5 Sejarah yang Memberikan Jawaban Kenapa Cincin Kawin Disematkan di Jari Manis

Bicara soal resepsi, seringkali yang selalu menjadi objek perhatian adalah seberapa mewah pesta yang mereka gelar? Ya, orang-orang selalu tertarik untuk membahas hal yang mereka anggap krusial, misalnya seberapa besar nominal yang harus mereka keluarkan untuk katering, dekorasi, makeup, undangan, suvenir, dan sebagainya.

Padahal, nikah itu nggak melulu soal kemewahan. Yang jadi pertanyaan adalah kenapa orang-orang jarang melihat sebuah pernikahan dari sisi lain yang lebih menarik dan lucu untuk dikulik? Misalnya cincin kawin. Pernah nggak sih kepikiran ketika kamu kondangan atau menghadiri pesta pernikahan, lalu terbersit pertanyaan: kenapa cincin selalu dipasang di jari manis? Ternyata hal ini ada penjelasannya lho. Yuk, simak ulasan dari Hipwee Wedding berikut ini!

ADVERTISEMENTS

Sebelumnya, kamu harus tahu kenapa harus ada cincin kawin melingkar di jari sebagai tanda sah pernikahan. Begini ceritanya!

Sejarahnya begitu.

Sejarahnya begitu. via www.bespokediamonds.ie

Menurut sejarahnya, cincin kawin ini berasal dari Mesir Kuno, di mana cincin ini dianggap sebagai sebuah simbol pernikahan. Awalnya, mereka menggunakan rumput, alang-alang, dan sebagainya untuk membuat cincin dengan cara dipilin melingkar. Dipilihnya sebagai cincin yang melingkar pun bukan tanpa alasan. Mereka berfilosofi bahwa lingkaran itu nggak punya ujung atau akhir. Maka, seperti itulah cinta dalam pernikahan; abadi.

ADVERTISEMENTS

Ternyata, nggak sembarang bahan yang digunakan sebagai cincin. Dari masa ke masa, cincin ini berubah-ubah, dari berbahan besi hingga bertransformasi menjadi emas murni

Sejarahnya begitu.

Sejarahnya begitu. via www.mondoforex.com

Perkembangan penggunaan cincin kawin ini berlanjut ke Romawi Kuno setelah mereka berhasil menjajah Mesir. Ternyata bahan seperti rumput atau alang-alang gampang banget rusak. Maka dari itu mereka mencoba membuatnya dari akar, kayu, hingga tulang. Barulah setelah berkembangnya seni penempaan besi/logam, mereka menggunakan besi atau logam sebagai bahan dasar pembuatan cincin.

Masyarakat sadar bahwa batu permata (ruby dan safir) akan menjadi lebih menarik jika menjadi ‘mata’ pada cincin kawin. Warna ruby yang merah menjadi simbol atas hati, sementara safir menjadi simbol atas surga. Setelah itu, beredar bahwa berlianlah yang layak untuk menjadi penghias cincin kawin. Sebab berlian lebih kuat daripada batu-batu lainnya. Sementara posisi besi atau logam lambat laun tergeser oleh emas dan perak pada abad ke-17, setelah masyarakat menjadikan cincin kawin sebagai tanda cinta dalam puisi picisan mereka.

ADVERTISEMENTS

Lalu, kenapa harus disematkan di jari manis? Mitos adanya pembuluh vena amoris selalu menjadi alasan yang nggak bisa dibuktikan secara teoritis

Sah!

Sah! via allevents.in

Mitos ini berasal dari zaman Romawi Kuno dan Yunani Kuno. Pada saat itu masyarakat percaya bahwa di jari manis tangan kanan terdapat sebuah pembuluh darah yang secara langsung terhubung ke jantung. Mereka menyebutnya sebagai vena amoris yang berarti pembuluh darah cinta. Sayangnya, setelah dilakukan penelitian, alasan ini hanyalah mitos belaka. Nggak ada yang namanya pembuluh darah cinta pada jari manis tangan kanan. Ya, namanya juga mitos. Hehe.

ADVERTISEMENTS

Dalam sejarahnya, cincin kawin dipasang di jari manis tangan kiri, karena tangan ini jarang digunakan oleh orang-orang

Tangan kanan.

Tangan kiri atau kanan ya? via goodfon.ru

Konon, orang-orang menggunakan tangannya yang sebelah kanan untuk segala hal. Karena tangan bagian ini dianggap memiliki tenaga yang lebih besar daripada kiri. Dan mereka menilai bahwa cincin kawin nggak akan rusak kalau berada di tangan kiri. Ya, karena tangan kiri jarang digunakan.

Sejatinya mitos ini nggak berlaku untuk orang Indonesia dan beberapa negara lainnya. Mereka percaya bahwa tangan kanan memang merupakan tangan yang sering digunakan dan memiliki kekuatan yang lebih besar. Justru karena hal itulah, cincin kawin harus berada di tangan kanan. Karena tangan kanan yang kuat itu melambangkan pernikahan atas dasar cinta yang kuat/kokoh pula.

ADVERTISEMENTS

Yang lebih menarik, cobalah praktikkan teori dari negeri Tiongkok soal filosofi jari tangan kita ini. Ikuti tutorialnya!

Folosofi jari dari Tiongkok.

Folosofi jari dari Tiongkok. via hipwee.com

Menurut masyarakat Tiongkok, setiap jari memiliki filosofinya sendiri-sendiri. Seperti ibu jari (jempol) yang merepresentasikan sosok orangtua, jari telunjuk digambarkan sebagai saudara, dan jari kelingking dianggap sebagai anak-anak. Sementara jari manis digambarkan sebagai kekasih yang nggak terpisahkan. Lalu jari tengah?

Berikut penjelasan biar kamu lebih paham (lihat gambar). Ikuti instruksinya untuk membuktikannya:

  • Katupkan kedua tanganmu menjadi satu.
  • Lipatlah jari tengah, sehingga bersisa keempat jari yang saling berpapasan.
  • Dalam posisi tertangkup seperti itu, cobalah untuk menarik kedua ibu jari menjauh.
  • Lanjutkan dengan jari telunjuk, jari manis, dan jari kelingking.

Apakah mudah untuk melakukannya? Bagaimana dengan jari manis? Nggak bisa kamu buka, ‘kan? Itulah mengapa orang Tiongkok menggambarkannya sebagai kekasih yang nggak terpisahkan. Dan itu jugalah yang menjadi alasan mereka kenapa cincin kawin disematkan pada jari manis.

Begitulah ceritanya bermula. Nah, sekarang sudah paham, ‘kan, kenapa cincin kawin ada di jari manis?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Senois.