Menjadi orangtua memang nggak mudah. Perlu ketelatenan dan kesabaran untuk mengurus anak agar tumbuh sesuai harapan. Apapun dilakukan demi menjaga kesehatan anaknya. Mulai dari membuat aturan-aturan khusus hingga mengupayakan agar anaknya terkondisi selalu bersih setiap saat.
Nggak ada salahnya memang, toh orangtua juga punya caranya masing-masing untuk mengurus dan membesarkan anaknya. Namun, beberapa kebiasaan ini kerap kali dilakukan orangtua, baik sengaja maupun nggak, yang justru membuat anak jadi ringkih dan mudah sakit. Dilansir dari Reader’s Digest, berikut Hipwee Wedding informasikan beberapa poinnya khusus buatmu, calon ayah dan ibu.
ADVERTISEMENTS
1. Memperlakukan lingkungan rumah layaknya rumah sakit, yang selalu dijaga kebersihan dan higienitasnya setiap hari
Bukan berarti kemudian kamu sebagai orangtua lantas nggak pernah membersihkan rumah dan lingkungan sekitarnya juga. Standar kebersihan yang ada di rumah tinggal dengan di rumah sakit tentu saja berbeda. Rumah sakit memiliki standar kebersihan dan higienitas yang lebih tinggi ketimbang rumah tinggal untuk mencegah memburuknya kondisi pasien karena daya tahan tubuhnya yang berbeda dengan orang sehat lainnya. Juga sebagai salah satu upaya untuk menghidari menularnya penyakit pada pekerja rumah sakit maupun para penjenguk.
Rumah yang terlalu bersih akan membuat anak jadi kurang pengalaman untuk bersentuhan dengan berbagai bakteri maupun virus yang sering jadi penyebab anak gampang sakit. Anak perlu dilatih untuk menghadapi bakteri maupun virus agar daya tahan tubuhnya lebih kebal terhadap penyakit.
ADVERTISEMENTS
2. Terlalu banyak mengaplikasikan sabun antibakteri saat memandikan anak juga nggak baik lho!
Memberikan banyak sabun antibakteri dengan menggosoknya agar kulit anak benar-benar bersih dan kesat seolah membuat anak jadi lebih bersih. Nyatanya, hal itu justru akan membuat kulitnya kering, karena kebanyakan sabun antibakteri memiliki kandungan triclosan yang menyebabkan masalah kulit jika digunakan berlebihan. Dan yang paling penting, pertahanan tubuh anak terhadap bakteri jadi makin lemah. Anak hanya butuh disabuni sekali dengan basuhan air secukupnya untuk menghilangkan kotoran di kulitnya.
ADVERTISEMENTS
3. Terlalu khawatir dengan kebersihan dot, empeng, mainan maupun teether anak yang jatuh ke lantai
Beberapa orangtua merasa sangat khawatir saat dot, empeng, mainan maupun teether anak jatuh ke lantai. Nggak jarang jika mereka langsung membersihkannya dengan air hangat untuk membuatnya kembali steril. Bahkan ada juga yang menggunakan sabun khusus untuk membersihkan peralatan bayi untuk dan merasa terjamin dengan ini. Nggak ada salahnya memang, namun terlalu sering mencuci peralatan anak tiap kali jatuh ke lantai juga berdampak negatif, apalagi jika setiap hari. Anak akan menjadi rentan terhadap kuman dan bakteri di sekitarnya.
ADVERTISEMENTS
4. Takut menerapkan prinsip ‘belum lima menit’ pada anak, terutama saat ia tengah mengonsumsi makanan
Tradisi zaman dulu di mana saat makanan jatuh langsung diambil kembali dan dimakan lagi itu nggak sepenuhnya keliru. Kuman dan bakteri butuh beberapa waktu untuk bisa benar-benar menempel pada makanan. Saat makanan anak jatuh ke lantai dan ia memungutnya kembali, kamu nggak perlu panik dan buru-buru memaksanya untuk membuang makanannya. Kecuali, makanan tersebut jatuh dan mengenai sesuatu yang sifatnya benar-benar kotor, busuk, atau berbahaya. Lagi-lagi, hal ini dimaksudkan untuk membuat daya tahan tubuh anak lebih rentan terhadap kuman dan bakteri.
ADVERTISEMENTS
5. Terlalu mengandalkan produk seperti tisu basah atau gel antiseptik selagi masih bisa mencuci tangan
Produk antibakteri seperti tisu basah dan gel antiseptik memang menggiurkan dalam promosinya memberantas bakteri dengan instan. Padahal, semakin sering kamu menggunakannya, maka akan semakin memperlemah pertahanan terhadap bakteri. Begitupun jika diterapkan pada anak-anakmu. Mencuci tangan dengan sabun lebih disarankan, apalagi jika memang memungkinkan. Kebiasaan mencuci tangan akan selalu diingat anak dan akan ia terapkan juga di kemudian hari. Gunakan tisu basah atau gel antiseptik saat sedang bepergian dan nggak menemukan air bersih di sana.
ADVERTISEMENTS
6. Melarang anak bermain tanah, air atau berinteraksi dengan binatang. Selain menghambat perkembangan otaknya, kamu juga berpotensi membuat anak mudah sakit
Membiarkan anak bermain tanah, air atau berinteraksi dengan binatang (kecuali binatang liar yang memang nggak tahu dari mana asal-usulnya) akan membuat tubuhnya mengenal berbagai kuman, virus, atau bakteri, juga meningkatkan perkembangan otaknya. Dari pengenalan itulah tubuh akhirnya mampu menghasilkan antibodi untuk melawan kuman, virus, atau bakteri tersebut. Dengan demikian anak nggak akan mudah sakit. Hal ini berbeda dengan anak yang selalu dijaga terus. Namun perlu diingat sebagai orangtua, kamu tetap perlu memberikan rambu-rambu sampai sejauh mana anak boleh bermain.
7. Lebih mengandalkan Air Conditioner (AC)Â ketimbang udara segar di dalam ruangan
Beberapa rumah memiliki fasilitas AC di kamar tidur anak atau bahkan di seluruh ruangan yang membuat udara luar nggak masuk ke dalam rumah. Sekilas memang membuat ruangan tampak steril dari debu maupun angin dari luar. Padahal, menutup ruangan rapat-rapat akan membuat anak rentan terpapar udara bebas. Apalagi jika anak terus-terusan beraktivitas di dalam ruangan dan jarang berinteraksi dengan lingkungan terbuka. Upayakan selalu ada sinar matahari yang masuk ke dalam rumah dengan terbukanya jendela dan ventilasi yang baik, khususnya di pagi hari.
Memang, merawat anak nggak disarankan untuk coba-coba, tapi juga jangan terlampau waspada yang berlebihan juga. Prosedur kebersihan yang wajar akan cukup untuk menjaga kesehatannya. Asal sudah rutin mandi, sikat gigi, ganti baju maupun celana dalam setiap hari, dan bebersih rumah seperlunya dapat membantu sistem imun tubuh anak beradaptasi dengan banyak kondisi. Karena bersih nggak selamanya baik, dan kotor nggak selalu berarti penyakit.