Kabar mengejutkan datang dari Suhay Salim, seorang beauty vlogger kocak dengan gayanya yang khas ini mengumumkan pernikahannya pada Minggu (2/12) lewat akun Instagram-nya. Nggak seperti pesohor lain yang sudah membagikan berita bahagianya sejak rangkaian acara prewed, Suhay justru nggak banyak mengumbar, tahu-tahu berkabar bahwa dirinya sudah sah diperistri pria idaman. Nggak hanya dapat surprise, warganet juga dibuat salut dan terheran-heran ketika mengetahui bahwa Suhay dan pasangannya mengenakan busana kasual saat melakukan akad nikah di KUA. Bisa jadi karena Suhay ini, makanya muncul keywoard “nikah di KUA pakai jeans” di laman pencarian Google. Ya, Suhay Salim menikah pakai celana jeans!
Tentu bukan hal yang keliru, hanya saja, nggak banyak orang yang berani menikah dengan cara yang super-sederhana-tanpa-ribet kayak Suhay dan pasangannya ini. Padahal sejatinya menikah itu murah, gengsinya saja yang mahal. Kalau kamu belum percaya dan masih ragu-ragu menerapkannya, coba renungi beberapa poin yang Hipwee Wedding bagikan ini.
ADVERTISEMENTS
1. Menikah di KUA itu gratis tis tis. Atau menikah di luar KUA tapi harus bayar 600 ribu ke penghulu? Itu sih pilihanmu
Poin ini adalah jawaban juga penjelasan logis dari pernyataan: menikah itu murah. Belum banyak orang yang tahu bahwasanya menikah di KUA itu biayanya 0 rupiah, asalkan dilakukan di kantor KUA Kecamatan setempat dan sesuai dengan jam kerja. Jadi kalau akad nikahnya dilakukan selain di kantor KUA dan di luar jam kerja, maka kamu harus mengeluarkan biaya dengan kisaran 600 ribu rupiah.
Mungkin buatmu akad nikah itu akan lebih sakral kalau dilakukan di masjid atau di rumah orangtua, namun bagi orang lain yang merasa bahwa 600 ribu itu cukup berharga, maka disahkan nikahnya di KUA tentu nggak akan jadi masalah. Kalau kamu juga tertarik untuk menikah gratis di KUA, simak persyaratannya di sini.
2. Lebih baik menikah dengan biaya seadanya daripada harus berhutang ke sana-ke mari atau merepotkan orangtua
Banyak pasangan yang harus menunda waktu untuk mensahkan pernikahannya lantaran sibuk mengumpulkan biaya nikah. Ada juga yang sampai berhutang demi bisa mewujudkan pernikahan yang mewah sesuai impiannya. Belum lagi yang menggantungkan biaya pernikahan ke orangtuanya.
Padahal, esensi menikah itu bukan soal mewah atau nggaknya. Tapi berjanji di hadapan Tuhan dan negara untuk menjalani hidup bersama sebagai suami istri dengan setia sampai selamanya. Perkara diacarakan atau nggak, sesuaikan saja dengan kemampuan, nggak perlu memaksakan.
3. Justru karena menikah itu sekali seumur hidup, maka nggak perlu sampai merogoh kocek yang dalam. Kenang-kenangan nggak harus berwujud barang kok
Jangan jadikan pernyataan “menikah itu sekali seumur hidup” sebagai dasar untuk menggelar pesta pernikahan yang meriah. Segala bentuk barang mati seperti gaun pernikahan, perhiasan, suvenir dan benda-benda lain yang mahal harganya itu lalu dipenuhi keberadaannya untuk mengejar ‘kenangan’.
Kalau dipikir secara rasional, justru karena benda-benda ini hanya dipakai sekali seumur hidup (dan selebihnya hanya akan disimpan saja), agaknya sayang kalau sampai harus dibeli dengan harga mahal. Momen menikah sesederhana apa pun akan tetap diingat sampai kapan pun. Kenang-kenangan itu nggak harus berwujud barang, kan?
4. Bukankah kekhidmatan pernikahan benar terasa ketika yang hadir hanya orang-orang terdekat saja?
Khidmat itu akan terasa ketika melakukan sesuatu yang sakral bersama orang-orang yang punya kedekatan secara personal, seperti kerabat dan teman dekat misalnya. Begitu pun dalam pernikahan. Itulah sebabnya akad nikah kebanyakan hanya dihadiri oleh orang-orang terdekat saja. Karena sesungguhnya yang sakral itu ketika mengucap janji nikah, bukan saat merayakannya dengan pesta yang mewah.
Persepsi ini seringkali berseberangan dengan keinginan orangtua untuk menyebarluaskan berita bahagia ke lingkungan sekitar. Mereka merasa harus mengundang serta orang lain yang mereka kenal agar turut berbahagia atas pernikahan anaknya. Bicarakan dengan baik dan terbuka agar keputusan yang diambil nggak berujung pada beban finansial yang berat nantinya.
ADVERTISEMENTS
5. Daripada membiayai acara pernikahan yang nggak cukup 10 juta, uang yang sudah terkumpul itu bisa digunakan untuk menyicil rumah
Terkadang pasangan menikah mengabaikan tantangan kehidupan rumah tangga yang menanti di depan mereka. Kebanyakan terlalu sibuk untuk memenuhi target biaya pesta pernikahan demi melegakan hati tetangga dan lingkungan sekitar. Coba bayangkan, uang tabungan yang sudah terkumpul hingga puluhan juta itu ludes begitu saja. Alhasil, usai resepsi, pasangan menikah malah jadi auto-miskin. Padahal biaya untuk menyewa atau membeli rumah dan kebutuhan rumah tanggalah yang seharusnya jadi hal krusial di masa depan, bukan pesta pernikahan yang langsung selesai di saat itu juga.
Sudah seyogianya pernikahan itu diumumkan. Tapi, secara nggak langsung masyarakat telah mengecap bahwa pernikahan yang diumumkan tanpa perayaan berarti ada sesuatu yang ditutup-tutupi, atau merasa nggak dihargai lantaran nggak diundang dalam pesta yang diadakan. Hal-hal semacam ini yang secara sadar atau nggak menjadi ganjalan bagi pasangan yang ingin menikah sederhana atau pun tanpa pesta.
Kalaupun kamu berniat untuk menikah tanpa ribet di KUA seperti Suhay, pastikan kamu sudah membicarakannya baik-baik dengan keluarga ya, jangan sampai ujung-ujungnya dinyinyirin tetangga. Ya, walaupun sebenarnya kita nggak bisa melegakan hati semua orang juga 🙂