Bekerja atau tidak bekerja kerap menjadi dilema tersendiri bagi para istri sekaligus ibu. Tak ada yang mewajibkan, namun tak jarang pula mau tak mau dilakukan. Ada banyak alasan di balik kenapa ibu tetap bekerja, mulai dari desakan ekonomi sampai kebutuhan aktualisasi diri. Pilihan tetap bekerja setelah menikah dan berkeluarga adalah hak ibu, disertai kesepakatan bersama bersama pasangan.
Nah, saat ibu bekerja penuh waktu di luar rumah, tak jarang anak terpaksa dititipkan di daycare, kepada pengasuh atau kakek neneknya. Nggak ada yang salah, sekali lagi semua kembali ke preferensi dan kondisi masing-masing orang tua. Meski terkesan ‘ah semua juga begitu kok, yang penting semua setuju dan mendukung’, toh tak bisa dimungkiri kadang terselip sederetan rasa bersalah yang dirasakan ibu bekerja. Apa saja nih contohnya?
ADVERTISEMENTS
1. Sering ada rasa bersalah, ketika tak bisa menikmati milestone anak yang berharga. Sedih rasanya, saat kakek nenek atau pengasuhnya yang pertama kali menyaksikan langkah mantap pertama si kecil
Ada laporan si kecil sudah bisa berjalan, bicara lancar, berlari kencang…hati terasa senang dan bangga. Tapi diam-diam, ada terselip kecewa, “Kenapa bukan aku yang pertama menyaksikannya juga?”.
ADVERTISEMENTS
2. Sekuat apapun menutup telinga dan meneguhkan hati, tak jarang ada rasa tercubit juga saat ada yang berkomentar “Buat apa sih kerja ninggalin anak. Harta bisa dicari, rezeki pasti ada. Mending juga full sama anak!”. Duh, hati nyeri!
Warganet, teman (nggak dekat-dekat amat), tetangga, sampai budhe-budhe entah siapa yang nggak sengaja papasan di entah di mana kadang mungkin nggak sadar, komentarnya soal ‘lebih baik di rumah saja dan semua rezeki sudah ada yang ngatur’ itu membuat urusan hati makin runyam. Nggak sesederhana itu lo 🙁
ADVERTISEMENTS
3. Saat anak sakit, tapi kerjaan di kantor segunung banyaknya. Rasanya jadi ibu paling jahat sedunia, karena terpaksa harus menitipkan anak pada orang lain, meski kamu sudah berusaha untuk bergegas pulang
Meski sakitnya cuma batuk atau badan hangat habis imunisasi, percayalah para ibu hatinya selalu tak karuan bekerja di kantor kalau sudah begini.
ADVERTISEMENTS
4. Pulang kantor, lelah hati jiwa raga dari ujung rambut sampai ujung kaki. Senangnya hati saat disambut si kecil, namun terbelah pula dengan rasa ingin rebahan. Maafkan Mama saat menolak ajakan mainmu, ya Nak 🙁
“Maaf ya, Nak. Maafkan Mamamu ini.”
ADVERTISEMENTS
5. Kadang, ada rasa lega saat harus melangkah keluar rumah di pagi hari. Rehat sejenak dari suara tangisan rewel anak. Ada sebagian diri yang merasa bersalah, menitipkan si kecil, namun ada pula terselip rasa syukur, “Akhirnya, aku bisa istirahat juga.”
Lagi-lagi sedikit merasa bersalah. “Maaf, Mama ternyata butuh bengong doing nothing sejenak sepanjang perjalanan ke kantor dan bercanda receh pas ketemu teman-teman kerja. Maaf, Nak…” 🙁
ADVERTISEMENTS
6. Weekend harusnya jadi waktu bersama si kecil? Iya, teorinya begitu. Tapi ada weekend tertentu, ibu hanya ingin pergi bersama suami. Sudah lama rasanya nggak jalan bergandengan berdua, kayak pas pacaran lagi
“Dear suami, semoga kamu bisa mengerti.”
7. Ada sedikit rasa bersalah saat kamu merasa betah berlama-lama sebentar di kantor selepas kerjaan usai. Padahal sudah jam pulang, tapi kenapa kok selonjoran kaki sambil nonton tayangan Youtube barang 15 menit rasanya nikmat sekali?
Me time murah meriah, singkat namun berarti.
8. Momen gajian tiba…dan saatnya memanjakan diri dengan checkout produk yang sudah lama kamu incar. Oh, wait. Baru ingat kamu menjanjikan si kecil mainan yang juga jadi incarannya. Sepatunya juga sudah sempit. Nah, lo…
Duh, diam-diam rasanya merasa bersalah, kalau harus mengutamakan diri sendiri dulu.
9. Setiap hari selalu dihantui dilema. “Apakah pekerjaanku worth it?”, “Aku capek sekali, mau di rumah saja.” dan “Aman nggak sih anakku aku titip ke daycare?.”
Setiap hari selalu ada pergumulan batin. Makin kebat-kebit perasaan tiap nonton atau lihat berita, ada bayi yang terluka bahkan meninggal di tempat penitipan anak (tak berlisensi). Duh, jangan tanya rasa bersalahnya kayak gimana!
Menjadi seorang ibu adalah kontrak seumur hidup. Selalu disuruh bersyukur, tapi yuk ingat juga kamu itu manusia biasa. Kadang bisa lelah, sedih dan marah juga. Bekerja adalah pilihan sulit, tapi tak kalah mulia kok dibanding para ibu yang memilih di rumah purnawaktu.
Selama rasa sayangmu tak berkurang dan kamu yakin menitipkan si kecil di tangan yang tepat, sebenarnya kamu tak perlu berlarut-larut merasa bersalah. Selain bikin sedih dan stres berkepanjangan, juga tak ada faedahnya kan? Happy moms = happy family. Juggling mengurus rumah tangga sembari membangun karier cemerlang itu tak mudah lo! You’re doing great!
Semangat, Moms. Kamu tak sendirian!
Follow Mamin di Instagram @hipweeyoungmom atau gabung ke Support Group di Whatsapp juga yuk. Media curhat yang fun, menghadirkan konten-konten inspiratif dan terpercaya buat para moms #KarenaSemuaIbuBerhakBahagia