Siapa sih yang bisa mengelak pengorbanan seorang ibu? Dengan segala kesibukan yang dijalani, anak dan keluarga tetap menjadi prioritasnya. Ibarat tubuh manusia, ibu adalah hatinya. Hati yang kuat, hati yang tegar, berisi penuh dengan doa dan harapan. Walau terkadang dalam lubuk hatinya yang dalam, sedih itu ada, manakala bentakan kecil keluar dari mulut anak yang sedari kecil dia timang, hingga besar pun masih tetap ia banggakan. Tapi, toh selalu ada maaf di sana. Dan doanya pun tak pernah putus.
Berikut beberapa poin yang mungkin akan mengingatkanmu bahwa ‘surga di telapak kaki ibu’ itu bukan cuma kiasan semata…
ADVERTISEMENTS
Mengingat kembali saat tubuh kecilmu masih di dalam kandungan. Cuma Ibu, yang mau merawat dan menahan segalanya selama 9 bulan
Semua dijalani dengan ikhlas dan sabar
Dari mulai morning sickness di trimester awal kehamilan, mual muntah tak tertahankan, pegal karena harus membawa beban baru yang makin lama makin besar di dalam rahim, hingga ke proses persalinan yang katanya sakitnya seperti 20 tulang patah secara bersamaan. Ajaibnya, mengeluh sekali saja tidak beliau lakukan.
Bahkan, semua pengorbanan yang dirasa selama 9 bulan mengandung, pun saat proses persalinan seakan sirna, begitu melihatmu lahir ke dunia dengan suara tengisan dan anggota tubuh yang lengkap.
Sejak saat itu, cinta pertama yang sesungguhnya dimulai.
ADVERTISEMENTS
Tak butuh gaji, tapi 24 jam penuh selalu menemani. Pekerjaan menjadi seorang ibu baru saja dimulai…
Hadirmu di dunia, otomatis turut mengubah status dari perempuan biasa menjadi seorang ibu. Tak ada sekolahnya, tak ada training–nya, tapi semua mudah saja dijalani. Atas dasar cinta, mulai dari menyusui tak kenal waktu, kadang pagi-pagi buta atau tengah malam saat semua terlelap dengan mimpinya.
Pernah juga kamu merengek minta susu saat ibumu masih harus menyelesaikan pekerjaan rumah lainnya, semua turut dijalani. Belum lagi jika kamu yang masih kecil terkena demam, rewel sejadi-jadinya, tapi dengan sabar ibu merawatmu. Sambil mulutnya komat-kamit, doanya tak pernah berhenti. Pernah juga bajunya harus rela kena noda buang air besarmu saat masih bayi dulu. Tak ada rasa marah, justru bahagia karena anaknya bisa tumbuh dengan sempurna.
Hati ibu entah terbuat dari apa. Sepertinya berjuta-juta tingkat lebih tinggi dari sekedar kata cinta.
ADVERTISEMENTS
Tak ada baju, tas atau sepatu baru. Baginya, anak-anak lah yang paling berhak mendapatkan semua itu
Bersama ayah, ibu memilih untuk menjadikanmu prioritas di atas kebutuhannya sendiri. Tanpa perlu kalkulator dan rincian biaya yang sudah dikeluarkan selama ini untukmu, ibu tak pernah menghitungnya sebagai hutang yang harus dibayar jika kelak nanti kamu sudah memiliki penghasilan sendiri. Padahal, kalau dihitung dari kamu lahir hingga detik ini, kira-kira sudah berapa banyak jumlah materi yang orang tuamu keluarkan?
Jika bukan campur tangan Tuhan dalam menjawab doa ibumu, semuanya bisa jadi tak mungkin. Sudahkah berterima kasih pada ibu untuk hal yang satu ini?
ADVERTISEMENTS
Saat pacar atau temanmu mengecewakan, dukungan ibu sama sekali tak bisa terkalahkan. Dia selalu ada, berikut dengan sentuhan hangat penuh cinta
Saat kamu akan mengikuti lomba mewarnai atau kontes menyanyi anak-anak di sekolah dulu, ibu adalah supporter nomor satu, penonton paling depan dan menjadi pemandu sorak paling heboh. Sejak malam bahkan ibu tak bisa tidur, membayangkan bayi mungilnya dulu kini sudah berani tampil di depan banyak orang. Ibu pula yang bertepuk tangan paling keras sembari menyunggingkan senyum sumringahnya saat hasil mewarnaimu mendapatkan juara, atau kamu bisa menyanyi dengan lancar tanpa lupa lirik satu pun.
Ketika dewasa dan kecewa terkadang hadir di dalam hatimu, ibu menjadi tempatmu membuang kekesalan. Pun saat ada teman lawan jenis yang sepertinya menyukaimu, ibu sebenarnya diam-diam mulai cemburu. Perhatianmu mulai pudar oleh dia yang sudah mengambil banyak waktumu. Hatinya juga ikut hancur, jika hatimu suatu ketika dipatakan oleh seseorang yang awalnya kamu suka.
Ah, tidakkah kamu menyadari bahwa Maha Baik Tuhan yang telah mengirimkan malaikat tanpa sayap berwujud seorang wanita, yakni ibumu?
ADVERTISEMENTS
Walau tak pernah rela dan sepenuhnya mengikhlaskan, kini sudah saatnya kamu tumbuh dewasa dan ‘meninggalkan’ ibumu perlahan
Kamu, si bayi merah yang tangisnya keras saat keluar dari rahim ibu, kini sudah dewasa. Sudah saatnya meraih mimpi dengan kaki dan usaha sendiri. Ibu mana yang rela, sedangkan inginnya dekat terus dengan buah hatinya. Apalagi usia sudah semakin tua, tenaga pun tak sekuat dahulu. Tapi, demi masa depanmu yang lebih baik, ikhlas menjadi kunci utama, dan do’a tulus adalah sebaik-baiknya bekal, untukmu menyongsong masa depan.
Bertepatan dengan Hari Ibu, Tim Hipwee memintamu dengan tulus untuk mengintropeksi diri. Coba ingat-ingat lagi, kesalahan macam apa yang telah kamu perlakukan ke ibu, sosok tangguh yang raganya tak sekuat dulu. Sesederhana mengucapkan ‘maaf’ dan ‘terima kasih’, apa sih susahnya? Katakan juga pada ibumu, bahwa rasa sayangmu tak terkalahkan, meski jiwamu kini telah dipenuhi kegilaan.
HAPPY MOTHERS DAY!