Pernikahan tidak selesai tepat ketika barisan kalimat akad selesai diucapkan. Justru saat itulah sebuah lembaga pernikahan mulai dijalankan. Untuk menjalaninya tidak semudah dan seindah yang kita bayangkan. Akan ada banyak sekali halangan dan rintangan yang siap menunggu di sepanjang perjalanan. Dari mulai masalah kecil hingga masalah-masalah yang besar atau bahkan masalah kecil yang dibesar-besarkan.
Di masa-masa awal menikah, keributan biasanya banyak terjadi karena hal-hal yang dulunya masih bisa dirahasiakan ketika pacaran kini sudah tak lagi bisa. Karena itulah masa-masa awal pernikahan jadi titik tolak yang penting dan bisa memprediksi seperti apa rumah tangga itu akan berjalan ke depan. Apa saja hal-hal yang biasanya diributkan di awal pernikahan?
ADVERTISEMENTS
1. Makanan memang kebutuhan pokok manusia, nggak heran perbedaan selera makan bisa jadi masalah yang utama
“Makanannya kok asin banget sih?”
“Aku kan emang suka asin!”
“Terus kamu mau masak buat kamu sendiri gitu?”
Selera makan setiap orang memang berbeda, tak terkecuali kamu yang saling menjalin cinta dan kini berumahtangga. Standar asin, manis, pedas, dan rasa-rasa lain tak bisa persis sama untuk setiap orang. Salah satu dari kalian harus mengalah untuk menurunkan standarnya. Kalau sama-sama egois ya sudah, pertengkaran nggak akan bisa dihindari.
ADVERTISEMENTS
2. Kebiasaan tidur bisa jadi hal yang sangat mengganggu, mungkin di malam pertama nanti kamu baru akan tahu
Sebelumnya kalian tak pernah tidur bersama dalam jangka waktu yang lama alias semalaman. Jadi kamu nggak tahu kebiasaaan buruknya saat tidur, entah itu ngorok, menendang, atau apapun itu. Mulai malam pertama baru kamu akan tahu dan mungkin saja kamu akan sangat terganggu. Kalau sesekali doang sih nggak papa ya, kalau tiap hari kayak gitu terus lama-lama sebal juga kan?
ADVERTISEMENTS
3. Menikah bukan hanya antara dua orang tapi juga dua keluarga, kultur keluarga doi yang berbeda bisa jadi pemicu keributan juga
Pasangan muda biasanya masih sering mondar-mandir ke rumah orang tua atau mertua, bahkan tinggal di rumah salah satunya. Namanya bukan di rumah sendiri pasti ada rasa yang nggak nyaman dan shock culture juga. Misalnya kalau di rumah sebelumnya kamu bebas menyetel TV keras-keras di rumahnya kamu nggak bisa. Hal-hal sekecil ini kalau tidak dibicarakan dengan baik bisa jadi masalah karena salah satu pihak merasa tertekan.
ADVERTISEMENTS
4. Meski satu agama, cara beribadahnya bisa berbeda. Dari situlah bisa muncul perdebatan yang berakhir pada perselisihan
“Harusnya nggak kayak gitu, tapi kayak gini. Nggak ada itu dalilnya!”
“Kata siapa? kamu itu yang nerjemahinnya terlalu tekstual.”
“Aku imamnya, kamu ngikut aja!”
“Enggak! aku akan meyakini apa yang ingin aku yakini!”
Awalnya mungkin kalian masih sungkan untuk mengingatkan cara-cara beribadah yang berbeda saat masa-masa pacaran. Tapi setelah menikah tanpa sadar kalian ingin saling mengubah kebiasaan pasangan sesuai dengan apa yang kalian yakini. Kalau kayak gini, pertengkaran tak akan bisa dihindari.
ADVERTISEMENTS
5. Jangan sepelekan standar kerapian pasangan karena itu bagian dari kepribadian yang sulit diubah apalagi dihilangkan
“Mbok ya kalau habis bangun tidur dilipat selimutnya.”
“Mbok ya kalau masukin baju ke keranjang cucian yang bener.”
“Mbok ya kalau habis makan langsung dicuci.”
“Mbok ya ….”
Kerapian selalu menjadi bagian dari kepribadian setiap orang. Mereka yang biasanya berantakan akan sulit diubah, begitu pula dengan mereka yang sudah terbiasa rapi. Jika dua kepribadian ini disandingkan mungkin akan timbul banyak perselisihan karena persepsi mereka terhadap kerapian jauh berbeda.
ADVERTISEMENTS
6. Seiring berjalannya pernikahan, nilai-nilai kesopanan makin jelas diutarakan. Peraturan yang tadinya nggak ada jadi diada-adakan
“Kalau aku masih ngomong jangan langsung pergi seenaknya!”
“Jangan bunyi dong kalau lagi ngunyah! Nggak sopan banget sih!”
“Ketawamu itu lho, kontrol dikit lah volumenya!”
Cinta memang “tai kucing rasa coklat”, apa yang jelek selalu tampak baik kalau sedang jatuh cinta. Saat menikah semua jadi berbeda, bukan lagi menerima apa adanya tapi mengkritisi apa yang ada. Ribut-ribut deh!
7. Hal-hal sepele pun tak luput jadi bahan keributan, alih-alih belajar dari pengalaman malah bisa berujung perceraian
Alasan kenapa kamu butuh persiapan fisik dan mental yang kuat untuk menikah? Karena pernikahan memang sangat kompleks, butuh jiwa-jiwa yang bija dan dewasa untuk mengendalikannya. Jika tidak, maka hal-hal yang sangat sepel malah bisa berujung pada perceraian kalau benar-benar tidak pandai mengendalikan.
Semua pemicu keributan ini harus sudah mulai kamu pikirkan dari sekarang, tentang bagaimana sebaiknya kamu bersikap lebih bijak dan dewasa di masa depan. Jangan terbiasa menyepelekan permasalahan karena masalah yang tidak selesai bisa jadi bom waktu suatu saat nanti. Be wise guys!
“A GOOD MARRIAGE IS THE UNION OF TWO GOOD FORGIVERS” ~ Ruth Bell Graham