Bagi seorang laki-laki, mencari istri atau pendamping hidup tentunya bukan urusan yang mudah. Selain terkait dengan diri sendiri, perkara krusial satu itu tak dapat dilepaskan dari tuntutan lingkungan, terlebih orang tua. Banyak tuntutan yang seolah-olah begitu menghantui, salah satunya adalah syarat bahwa seorang perempuan yang hendak menjadi istri seharusnya bisa memasak.
Entah bagaimana “budaya pra nikah” tersebut dapat berkembang, tapi rupanya tak sedikit orang-orang zaman sekarang yang menerapkan hal itu. Padahal sebenarnya banyak lo, hal penting lainnya yang bisa lebih dipikirkan daripada hanya urusan masak-memasak ini.
ADVERTISEMENTS
Di Twitter sedang ramai utas tentang jawaban seorang ibu yang ditanya bagaimana pandangannya terhadap wanita yang tak bisa memasak
“CEWE ENGGAK BISA MASAK BUKAN BERATI ISTRI YANG ENGGAK BAIK”
Kemaren gue gak sengaja liat ada yg nanya kalo cewe gak bisa masak gmna.
Gue tanya ke ibu gue, jawaban nya masih tetap kayak dulu ?
Gue sama ibu kayak gini suka bercanda :’) emang ibu itu paling paham sama anaknya. pic.twitter.com/sVNBP0eM6V— Raka (@ohraka) September 30, 2019
“Kalau ada wanita yang tak bisa memasak, bukan berarti dia istri yang tak baik”
Meski banyak orang yang menganggap bahwa bisa memasak adalah salah satu syarat wajib untuk menjadi seorang istri, namun ternyata masih ada juga lo orang tua yang memiliki pola pikir seperti yang diceritakan oleh @ohraka. Ibunya berpendapat bahwa seorang wanita yang tak bisa memasak, bukan berarti dia merupakan istri yang tak baik.
Setelah menjadi istri, wanita akan paham sendiri kok nantinya apa yang menjadi kewajiban. Toh jika pun menghendaki punya istri yang bisa masak, itu bisa dipelajari bersama setelah menikah, bukan sesuatu yang harus dan wajib ada sebelum menikah.
ADVERTISEMENTS
Nggak banyak yang seberuntung Raka, banyak orangtua yang menjadikan kemahiran masak jadi pertimbangan utama memilih menantu
Sadar nggak sadar, selama ini kita seringkali lupa jika menikah bukan hanya berurusan dengan pasangan kita saja, namun juga meliputi segala hal yang ada di sekitar kita dan sekitarnya. Di saat kita sudah menerima calon pasangan kita dengan apa adanya, tak jarang cobaan malah datang dari pihak lain.
Tak dapat dimungkiri memang, hal tersebut seringkali berasal dari orang tua sendiri yang masih memiliki pikiran-pikiran tertentu yang tak sejalan dengan kita. Bukan pernikahan namanya kalau nggak banyak rintangannya. Apapun itu pilihannya, sebagai orang dewasa juga tentunya kita harus udah paham kok tentang konsekuensi yang telah diambil.
ADVERTISEMENTS
Masak emang penting, tapi banyak hal lain yang harus diperhatikan lebih mendalam. Jangan lupa soal kesetiaan, kedewasaan dan kasih sayang
Sebagai seseorang yang memiliki pikiran cukup dewasa, tentunya kita sadar ada banyak hal besar lainnya yang harus lebih dipertimbangkan. Percuma juga punya pasangan bisa masak, tapi attitude-nya buruk, nggak punya kepekaan sosial, atau bahkan nggak memiliki rasa kasih sayang yang tulus. Itulah mengapa kita tak boleh hanya terpaku pada satu hal dalam memutuskan sesuatu.
Selain itu, hubungan yang sehat juga hanya akan terjadi melalui komunikasi 2 arah. Jika kita menuntut sesuatu, kita harus konsekuen –mesti bisa diandalkan saat ada tuntutan dari pasangan. Percaya deh, saling menghargai dan memberi dengan tulus tak akan membuat kita kekurangan suatu apapun kok!