Pada akhirnya, hidup mengharuskan aku untuk mengenal satu lagi lelaki terbaik selain ayah. Lelaki itu yang kemudian akan menggantikan segala tugas dan tanggung jawab ayah untuk membimbingku atas dunia dan akhirat. Lelaki itu yang akan menyandang status sebagai suamiku dan dia adalah lelaki kedua yang akan kucinta setelahmu, Ayah.
Dan masa itu seperti tidak lagi bisa ditunda. Hari ini akhirnya datang juga, hari di mana aku harus menemui ayah demi restu menuju masa depan dan hidup baru. Hari di mana aku berharap jika dia akan bisa sepertimu yang menjaga dan menyayangiku dengan tulus, tanpa pamrih.
ADVERTISEMENTS
Ayah, tugasmu hampir selesai. Kini sudah waktunya aku datang demi restu untuk jadi seorang mempelai
Waktu yang kurasa begitu cepat berlalu membuat aku sadar jika sebentar lagi tugas ayah hampir selesai. Tugas untuk membesarkan dan membimbingku akan segera berganti dengan harimu yang tak akan lagi memiliki beban karena aku. Ya, kini waktunya sudah tiba. Waktu di mana aku harus datang demi sebuah restu untuk menjalani hidup di dunia yang baru, bersama keluargaku. Aku pun datang dengan kesadaran penuh, aku sadar betul kalau langkahku tak akan jadi seringan ini untuk melaju jika bukan karena restu yang diberikan untukku.
ADVERTISEMENTS
Tak usah khawatir, lelaki itu selalu kubawa dalam doa agar dia bisa sepertimu. Menyayangi dan menjagaku dengan tulus
Kalau sampai hari ini ayah masih khawatir tentang lelaki yang akan menjadi pendamping hidupku, maka ayah tak lagi perlu merasakannya. Sebab, lelaki itu sudah selalu kubawa dalam doa agar dia bisa sepertimu, menyayangi dan menjaga aku dengan tulus.
Meski aku selalu membawanya dalam doa, tapi ayah tetap jadi juaranya. Ayahlah yang masih selalu ada urutan pertama dalam doa dan segala harap baik yang aku panjatkan. Aku selalu berharap jika setelah ini, tak akan ada rasa yang berubah di antara kita. Aku tak akan pernah bisa menukar kasih yang sudah ayah berikan dengan apapun yang lainnya.
ADVERTISEMENTS
Ucapan terima kasih memang tak akan cukup untuk membalas semua yang sudah diberikan untukku. Tapi, percayalah ada yang lebih dari itu di dalam hatiku
Sedari aku masih ada dalam kandungan ibu dan sampai saat ini, sudah ada banyak hal yang ayah berikan untuk aku. Sebab itu, aku sadar betul jika ucapan terima kasih tak akan pernah cukup untuk membalas semua yang sudah diberikan untukku. Meski begitu, percayalah jika ada sesuatu yang jauh lebih dari kata terima kasih di dalam hatiku. Hanya saja aku tak sanggup mengungkapkannya, aku hanya bisa mengucapkan terima kasih atas segala sesuatu dan segalanya.
ADVERTISEMENTS
Meski akhirnya ada lelaki lain yang aku cinta, tapi percayalah jika ayah adalah sebenar-benarnya cinta bagiku
Aku harus mengakui jika akhirnya ada lelaki lain yang aku cinta selain ayah. Tapi, aku jamin, jika rasa yang aku punya untuknya tak akan jadi lebih besar dari rasa yang kuciptakan untukmu. Karena itu, percayalah jika ayah adalah memang sebenar-benarnya cinta bagiku. Ayah adalah cinta pertama dalam cerita dan hidupku. Ayah cinta pertamaku yang tak akan bisa digantikan dengan apapun.
ADVERTISEMENTS
Maaf untuk segala sesuatu yang belum bisa aku wujudkan untukmu. Maaf jika kali ini kata pamit harus kuucapkan dengan lantang saat kita bertemu
“Yah, aku pamit. Pamit dan meminta sepaket restumu untuk aku membangun keluarga baru.”
Rasanya memang masih ada banyak hal yang belum bisa aku wujudkan untukmu. Dengan begitu, dari hati yang dalam aku haturkan maaf. Maafkan aku lantaran aku belum bisa membahagiakanmu seutuhnya. Maaf jika dalam pertemuan kali ini ada kata pamit yang harus kuucapkan dengan lantang di antara kita.
Aku pamit, Yah. Aku pamit untuk kemudian memulai dan membangun hidup baru bersama dia. Aku meminta restumu dan meminta dari hati yang paling dasar agar ayah mau menikahkan aku dengannya. Ya, dengan lelaki yang sudah memintaku di hadapanmu beberapa waktu lalu. Dan, inilah waktunya, Yah, hari ini sudah tiba.
Hari di mana dia akan menjawab dengan gagah ‘saya terima nikahnya’ dalam genggaman tanganmu. Hari di mana ayah mengantarkan aku sampai di gerbang kehidupan yang sebenarnya. Terima kasih, Ayah.