Punya anak di zaman sekarang ini punya tantangan yang sama sekali nggak sederhana. Nggak bisa dimungkiri, era 90-an sudah lewat dan anak-anak generasi sesudah kita nggak bisa dididik lagi dengan deretan kartun dan permainan gimbot. Mereka sekarang lebih akrab dengan dunia gadget, informasi, sosial media dan fasilitas lain yang membuat hidup mereka semakin dimanjakan.
Efek dari ‘memanjakan’ anak dengan teknologi tentunya punya sisi negatif yang tidak bisa diabaikan. Misalnya anak menjadi acuh dan kurang peka terhadap sosialnya. Nggak jarang banyak ibu-ibu yang mengeluhkan anaknya jadi apatis dengan suasana sekitar. Bahkan ketika diajak ngobrol, si anak kerap diam.
Nah bagaimana ini sebaiknya? Hal-hal apa saja yang sebaiknya orangtua tinggalkan agar si anak nggak menjadi pribadi yang apatis? Simak ulasan singkat dari Hipwee ini.
1. Anak adalah peniru yang baik. Jika orangtua terlalu sibuk dengan ponsel, si anak kemungkinan akan meniru
Ponsel adalah perangkat bermata dua. Di satu sisi memberikan banyak manfaat dengan kemampuannya untuk berkomunikasi dan bekerja. Namun di sisi lain membuat penggunanya cenderung apatis dan terpaku melulu dengan benda segi empat ini. Tak jarang mereka (orangtua) juga melakukan hal yang sama ketika berhadapan dengan ponsel. Sampai-sampai si anak merasa terabaikan dan meniru perilaku orangtuanya. Jadi, kalau anak lama-lama gemar dan nempel ketergantungan dengan ponsel, penyebab awalnya siapa buebu?
2. Anak usia dini membutuhkan sentuhan kasih sayang dari orangtua. Jika mereka jarang dipeluk, yakin nggak akan mencari ‘pelukan’ dari orang lain?
Semakin bertambahnya usia anak, biasanya orangtua mulai kehilangan kebiasaan memberikan sentuhan pelukan dengan si anak. Memang sih, nggak semua orangtua begitu. Ada pula yang masih memberikan kebiasaan cium tangan dan pamit sebelum berangkat. Tapi tahukah buebu, bahwa tiada hal yang dapat menggantikan pelukan yang mesra dan hangat dari orangtua? Bayangkan kalau kebutuhan sentuhan ini nggak dipenuhi oleh orangtuanya sendiri, bisa jadi si anak jadi ‘kurang’ sentuhan dan malah akan mencari dari orang lain. Bahaya kan?
3. Memberikan fasilitas gadget pada anak sebelum waktunya juga berpeluang menjadikan mereka pribadi yang bergantung pada ponsel
Gadget idealnya diberikan pada anak setelah anak paham betul konsekuensi dan penalarannya sudah matang. Akan lebih baik lagi kalau budaya baca anak sudah bagus, sehingga kegunaan ponsel bagi anak dapat berguna sebagai media komunikasi dan sarana kreatifitas. Namun hati-hati, kreatifitas yang dilakukan dalam ponsel bukanlah tolok ukur dari kreatifitas alamiah manusia. Kalau sudah kecanduan dan bikin anak jadi apatis? Apakah masih mau memberikan ponsel/gadget smartphone pada anak terlalu dini?
4. Terlalu sering komunikasi satu arah tanpa mendengarkan maunya si anak. Ingat, mereka bukan robot yang asal melakukan perintah
Ini nih, yang sering dilakukan oleh orangtua. Berkomunikasi satu arah seperti menyuruh, memerintah, memarahi dan me-me yang lain tanpa memberikan peluang ngomong bagi anak dapat berakibat buruk bagi anak. Anak tentunya ingin didengarkan juga oleh orangtua. Jangan karena merasa sudah jadi orangtua lantas bebas menyuruh anak sesuka hati. Justru karena mereka itu manusia dan punya hak untuk bicara dan mengutarakan pendapat, hindari melakukan komunikasi satu arah dengan mereka ya, buebu.
5. Nggak pamit dengan anak di waktu mau berangkat kerja. Mereka ‘kan perlu tahu orangtua melakukan apa
Anak cenderung merasa terabaikan ketika orangtuanya pergi tanpa memberitahukan akan kemana. Misal nih, kamu sebagai orangtua secara rutin pergi ke kantor pagi sampai sore, tapi kamu nggak pamit dulu ke anak. Kemungkinan si anak akan merasa diabaikan dan tidak dipedulikan. Berbeda ketika orangtua pamitan dulu ke anak bahwa dia akan bekerja. Anak akan merasa terlibat dalam urusan orangtua dan lebih paham sedini mungkin.
6. Membiarkan anak melihat pertengkaran kamu dengan pasangan. Ssst, disimpen dulu deh berantemnya
Beneran deh, melihat pertengkaran ibu-bapak di depan anak sendiri adalah mimpi buruk bagi mereka. Ayolah, anak itu berhak tinggal di tempat yang proper dan hangat dari keluarganya. Baik ibu dan bapaknya. Mempertontonkan pertengkaran kamu dengan pasangan di depan anak sama saja menghancurkan impiannya memiliki anak dengan kondisi kekeluargaan yang baik. Sebaiknya disimpan dulu deh.
7. Tidak memberi tanggung-jawab kecil pada anak. Melatih kedisiplinan sedari dini itu penting
Memberikan tanggung-jawab kecil pada anak sedari dini itu tidak kalah pentingnya dengan memastikan anak istirahat dengan cukup. Tak perlu tanggung jawab besar seperti berani menjaga rumah sendirian atau dipasrahi memasak. Cukup dengan menanamkan sikap kebersihan dengan barang mainan milik pribadi juga bisa dilakukan. Ajari anak untuk memperhatikan kebersihan kamar dan mencuci tangan sebelum makan merupakan hal baik untuk dilakukan.
8. Mengabaikan gizi anak. Jangan sampai deh mereka makan dan minum sekenanya asalkan kenyang
Soal gizi dan pertumbuhan anak jangan sampai dilewatkan. Anak adalah fase ajaib dimana pertumbuhan otak dan fisik sedang pesat-pesatnya. Sayang banget kalau gizi mereka hanya dibatasi dari makanan sekenanya. Misalnya asal mereka kenyang. Kamu sebagai orangtua pantas memberikan yang terbaik untuk dia. Contohnya adalah rutin memberikan makanan bergizi dan nutrisi yang baik untuk anak-anak
Nah demikianlah beberapa kebiasaan buruk orangtua yang secara nggak disadari dapat memangkas kecerdasan si kecil. Ingat, salah belajar bisa diulangi lagi kapan saja. Namun salah didik nggak bakal bisa terulang karena hanya ada satu kesempatan. Selamat menjadi orangtua yang cerdas!