Soal Fenomena Kawin Kontrak pada ‘Musim Arab’, Bagaimana Menurutmu?

Menikah adalah sebuah ritual yang sangat sakral untuk dilakukan. Pelakunya tentu dua orang—yang wajarnya—berlawan jenis yang saling jatuh cinta dan siap untuk berkomitmen atas nama cinta dan agama mereka berdua, dengan beberapa syarat yang tidak mudah. Tapi, ada sebuah ritual atau fenomena yang sama sekali tidak mengindahkan tradisi pernikahan seperti ini. Bahkan, fenomena ini sudah ada cukup lama di Indonesia; kawin kontrak.

Yang menjadi pertanyaannya adalah, kok mau ya merka dikawin kontrak begitu? Bukankah ikatan perkawinan itu tanpa ada batasan waktu? Bagaimana menurutmu? Sebagai bahan diskusi, berikut sedikit ulasan tentang kawin kontrak atau kawin mut’ah. Langsung kita baca saja ya….

Puncak Bogor adalah surganya kawin kontrak. Dan seperti inilah sistem kerja kawin kontrak yang tersebar di beberapa kota di Indonesia

Villa di Puncak nan sejuk, siapa tak butuh peluk?

Villa di Puncak nan sejuk, siapa tak butuh peluk? via villa-murah-puncak.blogspot.co.id

Ada sebuah musim yang cukup terkenal di kawasan Puncak, Bogor. Adalah Musim Arab, musim yang sangat ditunggu-tunggu oleh sebagian warga yang telah berkecimpung lama di dunia seperti ini. Musim Arab ini terjadi pada pertengahan tahun atau tepatnya pada bulan Mei-Juli. Masa di mana para wisatawan mancanegara (wisman) asal Timur Tengah berlibur ke Indonesia. Pada masa ini, mereka tidak sekadar berlibur menikmati pemandangan alam dan hawa sejuk kawasan Puncak. Ada tawaran yang menarik dari musim ini; kawin kontrak.

Uang, wanita, dan udara dingin. Siapa yang tak butuh teman tidur?

Kawin kontrak ini hanya melibatkan dua orang saksi dan satu orang yang berperan sebagai penghulu, dengan selembar kertas, pena, dan materai dengan sebuah mahar. Selesai. Ritual yang sangat sederhana, mengesahkan dua anak manusia menikah dalam sebuah kontrak. Biasanya, cewek yang akan menikah dengan para wisman asal Timteng itu dikontak melalui seorang makcomblang alias ‘germo’ yang menyalurkan jasa kepada wisman itu. Hasil mahar yang didapat dari sang istri, nanti akan dibagi dua untuk dia dan si makcomblang. Komoditas birahi yang cukup ramai di Puncak, Bogor, dan beberapa kota lainnya di Indonesia.

Beberapa waktu lalu, sempat ada modus baru dari para pelaku kawin kontrak. Tujuannya sih untuk menghindari razia imigrasi

Para wisatawan mancanegara (wisman) asal Timur Tengah (Timteng) telah melancarkan strategi baru untuk melakukan kawin kontrak ini di daerah Puncak, Bogor. Seperti dikutip dari Merdeka.com, para wisman ini sengaja melakukan modus baru guna menghindari razia dan penggerebekan yang dilakukan pihak kepolisian dan Imigrasi. Modusnya adalah dengan mengajak keluarganya, istri beserta anaknya untuk liburan ke Puncak. Mereka menyewa satu villa dengan minimal dua kamar. Setelah itu, mereka izin ke istrinya untuk pergi menemui teman lamanya. Yang mereka maksud teman lamanya adalah istri-istri mereka yang masih atau akan menandatangani perkawinan secara kontrak tersebut.

Namun, menurut penuturan warga seperti dikutip dari poskotanews.com, dia menyebut isu itu diembuskan untuk mencegah wisman untuk mengunjungi Kota Bogor.

Itu tidak benar. Isu itu diembuskan orang Cipanas. Harapannya, agar wisatawan Timur Tengah tidak lagi ke puncak. – Bowi, warga setempat.

Bahkan beberapa suami dari cewek-cewek itu memberi izin pada istrinya untuk melakukan kawin kontrak. Logika macam apa ini?

Merelakan istri untuk kawin kontrak?

Merelakan istri untuk kawin kontrak? via syariah.rhodoy.com

Di sini laki-laki Arab kalau mau nikahin wanita itu harus izin suaminya dulu. Kalau suami oke nanti tanda tangan kontrak pakai materai. Kalau enggak setuju ya enggak bisa. – Rudi, warga setempat

Dikutip dari merdeka.com, para wisman yang pengen mengajak kawin kontrak dengan cewek-cewek setempat terlebih dulu harus minta izin kepada suami yang bersangkutan. Kalau diizinin, mereka bisa melakukannya. Dan, kebanyakan dari para suami itu memberikan izin kepada istrinya untuk terikat kawin kontrak dengan para wisman yang berasal dari Timur Tengah itu. Tapi, nggak semuanya yang menjadi istri kontrak itu cewek yang udah bersuami. Banyak juga yang masih single, tapi kebanyakan dari luar kota.

Kalau hal ini terjadi pada istrimu, bagaimana tanggapanmu? Sebegitu relakah cinta dan kasihmu tergadai dengan materi yang dijanjikan?

Tapi di Langkat, Medan, fenomena ini memberikan dampak jangka panjang yang cukup menguntungkan. Begitulah menurut penuturan salah satu pelaku kawin kontrak itu

Jagain villa.

Jagain villa. via PusakaPusaka.com

Berbeda halnya di Langkat, Sumatera Utara. Kasus kawin kontrak ini nggak cuma menguntungkan bagi cewek. Dikutip dari tabloidimaji.com, hal ini juga menguntungkan bagi Iwan (nama samaran) karena dia saat ini bisa mengantongi uang lebih dari 15juta rupiah per bulan berkat kawin kontrak. Awalnya, dia diajak kawin kontrak oleh wisman (cewek) asal Perancis yang ingin mendirikan sebuah villa di daerah Langkat. Di dalam kontrak itu menyebutkan bahwa Iwan-lah yang bertanggung jawab dalam mengurus villa tersebut selama sang istri pulang kampung, sebab visa yang dimilikinya telah jatuh tempo. Setelah kontrak berakhir, Iwan masih dipercaya untuk menjaga villa yang dibangun oleh sang istri. Di lain sisi, Iwan juga berhak menikah lagi, karena kontraknya udah habis. Tapi sampai tahun keempat, sang istri masih percaya pada Iwan. Ini baru keren! #eh

Semua bermuara dari keadaan finansial. Iming-iming uang dan waktu yang hanya sebentar, menjadi alasan mendasar mereka melakukannya

Ya, demi uang. :(

Ya, demi uang. 🙁 via www.startimes.com

Berdasarkan berbagai sumber yang terangkum, dapat disimpulkan bahwa faktor utama pendukung masih bergulirnya budaya kawin kontrak hingga saat ini adalah masalah finansial. Iming-iming materi dan jangka waktu yang telah ditentukan membuat siapapun tergiur untuk melepaskan statusnya sebagai istri dari suami resminya atau dari keperawanannya. Bagaimana tidak, 15juta rupiah perbulan bisa diraup begitu saja. Hanya memerankan sosok istri yang hanya melayani nafsu birahi suami kontraknya, orang mana yang bisa menolaknya? Jangankan cewek, cowok-cowok di daerah setempat pun bahkan mengizinkan istrinya untuk ikut kawin kontrak.

Meski dari pihak pemerintah kota Bogor telah melarang adanya budaya kawin kontrak ini, para pelaku tetap saja menjalankan sebagaimana nafsunya berjalan. Ya, dengan main rapi dengan dalih agar nggak ketahuan. Lalu bagaimana menurutmu, Guys?

Cukup rumah aja yang kontrak, kawin mah jangan. :p

Suka artikel ini? Yuk follow Hipwee di mig.me!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Senois.