“Sayang, kayaknya kita sampai di sini saja deh.”
“HAH? Maksud kamu kita putus? Memangnya kenapa?”
“Kata Mama kalau kita lanjut lebih serius, takutnya nggak langgeng. Soalnya kamu Jawa, aku Sunda.”
Dalam hidupmu, pernah nggak mendengar kalimat-kalimat tersebut? Atau justru kamu yang mengalaminya sendiri? Mitos tentang kegagalan suatu hubungan karena pasangan yang berbeda suku kadang masih sering didengar. Salah satu yang paling santer ya mitos tentang Jawa-Sunda ini.
Tapi, kamu mungkin masih tak percaya atau heran kenapa Mama kamu atau bahkan pasangan kamu sendiri mungkin mempercayai mitos ini. Sebenarnya kenapa sih orang Sunda tak boleh berpacaran dengan orang Jawa? Biar nggak jadi bimbang dan kemakan hoaks, simak dulu yuk penjelasan Hipwee Wedding yang dilansir dari berbagai sumber ini!
1. Alasan mitos ini berkembang adalah adanya perang Bubat. Awalnya justru putri dari Sunda akan dijodohkan dengan Raja suku Jawa lo
Menurut Historia, awalnya Raja dari Majapahit, Hayam Wuruk akan menikahi Putri Dyah Pitaloka karena alasan politik. Patih Gajahmada dengan semangat menyatukan nusantara memiliki maksud lain melalui pernikahan ini yaitu untuk menaklukan kerajaan Sunda, satu-satunya yang belum berhasil dikuasai. Saat akan menikah inilah rombongan Maharaja Linggabuana datang dan singgah di Bubat, tapi justru sang patih meminta Putri Pitaloka menjadi persembahan. Karena tak terima akhirnya terjadilah perang. Putri Pitaloka menjadi salah satu yang gugur dalam peristiwa ini dengan cara bunuh diri. Duh, miris!
2. Setelah kehilangan kakak dan ayah akhirnya adik dari Putri Dyah Pitaloka menjadi raja. Ternyata mitos yang beredar berawal dari titahnya
Karena tak ikut dalam iring-iringan ke Majapahit, Prabu Niskalawastu Kencana akhirnya menggantikan ayahnya sebagai raja. Dia bertitah agar tak ada rakyatnya yang menikah dengan orang luar apalagi orang Majapahit. Nah, karena kepercayaan inilah akhirnya larangan pernikahan antara orang Jawa dan Sunda masih berkembang hingga sekarang.
3. Namun setelah sekian lama berlalu kedua wilayah ini saja sudah sepakat untuk berbaikan. Mungkin mitosnya juga bisa kamu patahkan~
Sebagai bukti untuk membersihkan adanya perpecahan di masa lalu, jalan-jalan di dekat Gedung Sate, Jawa Barat sudah dinamai dengan nama-nama Jl. Hayam Wuruk hingga Jl. Majapahit. Begitupun dengan wilayah Jawa, Sri Sultan Hamengkubuwono X meresmikan beberapa jalan dengan nama Jl. Padjajaran hingga Jl. Siliwangi di Ringroad Yogyakarta. Nah, pemerintah saja sudah berdamai, mungkin kamu bisa juga mulai mematahkan mitos yang beredar~
4. Walaupun masih ada beberapa yang percaya dengan mitos ini, banyak juga kok pasangan Jawa-Sunda bisa langgeng
Kepercayaan orang berbeda-beda. Mungkin ada yang percaya dengan mitos yang beredar ini. Padahal, jika kegagalan terjadi, bisa jadi karena faktor-faktor yang lain bukan karena latar belakang suku. Mungkin memang prinsip kamu dan dia tidak cocok saja. Tapi, kembali lagi ke kepercayaan masing-masing ya~
Walaupun memiliki latar belakang sejarah yang sedemikian rupa, bukan berarti kamu harus selalu percaya dan menjadikannya patokan lo. Mengenali pribadi calon pasanganmu dan keluarganya dengan lebih baik, jauh lebih penting. Plus, jika akan serius ke pelaminan, pastikan konsep pernikahan diterima dua keluarga ya.