Apa yang pertama terbersit di benak saat mendengar kata ‘pernikahan’? Pasti beragam ya, mulai dari yang indah-indah sampai yang membuat kepala mumet, hehe. Meski menikah memang menyenangkan jika dipersiapkan dengan matang, terkadang ada banyak ganjalan juga, terutama di awal-awal berumahtangga pasca pesta pernikahan. Kesulitan mengekang ego masing-masing dan kebingungan karena belum terbiasa berkompromi kerap jadi pemicu pasangan baru menikah ribut dan bertengkar. Nah, salah satu pemicu keributan yang sering terjadi biasanya adalah persoalan finansial.
Eits, terkadang masalah finansial menyeruak jadi benalu dalam rumah tangga bukan semata karena kurangnya pemasukan saja lo. Bahkan hal seremeh tentang ketidakjujuran dalam hal pengeluaran uang atau sistem kelola uang yang nggak kompak bisa jadi pemicu ketidakharmonisan rumah tangga. Agar kamu nggak sampai terjebak pada debat tak berfaedah dengan pasangan, ada baiknya kamu cermati dulu nih berbagai pengalaman pasangan menikah yang berhasil Hipwee himpun seputar trik mengelola uang. Ternyata masing-masing pasangan punya cara yang unik lo!
ADVERTISEMENTS
1. Membagi gaji sama secara adil bagi pasangan yang sama-sama bekerja nggak harus dengan porsi sama persis. Yang penting, semua kebutuhan terkover dengan baik
“Jadi suamiku kan sistem gajinya bonus job kalau kerja di lapangan dan ditambah gaji bulanan.
Gaji bulanan suami= keperluan sehari-hari. Ditransfer ke aku tiap bulan.
Job bonus= untuk keperluan besar (rumah, mobil, dan lain-lain)Gajiku= investasi, rekreasi, dana darurat.”
Nendra, 29 tahun
ADVERTISEMENTS
2. Suami bertanggung jawab biasanya tahu benar kewajibannya. Umumnya sih yang urusan pokok selalu jadi tanggung jawab suami~
“Seluruh kebutuhan rumah tangga aku yang beli dari listrik sampai beras dan lain-lain… Di luar itu istri pakai uangnya sendiri, misalnya untuk membeli make-up, beli baju, beli lainnya yang nggak ada hubungannya sama kebutuhan pokok rumah.”
Muhammad Reza, 31 tahun
ADVERTISEMENTS
3. Nah, kalau yang ini sistemnya cukup unik dan menarik. Alih-alih sekadar dibagi sama rata atau dibebankan ke satu orang saja, pasangan ini memilih cara berbeda
“Kalo aku sih untuk pembagian keuangan kasarnya kita bagi berdua sama rata, tapi untuk kebutuhan rumah atau yang lainnya pakai uangku. Atau bisa juga model pembagian per bulan, misalnya bulan ini pakai uangku, bulan depan uang istri, begitu setrusnya, jadi masing-masing punya andil menggunakan uang untuk keperluan pribadi seperti shopping, hihi~”
Om Jhoni, 25 tahun
ADVERTISEMENTS
4. Selain digunakan untuk keperluan pribadi, gaji istri bisa digunakan untuk lunasi cicilan bersama. Yang penting, semua sudah disepakati berdua
“Kalau dalam hal keuangan, berbagi yaa. Nah, suamiku kan bukan full time worker kayak aku. Dia punya usaha gitu, jadi tanggungan yang sistemnya semacam cicilan itu pasti dari aku. Tapi yang lainnya seperti biaya kehidupan, listrik, kebutuhan pangan dan anak itu dari penghasilan suami. Biaya untuk kebutuhan rekreasi itu juga berbagi sama suami.
Tapi kalau untuk pembagian uang tabungan, itu aku yang pegang semua. Jadi urusan menabung tiap bulan semisal nabung 20% dari pendapatan, itu yg aku handle semua.”Fia, 25 tahun
ADVERTISEMENTS
5. Digabung dan dikelola bersama juga bisa jadi opsi buat kamu yang bingung urusan finansial setelah menikah dan berumahtangga
“Kalau kami, uang itu digabung semua, kemudian dikelola bersama sesuai dengan kebutuhan. Setiap ada uang pemasukan, kami akan saling bilang, begitu pun jika ingin menggunakannya. Sebenarnya kami nggak pernah bikin kesepakatan tapi semuanya so far berjalan lancar. Prioritas kami saat ini adalah bayar kredit dan hutang. Setelah itu kami nanti akan kami kelola lagi uang untuk aset.”
Cendikia, 28 tahun
ADVERTISEMENTS
6. Mendelegasikan persenan terbesar untuk dikelola pasangan yang dianggap paling cermat memanejemen keuangan juga bisa jadi trik yang patut dicoba. Ya, biar gaji bulanan nggak minus mulu~
“Kalau saya, sistem keuangan dibagi 70:30. Nah, bagian 70 untuk dibawa saya sebagai istri (entah untuk ditabung, beli kebutuhan dan lain-lain) dan 30-nya untuk suami. Hal ini didasari komitmen kami dari awal karena saya dirasa lebih cermat dalam memanajemen keuangan. Suami cukup 30% saja untuk menghindari banyak hal, misal kalap traktir teman, beli jam tangan atau sepatu mahal tanpa izin istri dulu.”
Silvia, 25 tahun
7. Ada pula yang nggak menerapkan aturan baku, uang siapa milik siapa. Yang penting sih sama-sama tahu kewajibannya masing-masing
“Sejauh ini sistem pembagian keuangan saya dan suami masih masing-masing sendiri. Artinya uang milik saya akan menjadi hak saya (dan saya pegang sendiri), sedangkan uang suami menjadi hak kami berdua (tapi sampai saat ini semua masih suami yang pegang). Meski begitu, bagi suami, saya punya hak sewaktu-waktu mengambil uang milik suami untuk kebutuhan saya. Setiap pergi berdua, pengeluaran selalu ditanggung suami. Saat saya harus pergi sendiri, terkadang suami juga memberi saya uang untuk berbagai keperluan hari itu.”
Esmeralda, 25 tahun
8. Menerapkan margin tertentu soal jumlah pengeluaran yang membutuhkan izin ke pasangan bisa juga nih dicoba bagi pasangan yang sama-sama berpenghasilan
“Uang suami = uangku. Uangku = uang suami. Karena kami usaha bareng, kerja juga bareng, nggak ada batasan pakai duit. Asalkan dipakai untuk hal yang masuk akal dan untuk hal yang baik, it’s okay. Sejauh ini kami selalu terbuka soal pendapatan masing-masing, meskipun peran utama pemegang keuangan itu aku.
Nb: Penggunaan uang dengan nominal di bawah 1 juta ngga usah izin. Di atas 1 juta harus bilang.”
Lady, 28 tahun
9. Komunikasi lancar penting banget, entah itu istri sama-sama bekerja maupun ibu purna waktu yang usaha sampingan di rumah
“Karena saya adalah full time mommy yang bekerja di rumah, keperluan yang besar dan mendasar biasa diongkosi suami. Ya, seperti listrik, kebutuhan pangan dan lain sebagainya. Untuk urusan investasi, tabungan dan beberapa keperluan pribadi, saya bisa handle sendiri karena saya kebetulan punya usaha online shop kecil-kecilan juga. Kadang dari penghasilan saya, saya bisa beli perintilan anak, seperti baju atau mainan. Sejauh ini kita baik-baik saja sih, selama komunikasi baik dan lancar. Oh ya, semua ATM yang berisi gaji atau bonus, saya yang pegang ya. Suami punya rekening sendiri yang ‘jatahnya’ dibagi dari situ, hehe.”
Mai, 32 tahun
10. Nggak perlu merasa nggak dipercaya saat suami yang pegang kendali keuangan. Kalau suami memang lebih jago, kenapa nggak? Yang penting, komunikasi lancar jaya
“Saya dan pasangan sama-sama kerja, jadi sama-sama punya penghasilan ya. Karena suami lebih hemat dan perhitungan, saya minta dijatah saja, selebihnya biar dia yang kelola untuk kebutuhan bersama. Gaji saya biasa saya pakai untuk keperluan pribadi. Kalau buat yang kecil-kecil sih, bisa gantian ya. Nggak saklek-saklek amat. Yang pasti, kebutuhan basic yang besar diserahkan semua ke suami yang lebih jago urusan keuangan.”
Lili, 28 tahun
11. Membicarakan soal keuangan sejak sebelum menikah juga penting lo, agar setelah menikah nggak malah jadi kebingungan dan timbul cekcok~
“Awalnya aku dan suami sempat agak bingung perihal sistem keuangan. Maklum, masih sama-sama mulai dari nol. Seiring waktu, kita sama-sama belajar dan bisa lebih berkompromi. Untuk saat ini, semua pemasukan dan pengeluaran aku yang tangani, baik dari suami maupun gajiku sendiri. ATM pun semua aku yang pegang, kecuali satu rekening untuk jatah bulanan suami jajan di kantor sehari-hari. Untuk keperluan besar, seperti kebutuhan anak, bayar listrik, belanja bulanan dan lain-lain itu meski uangnya aku yang pegang, tetap harus kita diskusikan bersama. Gajiku juga dipakai untuk kebutuhan bersama kok. Kita nggak punya aturan baku soal siapa yang harus biayain siapa, yang penting semua kebutuhan dasar sudah terpenuhi dan terkomunikasikan dengan baik.”
Raisa, 28 tahun
Menikah adalah menyatukan dua individu dengan pola pikir, prinsip dan cara kerja yang berbeda, terutama soal finansial, yang kerap jadi hal sensitif pemicu pertengkaran dalam rumah tangga. Oleh karena itu alangkah baiknya masalah pengelolaan keuangan didiskusikan bersama sejak belum menikah. Yang pasti, di era modern sekarang udah nggak tabu lagi kok perempuan bekerja dan ikut membantu perekenomian keluarga. Setiap rumah tangga itu unik, jadi lakukan saja sesuai dengan kesepakatan dan kenyamanan bersama~ Nah, kalau kamu dan pasangan gimana? Diserahkan ke satu orang saja atau semua ditanggung bersama?