6 Fakta dan Mitos Seputar ASI. Benar Nggak Sih Payudara Besar = ASI-nya Pasti Banyak?

Menyusui tentunya jadi hal baru buatmu yang sebentar lagi akan jadi ibu. Bayangkan ada makhluk kecil yang hidupnya bergantung darimu. Hal ini tentu saja membuatmu banyak cari tahu sebagai persiapan agar kelak semuanya berjalan lancar dan baik-baik saja. Browsing sana-sini, masuk ke komunitas ibu menyusui, tanya ke teman-teman yang sudah lebih dulu punya anak dan juga sharing dengan mama tentang bagaimana dulu beliau menyusui kamu.

Semakin banyak mendapatkan informasi, semakin banyak pula mitos tentang ASI yang sepertinya sudah turun temurun jadi cerita yang hanya berbekal ‘katanya’. Agar nanti kamu tak termakan omongan orang, Hipwee akan memberikan 6 mitos dan fakta seputar ASI. Semoga membantu ya!

ADVERTISEMENTS

1. Ukuran payudara tidak berpengaruh terhadap volume ASI yang dihasilkan = fakta

6 Fakta dan Mitos Seputar ASI. Benar Nggak Sih Payudara Besar = ASI-nya Pasti Banyak?

Ukuran payudara tidak berpengaruh via www.tokopedia.com

Katanya, jika ukuran payudara kecil, ASI yang diproduksi tidaklah bisa mencukupi kebutuhan bayi. Faktanya, ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan produksi ASI. Besar atau kecil, ASI akan selalu cukup untuk dikonsumsi. Karena dasar dari produksi ASI adalah on demand, di mana semakin sering dikeluarkan, justru akan semakin banyak diproduksi, jadi jelas ukuran payudara bukan menjadi patokan. Besar kecilnya payudara hanya bergantung dari jaringan lemak di dalam payudara.

ADVERTISEMENTS

2. Sebelum menyusui, payudara sebaiknya digoyang-goyangkan dulu agar ASI tercampur dengan baik. Emang milkshake? Ini mitos

6 Fakta dan Mitos Seputar ASI. Benar Nggak Sih Payudara Besar = ASI-nya Pasti Banyak?

Nggak perlulah pakai digoyang dulu via www.femalesia.com

Banyak mitos yang beredar bahwa sebelum menyusui, sebaiknya payudara digoyang-goyangkan terlebih dahulu agar ASI tercampur dengan sempurna. Padahal faktanya, ASI terdiri dari foremilk dan hindmilk, keduanya keluar bergantian.

Foremilk adalah  yang keluar lebih dahulu saat menyusui. Foremilk lebih bersifat encer, kaya akan laktosa dan protein yang penting untuk pertumbuhan otak. Karena sifatnya yang encer, foremilk berguna untuk menghilangkan rasa haus pada bayi. Sementara hindmilk keluar beberapa saat setelah foremilk, sifatnya lebih kental dan mengandung lebih banyak lemak daripada foremilk dan bermanfaat untuk pertumbuhan fisik anak. Hindmilk yang lebih kaya lemak inilah yang memberikan efek kenyang pada bayi.

Jika si bayi menyusu dan merasa puas, artinya dia kenyang dan mendapatkan keduanya. Lagian, ngapain sih pakai digoyangkan segala? Nanti jadinya milkshake, lagi? Eh, atau malah obat sirup ya?

ADVERTISEMENTS

3. ASI yang pertama kali keluar katanya basi soalnya warnanya kuning. Padahal itu justru yang manfaatnya sangat besar, lho!

6 Fakta dan Mitos Seputar ASI. Benar Nggak Sih Payudara Besar = ASI-nya Pasti Banyak?

Jangan sampai buang kolostrum via family.fimela.com

Namanya kolostrum. Warnanya memang kuning karena tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup. Jangan dibuang, kolostrum ini justru sangat besar manfaatnya terutama untuk antibodi. Biasanya bayi mendapatkan kolostrum ketika Inisiasi Menyusui Dini (IMD) yang dilakukan sesaat setelah bayi berhasil dilahirkan.

ADVERTISEMENTS

4. Kalau ibu menyusui makan sambal, nanti ASInya pedas nggak ya?

6 Fakta dan Mitos Seputar ASI. Benar Nggak Sih Payudara Besar = ASI-nya Pasti Banyak?

ASInya jadi pedas nggak ya? via www.adv-bio.com

Cabai mengandung zat yang bernama capsaicin. Ada bayi yang sensitif terhadap zat ini. Jika bayi menyusu pada ibu yang baru saja mengonsumsi cabai, biasanya reaksi paling mungkin adalah diare. Namun, ada juga bayi yang kebal dan sama sekali nggak berpengaruh walaupun sang ibu baru saja makan sambal. Jadi, kalau ada ibu menyusui makan cabai, dipersilakan. Tapi dalam jumlah yang wajar dan amati reaksi bayi setelahnya.

ADVERTISEMENTS

5. Benarkah kadar makanan atau minuman panas/hangat/dingin berpengaruh terhadap kondisi ASI?

6 Fakta dan Mitos Seputar ASI. Benar Nggak Sih Payudara Besar = ASI-nya Pasti Banyak?

Semua makanan boleh dimakan via www.gulalives.co

Katanya ibu menyusui nggak boleh makan atau minum yang masih panas, nanti bibir bayinya jadi kebiru-biruan. Nggak boleh minum es juga, nanti bayinya bisa pilek. Yang banyak disarankan, konsumsilah makanan atau minuman hangat agar ASI juga jadi hangat. Hah, masa sih?

Semua kasus di atas adalah mitos. Faktanya, ASI sama sekali tidak terpengaruh oleh suhu makanan atau minuman yang ibu konsumsi. Suhu ASI selalu mengikuti suhu tubuh ibu. Umumnya, ASI dalam payudara bersuhu 37-38 derajat celcius terlepas dari apapun yang ibu konsumsi.

ADVERTISEMENTS

6. Katanya kalau bayi sakit, yang minum obat adalah ibunya karena nanti obat tersebut bisa mengalir lewat ASI. Apakah benar?

6 Fakta dan Mitos Seputar ASI. Benar Nggak Sih Payudara Besar = ASI-nya Pasti Banyak?

Bayi minum obat langsung, bukan lewat ibu via www.republika.co.id

Obat yang diminum oleh ibu menyusui diproses oleh organ pencernaan ibu dan diserap oleh tubuh ibu. Pada akhirnya yang sampai ke ASI sangatlah sedikit dan bisa jadi tidak ada sama sekali. Meski demikian, ada beberapa kategori obat yang memang tidak boleh diminum oleh ibu menyusui karena punya pengaruh besar terhadap ASI dan berbahaya bagi bayi. Maka dari itu, perlu memberi tahu pada dokter jika akan diresepkan obat bahwa kita sedang dalam kondisi menyusui.

Jadi, tidak benar mengenai mitos yang tersebar bahwa jika bayi sedang sakit, yang mengkonsumsi obatnya adalah ibu si bayi. Lagipula, jenis dan dosis obat untuk orang dewasa dan bayi tentulah berbeda. Bayangkan saja, untuk seorang bayi, obat yang diberikan biasanya hanya beberapa miligram saja. Kalau ibu yang minum, obatnya sudah habis diserap oleh pencernaan si ibu lebih dulu dan bayinya nggak akan dapat apa-apa. Maka, tak heran bila bayi yang sakit tidak sembuh-sembuh akibat ibu yang mengkonsumsi obat tersebut.

Menyusui pada dasarnya nggak punya banyak pantangan. Semakin ibu happy, semakin banyak menghasilkan hormon oksitosin, semakin banyak pula produksi ASInya. Yang terpenting juga, bukan kuantitas makanan yang masuk tapi lebih pada nutrisi dan kandungan gizinya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

a young mother of two