Sebelum membaca artikel ini lebih lanjut, Hipwee ingin memberi tahu bahwa pada dasarnya aborsi bisa dikatakan legal jika dilakukan atas saran dari dokter. Misalnya karena suatu hal yang menyebabkan janin harus digugurkan saat itu juga. Namun, terkadang aborsi menjadi satu-satunya jalan ketika terjadi hamil yang tidak diinginkan. Terutama mereka yang hamil di luar nikah karena seks yang tidak pada tempatnya. Celakanya, kebanyakan dari mereka memilih dukun atau dokter abal-abal untuk bisa mengeluarkan janin yang dikandungnya dengan sengaja. Sudah bisa dipastikan baik cara maupun alat yang digunakan jauh dari kata profesional.
Rasa takut, malu, dan tak mau bertanggung jawab mengalahkan segalanya. Sementara di luaran sana banyak pasangan yang tak kunjung hamil setelah menikah bertahun-tahun, eh ini ada yang dengan mudah buang janin seenaknya. Padahal kalau kamu tahu teknik yang digunakan untuk mengeluarkan janin secara paksa dengan cara aborsi ini, ngerinya sungguh di luar dugaan. Nggak percaya? Ini dia!
1. Entah harus bagaimana lagi, tapi sekarang obat penggugur kandungan bisa didapatkan dengan sangat mudah. Soal bahaya atau tidaknya, entah
Obat ini dianggap ampuh, aman dan manjur untuk menggugurkan kandungan saat usia kehamilan masih dini. Meski kampanye pendidikan seks sehat sudah sering dikoar-koarkan, kasus aborsi masih saja tinggi dengan ramainya online shop yang menjual obat ini. Menyedihkan.
2. Atau jika pergi ke dukun beranak, biasanya akan diberikan ramuan atau jamu yang membuat perutmu berkontraksi
Biasanya tahap awal untuk proses aborsi adalah diberikan minuman semacam jamu. Pelaku aborsi menuturkan bahwa rasa jamu ini sangatlah pahit. Ramuan ini dipercaya sebagai pemicu kontraksi sehingga janin yang sedang dikandung akan terdorong keluar dengan sendirinya. Cara ini bisa dilakukan di kehamilan awal-awal minggu. Saat bentuk janin masih berupa gumpalan daging.
3. Teknik aborsi yang lain adalah mengganti air ketuban dengan racun garam. Agar janin di dalam perut jadi ‘terbakar’
Teknik ini digunakan saat kandungan berusia 16 minggu, saat air ketuban sudah cukup melingkupi janin. Jarum disuntikkan ke perut si wanita dan menyedot 50-250 ml (kira-kira secangkir) air ketuban. Lalu airnya diganti dengan larutan konsentrasi garam. Janin yang sudah mulai bernafas akan menelan garam dan teracuni. Larutan kimia ini juga membuat kulit janin terbakar dan memburuk. Biasanya, setelah kira-kira satu jam, janin akan mati. Kira-kira 33-35 jam setelah suntikan larutan garam itu bekerja, si wanita hamil itu akan melahirkan anak yang telah mati dengan kulit hitam karena terbakar.
Sekitar 97% dari wanita yang memilih aborsi dengan cara ini melahirkan anaknya 72 jam setelah suntikan diberikan. Suntikan larutan garam ini juga memberikan efek samping pada mantan ibu hamil yang disebut “Konsumsi Koagulopati” (pembekuan darah yang tak terkendali di seluruh tubuh), juga dapat menimbulkan pendarahan hebat dan efek samping serius pada sistim syaraf sentral. Tidak hanya itu, kejadian seperti serangan jantung mendadak, koma, atau bahkan kematian juga bisa terjadi.
4. Ada juga teknik penyedotan (sunction) untuk melakukan aborsi. Nggak tega bayanginnya 🙁
Pada cara ini leher rahim diperbesar, kemudian sebuah tabung dimasukkan ke dalam rahim dan dihubungkan dengan alat penyedot yang kuat, sehingga bayi dalam rahim tercabik-cabik menjadi kepingan-kepingan kecil, lalu disedot masuk ke dalam sebuah botol. Umumnya terjadi banyak pendarahan. Orang yang menangani perlakuan ini baik itu dokter maupun bidan harus mengobatinya dengan baik. Bila tidak, bisa terjadi infeksi dan beresiko pada kesehatan.
5. Teknik aborsi lainnya adalah metode Dilatasi dan Evakuasi. Caranya adalah dengan menghancurkan bayi di dalam rahim dengan alat sejenis tang penjepit
Metode ini digunakan untuk membuang janin hingga usia 24 minggu. Agak mirip dengan metode sebelumnya, hanya saja dalam D&E digunakan tang penjepit (forsep) dengan ujung pisau tajam untuk merobek-robek janin. Hal ini dilakukan berulang-ulang hingga seluruh tubuh janin dikeluarkan dari rahim. Karena pada usia kehamilan ini tengkorak janin sudah mengeras, maka tengkorak ini perlu dihancurkan supaya dapat dikeluarkan dari rahim.
Jika tidak berhati-hati dalam pengeluarannya, potongan tulang-tulang yang runcing mungkin dapat menusuk dinding rahim dan menimbulkan luka rahim. Pendarahan sangat mungkin juga terjadi. Dr. Warren Hern dari Boulder, Colorado, Amerika Serikat, seorang dokter aborsi yang sering melakukan D&E mengatakan; penghancuran janin lewat forsep itu seperti arus listrik yang bisa menyakitkan.
Sudah tekniknya mengerikan, efek yang didapatkan juga banyak banget. Ada hal fatal yang bisa dialami jika melakukan aborsi
- Pendarahan hebat
Aborsi ilegal yang dilakukan oleh orang yang tidak berkompeten bisa saja merobek leher rahim sehingga menimbulkan pendarahan hebat yang mengancam nyawa calon ibu. Untuk menghentikan pendarahan tersebut, terkadang dibutuhkan pembedahan.
- Masih ada janin yang tersisa
Karena tidak dilakukan oleh tenaga ahli dan alat yang memadai, biasanya aborsi ilegal masih akan menyimpan sisa janin di dalam rahim. Hal ini beresiko menimbulkan pendarahan, infeksi atau kista. Ngeri banget, ‘kan?
- Leher rahim yang rusak
Leher rahim yang terpotong adalah salah satu penyebab dari terjadinya kerusakan leher rahim.
- Organ lain yang rusak
Alat yang tidak memadai beresiko besar menyebabkan organ lain yang terdekat dengan rahim juga akan mengalami kerusakan seperti kandung kemih atau usus.
- Gangguan mental
Setelah melakukan aborsi, biasanya pelaku akan mengalami kecemasan yang bisa berkembang menjadi depresi atau bahkan percobaan bunuh diri.
- Gangguan jika kembali hamil
Ada berbagai dampak buruk yang bisa didapatkan wanita yang berkali-kali melakukan aborsi, seperti jika kembali hamil maka bayinya akan lahir prematur. Selain itu berbagai masalah lain juga akan terjadi pada bayi tersebut seperti gangguan pada otak, mata, usus dan pernapasannya. Yang paling fatal bahkan tidak bisa hamil sama sekali.
- Kehilangan nyawa
Kasus ini memang jarang terjadi, namun pendarahan hebat, kerusakan organ, infeksi hebat serta anestesi yang tidak sesuai bisa menyebabkan sang ibu harus kehilangan nyawa.