Pernikahan sekarang berkembang dari sekadar perayaan yang penuh kesakralan jadi momen mengumpulkan konten untuk dibagikan di media sosial. Tawaran untuk menyempurnakan hari penting ini pun kian bertambah. Dulu tidak ada keharusan untuk mengadakan sesi foto pre wedding dan menyediakan photo booth di tempat resepsi. Sekarang? Ketiadaan dua item itu bisa menyebabkan hari pernikahan terasa ‘pincang.’
Sayangnya kita bukan hidup untuk memenuhi ekspektasi orang. Bukan juga untuk mengumpulkan konten sebanyak-banyaknya demi engagement di media sosial. Hidup setelah menikah lebih rumit dari mencari formula konten yang banyak mendapat Like di Instagram. Dengan atau tanpa tagar yang dipakai selama perhelatan, pernikahan juga bisa sukses atau hancur karena kurang diperjuangkan.
Buatmu yang sedang merencanakan pernikahan, yuk kita lihat sama-sama item-item apa saja yang harusnya dihilangkan karena ini cuma pemenuhan ego di media sosial.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
1. Foto Pre Wedding
Foto pre wedding yang sekarang ditawarkan oleh vendor dengan harga puluhan juta itu sebenarnya minim makna. Terlebih buat kamu yang sudah kenal dan pacaran lama. Proses mengabadikan perjalanan toh sudah dimulai sejak kalian sepakat untuk jalan bersama sebagai pasangan. Kamu dan pasangan tidak butuh bantuan filter foto, pemandangan laut atau pegunungan untuk menunjukkan keseriusan kalian ke khalayak.
Daripada membayar vendor demi mendapatkan foto yang Instagramable, jadwalkan saja mengunggah foto-foto yang sudah kamu punya selama ini dengan tema #throwback sebelum hari H. Selain lebih murah cara ini juga lebih ‘nyata’ dalam menunjukkan perjalanan yang sudah kalian bangun sekian lama.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
2. Bridesmaid card atau hampers
Belakangan muncul tren baru untuk mengunggah kartu ajakan menjadi bridesmaid sebelum sahabat menikah. Kesannya pertemanan kalian itu sweet, selalu saling mendampingi dalam setiap fase hidup — BFF deh pokoknya!
Karena dianggap sebagai item yang personal dan dibagikan untuk orang-orang terdekat vendor pun berani menawarkan bridesmaid card dengan material dan desain yang “wah” — albeit harganya mahal.
Sebegitu pentingkah kartu ini? Nope. Tanpa perlu diminta seorang sahabat pasti ingin hadir untuk jadi bagian di hari penting sahabatnya. Bahkan dia seharusnya sudah jadi orang yang pertama tahu lewat chat khas, “HEH NYET GUE MAU NIKAH NIH. WKWKWKWKWKW”
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
3. Seragam Bridesmaid
Selain supaya terlihat matching ketika difoto, tidak ada esensi yang penting dari pengadaan baju seragam pendamping pengantin. Memberikan seragam macam ini sebenarnya juga merepotkan yang menerima, sebab mereka mesti mengeluarkan dana lagi untuk menjahitnya. Toh ada opsi lain untuk tetap mendapatkan foto yang serasi semisal dengan meminta teman-temanmu memakai baju warna senada atau menyewa saja ke sanggar pengantin.
4. Bridal Shower
Dicorat-coret, diarak keliling mall, dikasih cake berbentuk alat kelamin. Yakin mau mengeluarkan uang untuk acara yang sebenarnya malu-maluin ini?
5. Sepatu wedding custom
Pendekatan konsep fotografi pernikahan yang mengacu ke Amerika membuat beberapa style baru muncul. Salah satunya adalah pengambilan gambar sepatu sebagai penanda mulainya langkah baru bagi pengantin. Melihat tren anyar ini banyak pengantin berlomba-lomba meng-custom sepatu mereka supaya terlihat bagus ketika difoto. Jika tidak memesan khusus pengantin akan memilih sepatu yang mahal supaya naik gengsi saat mengunggah foto. Huft. Mendingan bayar lebih buat make up yang bagus deh….jelas ada hasilnya 🙂
6. Gantungan baju custom dengan tulisan Groom/Bride
Cute? Iya sih.
Rustic dan keren? Hmmm….yeah.
Penting? Nggak.
7. Memilih vendor berdasarkan ketenaran bukan hasil kerja demi tag di media sosial
Seiring dengan berkembangnya bisnis pernikahan, klasifikasi vendor pun kini kian beragam. Beberapa vendor mengkategorikan dirinya sebagai vendor premium karena material yang digunakan. Atau pengalamannya meng-handle klien-klien besar. Demi bisa tag mereka di media sosial beberapa calon pengantin memilih vendor premium tanpa mempertimbangkan bujet yang dimiliki.
Hasilnya? Bujet pernikahan membengkak. Beban bagi keluarga maupun calon pengantin makin berat. Pemilihan vendor seharusnya tidak dilakukan berdasarkan image yang sudah mereka bangun di media sosial, melainkan dari hasil kerja dan kemampuan finansial calon pengantinnya.
8. Menerbangkan merpati atau balon helium demi kepentingan dokumentasi
Beberapa vendor menawarkan untuk menggunakan merpati atau balon helium sebagai pemanis acara. Tujuannya, balon helium dan merpati ini akan diterbangkan untuk keperluan dokumentasi. Pertanyaannya siapakah yang akan ingat balon helium atau merpati yang diterbangkan di acaramu? Bijakkah mengeluarkan jutaan rupiah untuk itu?
9. Dry ice untuk efek
Supaya mendapatkan efek berasap ketika berjalan menuju pelaminan calon pengantin bisa memilih untuk menggunakan dry ice. Harga dry ice yang berkisar mulai 1,5-2,5 jutaan hanya bisa memberikan efek selama paling panjang 15 menit. Hmmm worth it nggak sih?
Pernikahan seharusnya jadi penanda kita memasuki gerbang kedewasaan. Di fase hidup yang dewasa seharusnya sudah tidak penting lagi hingar bingar yang tercipta di media sosial. Dengan atau tanpa ditunjukkan di media sosial seseorang tetap bisa menjalani hidup yang memuaskan dan sangat menyenangkan. Jadi sekarang bisa kamu pilih sendiri. Mau yang biasa-biasa tapi tetap berkesan — atau mau mengambil simpati banyak orang?