Melihat orang lain melangsungkan pernikahan dengan hikmat dan meriah, seringkali membuat iri dan ingin cepat-cepat menikah. Mereka cenderung hanya melihat sisi kebahagiaan dalam pesta pernikahan yang diselenggarakan sehari bahkan hingga 7 hari berturut-turut. Namun pada kenyataannya dalam berumah tangga ada beberapa fase yang harus dilalui mereka yang sudah sah menjadi suami istri.
Beberapa orang mungkin menganggap kalau dengan menikah adalah upaya untuk menyelesaikan masalah. Dengan menikah, maka permasalahan hidup akan selesai. Sayangnya semuanya nggak seperti yang dibayangkan. Pada pernikahan, terdapat beberapa fase yang harus dilalui. Pasangan suami istri nantinya akan diuji dengan beberapa fase dalam pernikahan. Setiap fase yang berhasil dilalui nantinya akan membuat rumah tangga semakin kokoh.
ADVERTISEMENTS
1.Fase bulan madu. Ini adalah fase paling manis yang membuat orang-orang pengin cepat menikah ketika melihat yang lain menikah
Pada fase bulan madu adalah masa-masa belum ada masalah yang muncul. Setiap hari hanya merasakan indahnya merasakan sebagai pasangan baru yang selau menyambut indahnya pagi dengan penuh semangat. Bangun tidur ngopi bareng sambil bercerita banyak hal.
ADVERTISEMENTS
2.Fase penyesuaian. Pada fase ini, karakter asli masing-masing pasangan akan mulai terlihat. Biasanya, fase ini berada di 1-3 tahun pernikahan
Setelah masa bulan madu hampir habis, maka akan menuju fase penyesuaian. Di sini mulai muncul tanda-tanda konflik kecil dalam berumah tangga karena karakter asli yang mungkin bertentangan dan baru terlihat di fase penyesuaian.
ADVERTISEMENTS
3.Fase pertentangan. Mulai ada benih-benih rasa nggak nyaman dengan pasangan, bahkan ada yang berujung ke perceraian
Pada fase ini, pasangan terlibat konflik yang lebih besar seperti ketidakcocokan dalam mengurus anak, masalah keuangan, dan permasalahan rumah tangga lainnya. Hal ini seringkali membuat pasangan memutuskan untuk bercerai karena merasa nggak cocok, karena merasa sudah “mentok” dan saling menyalahkan.
ADVERTISEMENTS
4.Fase pendewasaan. Masing-masing pasangan mulai saling memahami dan memikirkan bahwa ada anak yang menjadi tanggung jawab
Seiring permasalahan yang terjadi dalam rumah tangga akan membuat pasangan semakin dewasa dalam bertindak. Di fase ini mereka akan mulai memikirkan adanya anak yang harus dibesarkan. Mereka akan saling mencari solusi terbaik demi keutuhan rumah tangga.
ADVERTISEMENTS
5.Fase puber kedua. Bagi mereka yang nggak tahan terhadap godaan dan mencari pelarian seperti berselingkuh atau acuh terhadap pasangan
Fase puber kedua bisa diartikan menikmati masa “pacaran kembali” dengan pasangan sendiri karena adanya rasa cinta yang masih kuat meski sudah memiliki anak bahkan ketika anak sudah besar. Namun, bahayanya fase ini adalah ketika sudah saling bosan dengan pasangan dan cenderung mencari “selingan” untuk sekadar bersenang-senang. Ini juga menjadi fase terberat dalam berumah tangga.
ADVERTISEMENTS
6.Fase menua bersama. Fase paling membahagiakan karena sudah berhasil berjuang bersama menghadapi berbagai godaan dalam pernikahan
Menikmati masa tua bersama setelah berhasil melewati berbagai rintangan adalah sesuatu yang paling membahagiakan dalam fase pernikahan. Pada fase menua bersama, pasangan suami istri hanya menikmati kebersamaan dan mengukir banyak kenangan asam manis dalam pernikahan. Keduanya akan saling bersyukur telah mampu bertahan menghadapi segala rintangan. Ini bisa menjadi cerita menarik saat anak-anak sudah mulai dewasa.
Demikianlah fase dalam pernikahan yang wajib diketahui oleh pasangan yang ingin menikah agar lebih siap. Menikah bukan ajang perlombaan, namun lebih ke seberapa mampu menghadapi kehidupan baru setelah menikah. Semoga bermanfaat!