“Kapan nikah?”
“Nunggu apa lagi, kok kamu belum mau nikah juga sama si anu inu?”
Duh, seandainya yang tanya begitu adalah teman, tetangga, Bude, Pakde dan lain-lainnya, kamu mungkin bisa saja menganggapnya angin lalu. Nyengir, jawab iseng terus menghindar dan cari topik lain. Tapi apa kabar kalau ini adalah pertanyaan rutin dari kedua orang tuamu yang khawatir?
Nggak bisa dimungkiri, kini semakin banyak orang yang memilih menunda pernikahan dengan beragam alasan. Yang pasti, yang berhak menentukan kapan kamu menikah dan berumah tangga bukanlah orang lain melainkan kamu sendiri. Ingat, yang bakal menghabiskan hidup sama suami/istrimu nanti adalah kamu, bukan orang tua kamu. Jadi kalau seandainya kamu saat ini sedang habis akal menghindar dari pertanyaan bertubi-tubi Mama dan Papa kamu, beberapa strategi ini bisa kamu coba untuk berkomunikasi. Cek dan sesuaikan dengan kondisimu masing-masing ya!
ADVERTISEMENTS
1. Ajak mereka duduk baik-baik dan katakan bahwa saat ini kamu sedang harus (katakan harus, bukan cuma ingin) fokus dengan karier atau studi yang sedang ditekuni. Merendahlah agar pendapatmu bisa didengar
Cara pertama yang bisa kamu coba adalah mengajak mereka berdiskusi soal prioritasmu saat ini. Kamu bisa bercerita bagaimana beratnya studi atau kariermu saat ini jika harus dijalani sambil membagi perhatian untuk hal lain. Jika kamu memang nggak ingin menikah, nggak perlu diungkapkan secara gamblang saat itu. Katakan saja, bahwa saat ini pernikahan bukan prioritas karena kamu nggak cukup pandai mengatur karier/studi dengan relasi spesial dengan seseorang.
Jika kamu merendah, apa adanya dan nggak buru-buru menghakimi pilihan orang tuamu, besar kemungkinan pendapatmu bisa jadi lebih mudah didengar lo! Mungkin butuh waktu dicerna, tapi setidaknya kamu sudah berusaha berkomunikasi dengan sopan dan terbuka.
ADVERTISEMENTS
2. Sebelum memaparkan alasanmu, tanyakan kepada mereka alasan ingin kamu segera menikah. Dengarkan dengan seksama, tanpa memotong atau terlihat ingin mendebatnya. Setelah mereka puas menumpahkan uneg-uneg, giliran kamu ‘menjawab’ semua keresahan mereka
Jika kamu ada di posisi mereka, mungkin (mungkin lo) kamu juga akan punya pertimbangan sendiri, kenapa ingin anaknya segera menikah di usia yang mereka anggap sudah matang. Nggak ada orang tua (pada umumnya) yang nggak ingin anaknya bahagia. Oleh karena itu, sebelum kamu mengungkapkan alasanmu menunda pernikahan, dengarkanlah dulu alasan mereka dengan sabar dan tenang.
Biarkan mereka menumpahkan perasaan mereka sampai tuntas. Biasanya orang cenderung akan lebih mudah naik pitam kalau ada uneg-uneg yang masih belum tersampaikan. Rasa ingin dimengerti itu juga dirasakan orang tuamu lo! Setelah mereka selesai, sampaikan dengan sopan, kenapa kamu menunda pernikahan. Entah karena kamu ingin berkarier, ingin menyelesaikan studi atau perkara belum ketemu yang pas, sampaikan saja terus terang ya.
ADVERTISEMENTS
3. Bahasan ini mungkin bisa jadi diskusi yang kurang nyaman. Jadi usahakan cari momen yang pas, setelah perut kenyang (ya ini penting!) dan kemudian katakan terus terang bahwa desakan mereka sebenarnya membuatmu tertekan
Jangan ngajak ngobrol pas di dalam mobil, saat kalian lagi rusuh ngurus rumah atau masak, jangan juga pas orang tuamu lagi ada kesibukan. Kamu yang paling tahu, momen di mana mereka bisa mendengar dengan tenang, nggak sedang lelah atau lapar.
Setelah kamu ketemu momen yang nyaman buat kamu dan orang tua, lanjut dengan mengungkapkan perasaanmu secara gamblang. Nggak usah mutar-mutar dan membuat bingung. Sampaikan dengan lembut tapi lugas. Misalnya begini:
“Ma, Pa. Maaf aku mau minta waktu sebentar. Sebenarnya aku kurang nyaman harus bicara gini, tapi aku yakin Mama Papa bisa mengerti apa yang aku rasakan. Terus terang, obrolan soal kapan menikah ini lama-lama bikin aku merasa agak tertekan. Aku tahu maksud Mama Papa itu baik, tapi hal ini bikin aku jadi susah untuk fokus dengan hal-hal yang aku kerjakan sekarang. Kasih aku waktu untuk menentukan kapan aku mau nikah dan berumah tangga ya, Ma, Pa. Supaya nanti aku nggak salah pilih dan bisa bahagia.”
ADVERTISEMENTS
4. Jika mereka tetap kekeuh, apa pun yang kamu katakan nggak akan bisa diterima. Oleh karena itu, ambil jeda dan jarak sejenak. Kamu bisa mengungkapkan perasaan dengan cara jitu lain, yaitu dengan menulis sebuah surat
Susah ya ngobrol kalau sebelum selesai kalimatmu, eh sudah dimentahin duluan. Apa lagi kalau keluar kata “Nggak sayang Mama Papa”, “Nunggu apa lagi”, “Mau nikah nunggu Mama Papa udah nggak ada.” dan sebagainya. Huft. Oke, tarik napas dulu terus hembuskan yuk. Mundur selangkah, ambil jarak dan jeda sejenak.
Saat gol kamu dan orang tua berbeda, memang agak susah untuk menyatukan pendapat. Jika memang ngobrol sama orang tua terasa berat, kamu bisa jalan klasik ini, yaitu menulis surat. Iya surat! Entah kenapa saat isi hati ditulis dan ditumpahkan apa adanya, pesan di dalamnya bisa diterima dengan sedikit lebih terbuka oleh yang baca. Kalau orang tuamu tipe yang keras, pasti nggak akan serta merta jadi mulus juga. Tapi setidaknya, kamu sudah mencoba kan?
Ada segudang alasan orang tuamu ingin melihatmu segera menikah, apalagi usia sudah di ujung kepala tiga. Tapi yakin deh, kamu juga berhak punya segudang alasan untuk menikah nanti atau nggak sama sekali. Tapi satu hal yang pasti, pikirkan matang-matang keputusanmu dan segala strategi yang harus menyertai. Kalau saat ini kamu sebenarnya sudah punya pasangan, tapi masih butuh menuntaskan banyak hal dulu sebelum mantap menikah, nggak apa-apa.
Menikah itu keputusan sekali seumur hidup, ibarat perjalanan satu arah dan nggak ada tiket kembali. Pastikan kamu nyaman dengan keputusanmu, oke? Semoga kamu dan orang tuamu senantiasa diberikan kesehatan ya!