Belajar dari Kesalahan, Ternyata Sangat Penting Mengatur Jarak Kehamilan

Ada 3 hal yang saya sesali dalam hidup; masuk IPA waktu SMA, kuliah di jurusan Teknik, dan punya 2 anak dalam jarak dekat.

Seandainya saya bisa memutar waktu, ketiga hal tersebut rasanya ingin saya ubah; masuk jurusan IPS, kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi, dan mengatur jarak anak kedua dengan rentang waktu setidaknya empat tahun dengan anak pertama. Untuk urusan nomor satu dan dua, saya sudah bisa lebih nrimo karena toh sekarang keseharian saya tidak bersinggungan sama sekali dengan hal-hal berbau ilmu eksak. Senangnya lagi saya malah diberi kesempatan untuk bekerja di bidangnya komunikasi. Tuhan kurang baik apa, coba?

Nah, kalau soal urusan anak, saya tidak bisa bilang bahwa saya menyesal punya dua anak, tapi saya hanya menyesali sempitnya ilmu yang saya punya tentang bagaimana mengatur jarak kehamilan dan mengantisipasi kemungkinan apa yang terjadi jika memiliki dua anak sekaligus dengan jarak yang terlalu dekat.

ADVERTISEMENTS

Saya hamil anak kedua saat anak pertama baru masuk usia 6 bulan

Belajar dari Kesalahan, Ternyata Sangat Penting Mengatur Jarak Kehamilan

28 minggu hamil anak ke-2 via www.facebook.com

Yang sudah punya anak pasti tahu bahwa siklus menstruasi pasca melahirkan tidak selalu langsung bisa kembali normal seperti sediakala. Usai masa nifas selama 40 hari, ada di antara kami yang langsung mengalami menstruasi di bulan berikutnya, namun sebagian lainnya tidak. Ada yang diberi jeda hingga 5 bulan, 7 bulan bahkan lebih dari 1 tahun hingga akhirnya si tamu bulanan itu datang kembali.

Dokter kandungan yang menangani saya kala itu sempat berujar bahwa menyusui dengan pemberian ASI secara eksklusif dapat dijadikan sebagai KB alami. Ternyata, menurut hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh WHO, seperti yang dilansir dari laman id.theasianparent.com, durasi rentang waktu menstruasi setelah melahirkan umumnya bervarasi antara 4-10 bulan, namun ada juga yang mencapai 15-18 bulan setelah melahirkan.

Sebagaimana dijelaskan pula oleh dr. Didi Dewanto, SpOG di website meetdoctor.com, bila sang ibu menyusui ASI eksklusif pada 6 bulan pertama, biasanya tidak akan mendapatkan menstruasi karena terjadi hiperprolaktin. Tapi jika dalam keadaan ASI eksklusif pun si ibu tetap mendapatkan menstruasi, itu berarti sudah memasuki masa subur. Baiknya mencari alternatif KB lainnya jika ingin menunda kehamilan.

Atas dasar itulah saya ngeyel saat ibu saya menganjurkan untuk segera pasang KB setelah masa nifas berakhir. Saya kukuh bahwa proses menyusui dengan ASI sudah cukup sebagai KB alami. Kalau ada yang alami, kenapa harus pilih yang buatan, sih?

Tapi sepertinya saya kualat, saat anak saya berusia 7 bulan, saya sudah hamil dengan usia kandungan 7 minggu dan tanpa menstruasi sama sekali. Iya, saya belum menstruasi sejak masa nifas dan langsung hamil lagi. Rezeki nomplok!

ADVERTISEMENTS

Akhirnya, di usia pernikahan saya yang kedua, status saya juga berubah jadi ibu muda beranak dua

Belajar dari Kesalahan, Ternyata Sangat Penting Mengatur Jarak Kehamilan

Apa ada yang mirip saya? via www.facebook.com

Hanya butuh waktu sampai wedding anniversary kedua saya dikaruniai dua orang anak. Laki-laki, sehat, baik rupa —dan semoga baik pula nasib serta budi pekertinya. Banyak orang menganggap rezeki hanya berupa harta benda dan materi. Tapi, saya bolak balik menepis rasa sesal karena tidak mengatur jarak kehamilan dengan rasa syukur yang teramat sangat dengan hadirnya dua anak di dalam kehidupan saya. Bukankah yang menurut kita baik, belum tentu baik di mata Allah, begitu juga sebaliknya?

ADVERTISEMENTS

Untukmu yang sebentar lagi menikah atau baru saja mendapatkan anak pertama, lihat deh kenapa sebaiknya mempunyai anak itu diberi jarak

Belajar dari Kesalahan, Ternyata Sangat Penting Mengatur Jarak Kehamilan

Coba, harus marah apa gemas kalau begini?! via www.instagram.com

Saya bukannya menyalahkan keadaan, saya juga bukan berarti kemudian benci dengan anak-anak saya. Untungnya mereka semua lucu-lucu dan menggemaskan. Meski nggak bisa dimungkiri sering saya lelah dan sering juga saya kesal dengan kelakuan mereka. Kalau setan sedang menang menghasut saya, kadang ada kalimat ‘seandainya anaknya cuma satu aja, semua pasti akan lebih mudah’ muncul melintas dalam pikiran jelek saya. Tapi hei, siapa yang tahu kalau Tuhan diam-diam sedang merencanakan sesuatu yang besar di ujung sana untuk keluarga kecil saya?

Di balik itu semua, mengatur jarak kehamilan bukanlah urusan kerepotan semata yang bisa dilihat secara gamblang, namun juga ternyata dinilai kurang ideal dilihat dari berbagai faktor seperti yang dilansir dari laman alodokter.com, di antaranya;

  • Secara medis. tubuh ibu membutuhkan waktu untuk pulih dari stres usai melahirkan. Selain itu, tubuh juga perlu mengisi ulang gizi yang hilang karena melahirkan anak pertama serta perlu mendapat asupan vitamin yang cukup sebelum kemudian siap hamil lagi. Jika jarak anak pertama dengan anak kedua kurang dari 17 bulan, ternyata dapat meningkatkan risiko anak kedua lahir prematur atau lahir dengan berat badan di bawah normal. Studi  lainnya menemukan bahwa anak kedua yang dilahirkan kurang dari setahun setelah kelahiran anak pertama memiliki risiko autisme 50 persen lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang dilahirkan dengan jarak 2-5 tahun dari kakaknya
  • Dari segi mental sang kakak. Jangan dikira urusan memberi adik hanya perlu persiapan dari kita saja sebagai orangtua. Dia bisa saja merasa cemburu dan menunjukkannya dengan emosi berlebihan dan menjadi sangat rewel. Memberi adik saat kakak belum mengerti dan belum siap dapat membuat si kakak merasa dikucilkan, kurang perhatian dan merasa orangtuanya tidak lagi mencintainya. Untuk urusan yang ini saya sangat merasakan dampaknya
  • Psikologis ibu. Mengurus anak adalah sesuatu yang tidak kenal waktu dan sangat menguras tenaga, sedangkan hamil adalah kondisi tubuh dalam keadaan sangat rentan dan mudah lelah. Bayangkan dua hal  tersebut dikombinasikan jadi satu. Tentu bukanlah sebuah keadaan ideal meski saat saya menjalaninya semua terasa mudah-mudah saja. Sudah pasti ini adalah keajaiban Tuhan.

ADVERTISEMENTS

Untuk urusan caranya, semua terserah kesepakatanmu dan pasangan. Kalau saya sih, saking traumanya langsung pasang IUD begitu selesai nifas usai melahirkan anak kedua

Belajar dari Kesalahan, Ternyata Sangat Penting Mengatur Jarak Kehamilan

Begini bentuk IUD via hellosehat.com

KB sebenarnya soal urusan cara, bukan berarti harus mendapatkan tindakan medis seperti mengkonsumsi pil KB, suntik KB, hingga memakai IUD atau KB implan. (Silakan googling ya untuk jenis-jenis KB). Buatmu yang ogah berurusan dengan obat-obatan dan benda asing yang masuk ke dalam tubuh, KB bisa kok dijalani dengan menggunakan kondom, KB kalender (terlebih yang punya siklus menstruasi teratur), hingga pada cara lawas; ‘keluarin di luar‘. Yang perlu digaris bawahi, KB bukan jaminan 100 persen tidak akan terjadi kehamilan. Bagaimanapun juga KB adalah tindakan preventif buatan manusia. Kalau Tuhan sudah berkehendak, tentu itu akan lain cerita.

ADVERTISEMENTS

Kini saya lebih bersyukur bahwa sebenarnya jika ditelisik lebih jauh, tidak ada alasan saya untuk terus menggerutu

Belajar dari Kesalahan, Ternyata Sangat Penting Mengatur Jarak Kehamilan

Banyak yang harus disyukuri via www.instagram.com

Saya jadi sering bertanya pada diri sendiri, apa sih penyesalan terbesar dari punya dua anak? Repot? Tapi sejauh ini saya masih bisa handle semua dengan baik. Finansial? Anak-anak saya juga masih bisa makan enak, bergizi, saya masih mampu beli popok dan susu, jalan-jalan, tidur dengan nyaman, hingga pakai baju layak. Waktu? Saat ini waktu senggang saya bisa dibilang tidak ada, tapi tak lama lagi mereka tumbuh besar dan punya lingkungannya sendiri. Justru mungkin malah saya yang akan kesepian.

Saya jadi tertampar bahwa apa yang saya punya mungkin saja jadi sesuatu yang amat sangat didambakan pasangan lain. Saya tidak perlu ikut tes kesuburan, saya tidak perlu ikut program kehamilan yang memakan biaya selangit, apalagi jika ingin menjalani program bayi tabung. Allah begitu murahnya memberikan dua anak dengan cuma-cuma, bahkan ketika sebenarnya saya sendiri belum meminta. Kalau keadaan ini dibalik dan saya yang sampai ke usia pernikahan keempat ini belum dikaruniai anak, mungkin saja saya akan lebih terpuruk daripada mereka. Jadi, nikmat-Nya yang manakah yang bisa saya dustakan?

ADVERTISEMENTS

#HipweeJurnal adalah ruang dari para penulis Hipwee kesayanganmu untuk berbagi opini, pengalaman, serta kisah pribadinya yang seru dan mungkin kamu perlu tahu Belajar dari Kesalahan, Ternyata Sangat Penting Mengatur Jarak Kehamilan

Baca tulisan #HipweeJurnal dari penulis lainnya di sini!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

a young mother of two