Menjadi ibu baru dan masuk ke dalam sebuah lingkaran bernama orang tua merupakan hal yang sudah cukup melelahkan, baik secara fisik maupun mental. Kasus baby blues akhirnya semakin meningkat setelah pandemi. Dilansir dari Euronews, karena ada bayi yang meninggal sebelumnya, pihak rumah sakit di Prancis memutuskan untuk memisahkan ibu dan bayi selama 3 hari dan diperpanjang hingga 14 hari jika ibu ternyata positif. Penantian ini ternyata cukup melelahkan dan membuat stres.
Tak hanya hal tersebut, tapi di masa pandemi yang mengharuskan orang-orang mengisolasi diri membuat ruang gerak ibu kian terbatas. Hal tersebut juga meningkatkan peluang bagi ibu untuk mengalami baby blues bahkan postpartum depression, lo. Simak penjelasannya berikut ini yuk!
ADVERTISEMENTS
Baby blues di masa-masa biasa saja mungkin sudah cukup sering ditemui, kali ini ternyata peluangnya semakin meningkat karena pandemi 🙁
Dalam kasus biasa, postpartum depression bisa ditemui satu di setiap lima ibu yang baru melahirkan. Kondisi ini biasanya bisa menyerang pikiran, emosi, hingga peran sebagai ibu itu sendiri. Dengan adanya aturan untuk jaga jarak hingga larangan keluar rumah hal ini dapat menjadi semakin buruk.
Sebuah kasus yang dilansir dari Today menceritakan kisah Sarah dan Brian yang sudah menunggu cukup lama untuk kelahiran anaknya. Sayangnya saat Brooks lahir ke dunia, teman-teman yang selama ini mendoakan dan ikut menanti kelahiran anaknya tidak dapat datang untuk sekadar melihat bayinya. Ia juga merasa depresi karena tak punya waktu untuk istirahat karena tak ada yang mengganti.
ADVERTISEMENTS
Banyak sekali faktor yang menyebabkan tingkat stres ibu hamil meningkat selama merebaknya virus corona, salah satunya harus melakukan jaga jarak
Dilansir dari The Conversation, kebijakan untuk tetap berada di rumah dan jaga jarak membuat ibu lebih sering bertemu suami dan anak yang justru membuatnya rawan terkena konflik yang mana dapat mengganggu adaptasi dengan bayi yang baru lahir. Selain itu, ibu juga tidak bisa mendapat bantuan oleh ibu atau mertua untuk menjaga sang bayi saat sekadar ditinggal untuk mandi.
Hal-hal yang dulunya dianjurkan untuk mengurangi tingkat stres pada ibu hamil juga bahkan tak bisa dilakukan. Hal tersebut meliputi bertemu dengan orang lain, sekadar jalan-jalan atau ngopi, hingga berkomunitas dengan sesama ibu.
ADVERTISEMENTS
Meski begitu, gejala yang dialami saat ibu mengalami baby blues atau postpartum depression di masa pandemi tak jauh berbeda dengan yang terjadi biasanya
Dilansir dari Today, gejala yang dialami sebenarnya sama saja yaitu meliputi menangis, merasa nervous, tidak menjadi diri sendiri, kesulitan tidur, kehilangan nafsu makan atau berhenti makan, berhenti merasa terikat dengan bayi, membuat pernyataan yang aneh, hingga mengatakan bahwa ia akan membahayakan diri sendiri atau bayinya. Jika gejala-gejala tersebut muncul selama ini, ada kemungkinan ibu mengalami depresi.
ADVERTISEMENTS
Walau nggak bisa bertatap muka secara langsung, namun tetap ada hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi hal ini
Banyak dokter dan terapis yang menyediakan layanan online selama pandemi ini. Begitu pula komunitas online yang bisa diikuti oleh ibu untuk membagikan pengalaman dan saling mendukung satu sama lain. Selain itu, keberadaan sahabat dan keluarga juga tetap dibutuhkan sehingga walau tak bisa bertemu, sebaiknya lakukan telepon atau video call untuk sekadar bertukar kabar dan memberikan semangat. Mengirim diapers dan makanan juga bisa dilakukan agar ibu merasa disayangi.
Di masa pandemi ini, banyak orang yang tersakiti secara mental, apalagi jika keadaannya sebagai ibu baru. Untuk itu, saling menjaga dan mendukung satu sama lain walau tak bisa bertemu harus selalu dilakukan. Buat mama-mama baru yang sedang merasa butuh bantuan dan dukungan, please jangan sungkan terus terang kepada suami, sahabat atau kerabat terdekat ya. Stay strong, Mama!