Sebagai wanita, bersandar di pundak pria terkasih itu tak hanya menyenangkan, tapi juga mendamaikan. Keluh kesah yang dirasakan pun seolah sirna, ketika di sini ada dia. Apalagi jika hubunganmu dan dia sudah mencapai puncak akhir menjelang hari pernikahan, setelah sekian lama tunduk pada status pacaran.
Saat ini kamu mulai resah. Keluarga dan lingkunganmu seolah tak sabar ingin melihatmu bersanding dengannya di pelaminan. Kamu mungkin tak berniat memaksa, tapi apa mau di kata. Usia dan segalanya telah sampai tenggatnya, ketika kamu dan dia sudah bukan lagi anak muda.
Tak baik jika terus memaksakan. Pria mu ini hanya minta kamu terus bersabar, dan tak pernah lupa mendoakan.
ADVERTISEMENTS
Biar orang lain menghina. Kamu tentu tahu kalau menikah itu soal kesiapan hati, bukan cuma usia dan materi
Jika selama ini pemahamanmu hanya terpaku pada kebahagiaan yang berwujud materi, sudah saatnya kamu bangkit dan berpikir lagi. Toh tidak semua orang setuju bahwa wujud dari kedamaian itu kasat mata dan bisa diraba. Termasuk cobaan-cobaan yang akan kamu temui, ketika memasuki usia dewasa menjelang pernikahan nanti.
Jangan kuatirkan apa kata orang. Mereka hanya punya hak untuk berbicara, bukan serta merta mencampuri urusanmu. Siap atau tidaknya menikah juga sebaiknya berasal dari hatimu dan dia, bukan salah satu atau karena tuntutan keluarga.
ADVERTISEMENTS
Tenang saja, dia juga berharap bahwa jodohnya adalah kamu. Tidak perlu lah mengingatkannya terus menerus sepanjang waktu
“Tidak ada satu pun pria yang bersedia dipaksa. Dia sudah dewasa dan tahu betul bagaimana cara menjadi sosok paling bijaksana.”
Kalau bukan kamu, siapa lagi yang akan menyemangatinya saat deadline pekerjaan mulai dekat dan harus dikerjaan secepat kilat? Kalau bukan kamu, siapa lagi yang akan mengingatkannya untuk beribadah tepat waktu dan jauh dari kata malas? Jawabannya singkat, ya cuma kamu.
Bukan cuma itu. Kamu juga harus bersedia menghargai segala usahanya untuk menghalalkanmu, bukan menuntut atau mengancam perasaannya sepanjang waktu.
ADVERTISEMENTS
Tapi jangan sampai dia lupa, kalau kamu juga wanita yang gerah jika harus menunggu terlalu lama
Sama-sama tahu kalau hubungan kalian telah sampai pada titik keseriusan itu lebih baik, dibanding meributkan jadwal kencan berdua rutin setiap malam minggu. Jangan naif, kalau perlu kalian mulai mengurangi umbaran janji yang nantinya tak bisa ditepati.
Katakan padanya, kalau kamu secara pribadi tak mau menunggu terlalu lama. Yakinkan dia juga bahwa kamu sudah siap jadi istri, yang bersedia menyeduh secangkir kopi tiap pagi.
ADVERTISEMENTS
Tenang, kalian berdua itu belum terlalu tua. Percayalah, bahwa selalu ada kekuatan do’a dan usaha di sana
Mempercayakan segalanya pada takdir Tuhan adalah jalan yang bisa kalian tempuh, saat jiwa dan raga sudah mulai mati rasa bahkan menyerah. Menikmati setiap detail proses dirasa lebih membahagikan, ketimbang tergesa-gesa dalam menentukan setiap piihan. Kamu dan dia itu berutung, masih diberi kesempatan untuk sama-sama berusaha dan larut dalam indahnya do’a.
Jangan pernah takut perihal omongan orang, materi dan usia. Tuhan juga tidak bodoh, jika kalian berdua memang ditakdirkan untuk menikah sekaligus berjodoh.