Bulan madu adalah hal yang dinantikan oleh mereka para pasangan yang baru menikah. Pergi berlibur ke tempat eksotik nan romantis dan beristirahat di hotel mewah setelah mengadakan pesta pernikahan yang menguras tenaga jadi satu pelengkap bagi sebuah pernikahan.
Budaya bulan madu atau honeymoon bukan hanya terjadi di luar negeri. Budaya ini juga jadi populer dan kerap dilakukan pengantin-pengantin baru di Indonesia. Kendati demikian, sejarah bulan madu atau honeymoon dulunya berbeda dengan bulan madu yang kita kenal hari ini. Nah, buat kamu yang ingin tahu sejarah bulan madu, simak yuk penjelasannya berikut ini!
ADVERTISEMENTS
Istilah honeymoon berasal dari kana “hony moone” yang berarti fase awal pasca pernikahan yang penuh kebahagiaan
Bulan madu atau honeymoon ternyata punya sejarah yang cukup panjang. Kata honeymoon sendiri sudah digunakan sejak tahun 1542. Namun saat itu masyarakat menyebutnya dengan kata ‘hony moone’. Nah, kata hony moone digunakan untuk menyebut fase hubungan yang dilewati setelah pernikahan. Bukan berarti perjalanan liburan bagi pengantin baru. Istilah ini digunakan pertama kali oleh penulis literatur Samuel Johnson dan Richard Huloet.
Saat baru menikah, pasangan biasanya dipenuhi kebahagiaan dan masing-masing dari mereka memberikan kasih sayang yang berlebihan. Karena sedang berbahagia maka pasangan tersebut sedang berada dalam fase hony mone, tulis Richard Huloet seperti dilansir dari Country Living
Selain itu sejarah bulan madu juga terjadi pada abad ke-18. Menurut ahli pernikahan Susan Waggoner, sejarah bulan madu juga nggak seromantis yang kita tahu sekarang. Di zaman tersebut pernikahan paksa masih sering dilakukan. Maka dari itu pria yang nggak mampu membayar mahar sering kali menculik kekasihnya dan membawanya ke tempat yang spesial sampai orang tuanya menyerah dan nggak mencarinya lagi.
ADVERTISEMENTS
Istilah honeymoon atau bulan madu yang kita kenal sekarang ditemukan oleh para pasangan Inggris yang menyisakan penghasilannya
Upaya penculikan para pengantin di abad ke-18 kemudian menjadi inspirasi makna bulan madu yang kita kenal hari ini. Pada abad ke-19 bulan madu diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan pengantin baru setelah pernikahan. Namun di awal-awal abad ke-19, perjalanan pengantin baru ini bukan merupakan liburan ke tempat romantis seperti sekarang. Saat itu para pengantin baru melakukan perjalanan mengunjungi anggota keluarga mereka yang nggak sempat menghadiri acara pernikahan mereka.
Di sisi lain, masyarakat Inggris yang punya penghasilan besar mulai memanfaatkan momen berlibur ke tempat-tempat eksotis pasca menikah. Perjalanan ini juga nggak semewah hari ini. Dulu pasangan melakukan perjalanan dengan cara berhemat. Setelah itu berjalan-jalan setelah pernikahan alias honeymoon bak jamur di musim hujan. Semua pasangan di seluruh dunia melakukan hal serupa.
ADVERTISEMENTS
Hari ini setiap pasangan yang baru menikah bisa memilih apakah akan pergi berbulan madu atau nggak sama sekali
Nah, lalu bagaimana dengan hari ini? Apakah semua pasangan yang baru menikah wajib melakukan bulan madu? Tentu saja hal tersebut wajib untuk dilakukan. Menurut penulis buku “Marriage Customs of The World”, George P Monger, merayakan pernikahan dengan cara bepergian harus disesuaikan dengan kemampuan pasangan, seperti dilansir dari Kompas. Jangan sampai demi gengsi atau keinginan sesaat sampai mengganggu keuangan keluarga baru kalian.
Di masa pandemi begini, tentu upaya bulan madu jadi hal yang agak sulit dilakukan, terkait keuangan dan keamanan. Kalau bujetmu pas-pasan, ya tentu mending ditabung dulu untuk kebutuhan lain atau untuk nanti berlibur kapan-kapan. Ada beberapa opsi ‘bulan madu’ yang kini lebih digandrungi seperti misalnya staycation di hotel atau villa. Tapi kalau bujet mepet yaaa…staycation tipis-tipis di rumah saja tetap asyik kok 🙂