannya sedang rapuh, mungkin inginnya teriak kencang dan pingsan saja. Nggak perlu ditanya, orang yang paling sedih akan kematian anak tentu adalah orangtua, terlebih ibunya yang mengandung. Jadi, lebih baik cari topik lain, diam, atau sesederhana, “Turut berduka ya…”, itu sudah cukup membantu.
Sebenarnya, tidak ada penjelasan yang enak di hati dan pikiran dari seorang ibu yang kehilangan anaknya. Keguguran adalah rasa sakit terburuk yang pernah ada. Musibah ini nggak jarang membuat sang wanita selalu menyalahkan dirinya sendiri dan bersedih karena sudah membuat kecewa pasangan dan keluarganya.
Maka sebagai karib atau kerabatnya, sensitiflah dengan kebutuhannya. Kalau memang sedang tak ingin ditemui, jangan memaksanya untuk ketemu meski kita punya niat baik dan ingin membantu. Jadi, menghibur orang nggak mesti dipaksakan harus ada di sampingnya. Pun harus pilah-pilah dalam ucapan.