Sudah bukan rahasia lagi, aktivitas seksual dalam pernikahan adalah salah satu kunci keharmonisan rumah tangga. Ada yang meyakini aktivitas seksual sebagai satu proses untuk pasangan mendekatkan diri dan menguatkan rasa saling percaya, di samping tujuan melahirkan anak sebagai generasi penerus.
Namun nyatanya, sekitar 2 persen dari total pernikahan dijalankan dengan tanpa aktivitas seksual, dan dikenal dengan istilah sexless marriage. Istilah ini merujuk pada pernikahan dengan sedikit atau tanpa aktivitas seksual sama sekali. Mengutip dari HuffPost, psikolog dan terapis seks, Shannon Chavez, mengatakan, ada banyak pasangan yang menjalani pernikahan tanpa aktivitas seksual, namun pembahasan untuk hal tersebut masih tabu dilakukan. Berikut 11 alasan umum mengapa pernikahan tanpa seks sangat mungkin terjadi.
ADVERTISEMENTS
1. Banyak pasangan yang enggan terbuka bicara tentang seks, seperti mengungkapkan fantasi, kenyamanan dan ketidaknyamanan mereka dalam hubungan seksual. Hal ini yang menjadikan hubungan seksual menjadi kaku dan tidak mencapai tujuan yang diinginkan
ADVERTISEMENTS
2. Kesibukan rumah tangga kerap membuat pasangan terjebak dalam situasi stres, sehingga tak lagi memikirkan hubungan seks sebagai kebutuhan. Padahal menurut beberapa para ahli, seks bisa menjadi metode penghilang stres paling ampuh lo!
ADVERTISEMENTS
3. Tingkat libido yang berbeda kadang membuat aktivitas seksual jadi tak menarik. Pasangan yang libidonya lebih rendah akan merasa tidak mampu dalam memenuhi kebutuhan pasangan yang memiliki libido lebih tinggi. Jadi enggan kan, kalau jalan tengah nggak ketemu?
ADVERTISEMENTS
4. Kesehatan mental juga berpengaruh kepada kelangsungan aktivitas seksual. Pasangan yang memiliki masalah kesehatan mental seperti depresi atau trauma seksual di masa lalu secara tidak langsung akan mengalami kecenderungan disfungsi seksual
ADVERTISEMENTS
5. Masalah-masalah dalam rumah tangga yang berujung pertengkaran sering membuat pasangan canggung dan bahkan menutup diri di atas ranjang. Ketika kebencian dan kemarahan berkelanjutan, perlahan hubungan seks sebagai proses menguatkan rasa saling percaya pun terlupakan
ADVERTISEMENTS
6. Alih-alih memberi masukan, kritik dan keluhan yang dilontarkan kepada pasangan dalam aktivitas seksual sering membuat keretakan yang bahkan berakhir perceraian. Hayo, hati-hati kalau terlalu mengkritik pasangan!
7. Ekspektasi yang terlalu tinggi tentang pengalaman seks seringkali membawa aktivitas seksual jadi semacam “tekanan” ketika dilakukan. Pengalaman seks tidak selalu bisa ditentukan, jadi memaksakan harapan hanya akan menghasilkan keegoisan
8. Tidak percaya diri dan perasaan takut tidak bisa memuaskan kebutuhan pasangan, pada akhirnya akan membuat salah satu cemas dan menyerah untuk melakukan hubungan seks
9. Ketakutan untuk mengungkapkan dan mencoba hal baru dalam hubungan seksual, yang akan bisa mematikan hasrat dan memunculkan kebosanan untuk melakukan hal yang sama terus menerus
10. Pasangan yang sudah melahirkan cenderung malas untuk melakukan hubungan seksual karena tubuh sering merasa lelah mengurus anak. Selain takut merasa kesakitan pasca melahirkan, ada perasaan gugup dan khawatir tidak bisa memuaskan kebutuhan suami sebaik sebelum melahirkan
11. Kebosanan adalah senjata pembunuh hubungan jika tidak bisa menyiasatinya. Dalam pernikahan, seksualitas akan meningkat seiring berjalannya waktu dan harus disiasati dengan eksplorasi dalam mencoba hal-hal baru di ranjang agar tak dibunuh kebosanan
Sakit atau sedang menderita kondisi medis tertentu juga bisa menjadi pemicu sexless marriage lo. Namun, meski nyatanya sebuah pernikahan bisa bertahan dengan menjalani sexless marriage, tapi bukan berarti hal tersebut tidak memiliki dampak negatif.
Seks dalam pernikahan ibarat bumbu utama dalam sebuah masakan dan tidak melakukannya bisa saja mendatangkan bencana.
Selain bisa menyebabkan kandasnya rumah tangga, mengutip dari Tempo.co, seks yang tidak teratur seperti dalam sexless marriage, ternyata bisa pula mengakibatkan gangguan kesehatan seperti pembuluh nadi tersumbat dan beberapa gangguan lainnya. Demi kebahagiaan rumah tangga, jangan anggap sepele masalah ini ya. Tak ada salahnya lo kamu dan pasangan mencari solusi dengan berkonsultasi dengan psikolog atau terapis seks yang kompeten di bidangnya. Semoga artikel ini bisa memberi sedikit pencerahan ya!