Tahun sudah 2017, resepsi pernikahan kian banyak dari hari ke hari. Hitung saja, di awal tahun ini sudah berapa undangan pernikahan yang akan kamu datangi? Namun meskipun begitu, masih ada saja kicauan atau meme yang cenderung mendiskreditkan perempuan semacam ini:
Iya, sekilas memang ada benarnya. Ketika membandingkan budaya konsumerisme dan pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat membuat para wanita lebih punya kebebasan dan kemampuan untuk membeli ponsel pintar untuk selfie dan update status. Sementara ibu-ibu atau nenek-nenek kita tidak punya pilihan aktifitas sebanyak sekarang.
Tapi kalau dipikir-pikir; nggak gitu juga kali
Postingan ini akan mengajak kamu untuk berpikir bahwa perempuan itu (jaman dulu atau sekarang) tidak dinikahi untuk dibeli. Jadi, berpikir ulanglah kalau kamu tiba-tiba nemu meme dengan kesan mendiskreditkan seperti itu.
ADVERTISEMENTS
Menikah adalah kesepakatan berdua dan atas persetujuan kedua belah pihak termasuk keluarga. Jadi nggak sesederhana uang lamar-melamar
Memang dalam menikah, ada prosedur mahar atau sejumlah harta yang diberikan untuk syarat sahnya pernikahan. Tapi bukan berarti dengan pemberian uang itu bermakna ada transaksi ‘pembelian’ pengantin cewek oleh cowok. Lebih dari itu, menikah adalah tentang perjanjian yang dilakukan oleh dua belah pihak, yakni cewek dan cowok plus keluarga besar. Jadi sama sekali nggak ada unsur jual-beli di sini.
ADVERTISEMENTS
Akad dalam pernikahan adalah perjanjian sehidup semati, bukan perjanjian jual beli. Memangnya kamu sebagai cewek, mau jadi barang dagangan?
Baik cewek maupun cowok, jangan mau kalau tujuanmu menikah/dinikahi adalah untuk transaksi. Pernikahan idealnya dilandasi dengan komitmen dan rasa kasih sayang antara sepasang manusia. Menerima kekurangan dan kelebihan dari pasangan adalah wajib adanya.
ADVERTISEMENTS
Juga bukan merupakan perjanjian kontrak dengan karyawan. “Kulamar kau dengan imbalan nyuci, masak, urus anak,” yakin begitu adanya?
Yang perlu kamu tekankan juga, bahwa menikah bukan perjanjian kontrak kerja. Punya skill lebih itu baik, tapi dalam pernikahan, tujuannya bukan mencari skill. Tetapi lebih ke mencari pasangan hidup yang setia menemani seterusnya. Bukan setia nyuciin baju-bajumu saja.
ADVERTISEMENTS
Setelah menikah, cowok mendapatkan istri, dan cewek mendapatkan suami. Tidak ada istilah mendapatkan pembantu atau ATM berjalan
Cowok, tugasmu bukan menjadi ATM berjalan untuk istrimu. Artinya, calon istrimu juga bukan barang jadi yang bisa kamu beli sesuka sendiri. Kalian akan menjadi suami-istri bukan bos-karyawan atau penjual dan pembeli.
ADVERTISEMENTS
Setelah menikah, yang ada adalah kerjasama kedua belah pihak. Bukan saling lempar tugas: ini pokoknya aku, ini pokoknya kamu
Menikah adalah persoalan kerjasama antar dua belah pihak. Kalau cuma salah satu pihak saja yang beupaya, bukan pernikahan namanya. Apalagi di jaman sekarang ini, skill sederhanapun seperti memasak, angkat galon, membersihkan rumah bukan hanya monopoli satu gender saja. Yuk, yuk kembangkan diri lagi agar semakin pantas untuk calon kamu kelak.
ADVERTISEMENTS
Pikirkan kembali: kalau jaman itu membeli ponsel pintar sudah semudah ini, yakinkah bahwa wanita jaman dulu tidak gemar selfie dan update status?
Jika di meme di atas berfokus pada cewek dulu vs sekarang, coba pikirkan kembali hal-hal ini:
- Dulu belum ada fasilitas smartphone seperti sekarang
- Kurs rupiah dan nilai mata uang dulu dan sekarang
- Mayoritas pekerjaan cewek, apakah menjadi ibu rumah tangga atau wanita karir
- Tuntutan hidup, di mana konsumsi rumah tangga dulu vs sekarang
- dsb
Wanita di era manapun punya tantangan dan masalahnya sendiri. Jaman sekarang misalnya, menjadi wanita karir sekaligus ibu rumah tangga adalah salah satunya
Wanita dari jaman manapun punya masalah dan tantangannya sendiri-sendiri yang tidak bisa dibandingkan begitu saja tanpa mencari titik temunya terlebih dulu. Ibu-ibu kita punya tantangan harus pintar memasak karena kebutuhan yang mahal dan belum banyak jasa warung makan (misalnya). Sementara wanita sekarang disibukkan dengan mengejar karir yang juga bermanfaat untuk menunjang perekonomian keluarga.
Itulah alasan mengapa sebaiknya berhati-hati dalam mengambil kesimpulan, apalagi berdasarkan meme berukuran sekian piksel. Belajar lebih positif yuk,