Kabar bahagia kembali datang dari dunia selebriti tanah air. Setelah pernikahan Raisa dan Hamish Daud yang bikin warganet baper berkepanjangan, kini giliran Laudya Cynthia Bella yang akhirnya naik pelaminan. Tepatnya pada tanggal 8 Sepetember 2017 lalu, dara cantik ini telah resmi dipersunting oleh pria asal Malaysia bernama Engku Emran. Melaksanakan akad dan resepsi di Kuala Lumpur, keduanya terlihat serasi dengan balutan busana pengantin bergaya tradisional melayu yang serba putih.
Sebulan sebelum menggelar pernikahan, Bella beserta Engku Emran dan buah hatinya, Engku Aleesya, melakukan foto prewedding di Bukittinggi, Padang, Sumatera Barat. Berbeda dengan kebanyakan orang, Bella justru baru saja merilis foto prewedding-nya setelah resmi menikah. Dalam foto yang beredar di media sosial, ketiganya mengenakan busana adat Koto Gadang. Wajar, Bella memang memiliki darah campuran Sunda, Minangkabau, dan Jawa.
Kali ini Hipwee Wedding akan fokus mengulik busana adat Koto Gadang yang ramai diperbincangkan selepas Bella memposting foto prewedding-nya. Di mana memiliki beberapa makna tersirat di balik kemegahannya yang layak untuk kita ketahui.
ADVERTISEMENTS
Meski sama-sama adat Minangkabau, busana adat pengantin Koto Gadang berbeda dengan busana adat pengantin Minang pada umumnya
Busana adat Minangkabau memiliki keragaman yang begitu kaya. Setiap nagari dan luhak adat (wilayah setingkat desa dan kecamatan) memiliki corak busana adat pengantinnya masing-masing. Salah satu yang familiar adalah busana adat pengantin adat Minang di mana mempelai wanitanya mengenakan suntiang, yakni hiasan kepala keemasan bersusun tinggi menjulang. Busana adat pengantin seperti ini lazim dikenakan oleh pengantin yang berasal dari daerah pesisir Minangkabau.
Sedangkan Koto Gadang di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, yang merupakan wilayah dataran tinggi, dikenal dengan busana adat pengantin yang bentuknya lebih sederhana namun terkesan mewah. Jika biasanya busana adat pengantin Minang identik dengan suntiang-nya, maka busana adat pengantin Koto Gadang ini lebih lazim  mengenakan tutup kepala yang lebih sederhana bentuknya, yakni selendang berbahan kain beludru bersulam emas.
Tak hanya identik dengan hiasan kepalanya saja, busana pengantin khas Sumatera Barat juga terlihat elok dengan warna-warninya yang cerah seperti nuansa merah, emas, dan silver.
ADVERTISEMENTS
Busana adat yang dikenakan mempelai wanita memiliki warna pakem merah bertabur emas dan cenderung menutupi bentuk badan
Busana atasan yang dikenakan oleh anak daro adalah baju kuruang alias baju kurung berbahan beludru batabua, dihiasi dengan sulaman benang emas bermotif mirip bunga disebut tabua (tabur) yang melambangkan kekayaan alam Minangkabau. Di beberapa bagian baju kurungnya juga dihiasi dengan balutan kain balapak atau songket sebagai padanan, tak lupa selendang songket warna senada yang tersampir di bahunya. Sedangkan untuk bagian bawahnya, anak daro mengenakan kodek, yakni sarung yang terbuat dari kain songket.
Baju kurung ini biasanya sengaja dibuat longgar, panjang dan nggak transparan sehingga menutupi bentuk tubuh. Baju kurung ini juga ternyata menyimpan makna yang baik bagi pemakainya. Bahwa sebagai calon ibu rumah tangga, ia terkurung dan dibatasi oleh aturan yang sesuai dengan adat Minangkabau dan juga ajaran agama Islam. Sehingga harus pintar menjaga diri dan nama baik keluarganya.
ADVERTISEMENTS
Salah satu keunikan busana adat pengantin Koto Gadang terletak pada tutup kepala mempelai wanita berupa selendang beludru sulam emas yang disebut tengkuluk talakuang
Tanpa menggunakan suntiang yang biasa dikenakan pengantin pesisir Minangkabau, mempelai wanita Koto Gadang tetap terlihat cantik dengan kerudung penutup kepala berupa tengkuluk talakuang. Bahannya yang terbuat dari kain beludru berhias ornamen keemasan terlihat sangat selaras dengan busana yang dikenakan sehingga kerap menjadi pusat perhatian.
Aksesorinya sendiri berupa perhiasan kalung bertumpuk di dada mulai dari kalung cakiek, kalung dukuah, kalung keroncong hingga kalung dirham. Sementara gelang garobah ukuran besar dan gelang-gelang kecil seperti gelang rantai emas, gelang marjan, gelang pilin kepala bunting hingga gelang kareh emas, indah menghiasi pergelangan tangan. Lentiknya jari-jemari pun tak luput dari kilau keemasan dengan kehadiran barisan cincin mato berlian, cincin mato tujuh, cincin mato lima, cincin belah rotan dan cincin kankuang. Kehadiran aksesori-aksesori ini semakin menambah kemegahan busana adat pengantin Koto Gadang.
ADVERTISEMENTS
Sedangkan mempelai pria mengenakan baju gadang yang berbahan beludru, celana panjang longgar, serta hiasan penutup kepala
Mempelai pria atau marapulai mengenakan baju gadang atau baju roky dari bahan beludru berwarna senada dengan baju kuruang yang dikenakan anak daro. Sedang bawahannya memakai celana panjang longgar dari bahan dan warna yang sama sebagai padanan. Kemudian kain balapak yang disampirkan pada pundak, disempurnakan dengan kain samping yang dililitkan di pinggang, serta sebilah keris yang disematkan. Hiasan penutup kepala yang dikenakan berupa saluak marapulai dari kain songket berwarna serta alas kaki semacam sandal terompah dari bahan kulit. Busana seperti ini biasanya dikenakan mempelai pria Koto Gadang untuk upacara akad nikah.
Busana adat Koto Gadang ini selain cantik dan megah, juga menyimpan begitu banyak keunikan tradisi yang menarik untuk diketahui, bukan? Busananya yang biasa dibuat longgar dan nggak transparan mulai dari leher hingga ke mata kaki dan dihiasi dengan tutup kepala ini terkesan tertutup dan sopan. Itulah kenapa busana adat Koto Gadang ini sangat cocok untuk dikenakan wanita Muslim yang berhijab tanpa harus menghilangkan unsur budaya aslinya. Hal ini jugalah yang nampak pada Bella dalam foto prewedding-nya yang menuai banyak pujian karena kecantikan dan kemegahannya. Magis!