Gunung ialah sebuah dataran tinggi yang menonjol vertikal ke atas, dan memiliki ketinggian tertentu yang diukur dari bawah permukaan laut. Ya intinya, gunung itu tinggi karena bukan dataran biasa, menuju kesana pun butuh persiapan, biaya, dan perjuangan yang super ekstra. Nggak semua manusia mau dan mampu menjejakkan kaki di sana. Hal yang menarik adalah, ketika ada seseorang yang membuka lapaknya di puncak gunung. Terlepas dari pro kontra di kalangan pendaki dan pemerhati aktivitas di puncak gunung ini, yuk kenalan dulu sama Mbok Yem, legenda hidup di Puncak Gunung Lawu!
ADVERTISEMENTS
Kalau kita bicara tentang Gunung Lawu, atau bahkan kamu pernah singgah di sana selama beberapa hari, kamu tentu nggak asing dengan sosok Mbok Yem dong? Keberadaannya sudah bagai legenda penunggu Lawu
Mbok Yem ini bernama asli Wakiyem. Dia sudah tinggal menetap di Gunung Lawu sejak tahun 1980-an. Bukan di lereng atau kaki gunung, namun ibu empat anak ini tinggal di sebuah pondok yang terletak beberapa meter dari Puncak Hargo Dumilah, puncak tertinggi di Gunung Lawu.
Gunung Lawu sendiri punya ketinggian 3265 Mdpl, kebayang sih ya dinginnya kaya apa. Dan di atas sanalah, seorang wanita tua yang tak lagi dapat mengingat usianya sendiri menjadi bagian dari legenda Puncak Gunung Lawu. Sudah lebih dari 25 tahun, wanita dengan postur gemuk ini menetap disana. Yang awalnya bersama sang suami dan anak-anaknya, hingga kini suaminya sudah meninggal dunia.
ADVERTISEMENTS
Tak hanya tinggal menetap saja, namun Mbok Yem juga berjualan makanan dan minuman demi memanjakan kaum pendaki. Kamu yang akan mendaki Lawu tak perlu kebingungan membawa makanan lagi
Dilansir dari tribunnews.com, Mbok Yem sudah menjual pecel dan aneka gorengan sejak tahun 80-an tadi. Hingga kini kondisinya sudah tidak fit lagi, Mbok Yem masih bertahan mengais rizki. Sebenarnya juga merupakan hal wajar bila fisik Mbok Yem sering drop. Pasalnya, Gunung Lawu memang dikenal memiliki cuaca ekstrem. Akhir Agustus hingga saat ini, di sana sedang berkecamuk angin kencang. Bahkan, saat malam hari, suhu bisa mencapai minus 5 derajat.
ADVERTISEMENTS
Percaya nggak percaya, dalam setahun si Mbok Yem ini hanya turun gunung sebanyak tiga kali. Kalau setahun kamu bisa tiga kali ke Lawu, berarti ya sama aja
Mbok Yem bakal turun saat Idul Fitri dan ada keluarga yang sedang punya hajat atau hari-hari besar. Dia bilang, kalau turun gunung pun paling lama hanya sekitar sepuluh hari. Untuk pasokan air bersih, Mbok Yem mendapatkannya dari mata air Sendang Drajat yang terletak di basecamp pos 5. Dari pondok Mbok Yem menuju ke mata air itu bisa ditempuh jalan kaki sekitar sepuluh menit.
ADVERTISEMENTS
Konon katanya, warung Mbok Yem ini merupakan warung tertinggi di Indonesia. Memang sih, kadang ada warung juga di gunung-gunung lainnya, tapi kebanyakan bersifat musiman saja
Sebutlah Rinjani, Arjuno, Welirang, Semeru, Penanggungan, dan Merbabu. Kalau kamu pernah ke sana, mungkin kamu juga pernah mendapati para pedagang makanan atau minuman. Tapi yang perlu kamu tahu, warung-warung itu sifatnya hanya musiman, alias tidak permanen dan ditinggali selamanya seperti yang dilakukan Mbok Yem. Para pedagang di gunung-gunung lainnya hanya berjualan di momen-momen tertentu ramainya gunung atau saat akhir pekan saja.
ADVERTISEMENTS
Walau selalu ramai dikunjungi ratusan pendaki, yang mengherankan ialah warung Mbok Yem tak pernah kehabisan stok bahan makanan. Menu andalan berupa nasi pecel dan telur ceplok selalu siap dihidangkan
Mbok Yem juga selalu sedia aneka wedang dan softdrink. Dilansir dari tribunnews.com, Mbok Yem menyatakan bahwa selalu ada orang yang mengirim bahan makanan ke warungnya, tiga kali dalam seminggu. Jangan salah juga, nasi pecel bukan menu satu-satunya di warung tersebut. Sebab, di momen-momen tertentu, Mbok Yem akan memasak hidangan lainnya. Seperti soto saat bulan Suro misalnya. Untuk nasi pecel legendaris sendiri cukup merogoh kocek senilai Rp 10 ribu aja. Murah kan? Yakin kamu nggak mau nyobain dan jadi bagian dari sejarah? Hihihii…
ADVERTISEMENTS
Nggak cuma di Gunung Lawu aja, kamu pun nggak perlu khawatir kehabisan stok air ketika naik Gunung Purba Nglanggeran, Gunungkidul, DI Yogyakarta
Gunung Nglanggeran yang dirasa cocok untuk pendaki pemula ini, juga ada ibu-ibu yang menggelar dagangan berupa berbagai jenis air minum. Ada es kelapa, es dawet, serta beberapa varian air kemasan yang tawar maupun yang mengandung rasa. Dilansir dari Brilio, mereka mengaku berniat membantu orang, menyediakan air bagi mereka yang kehausan dan kehabisan bekal.
Dagangan itu dibawa sendiri ke atas, melewati jalur yang cenderung selalu menanjak dan memerlukan waktu sekitar 40 menit untuk sampai ke sana. Sang suami hanya mengantar hingga basecamp. Memang sih tak sampai puncak seperti Mbok Yem, sebab mereka membuka lapak di sekitar tiga per empat perjalanan menuju puncak gunung yang tingginya 700 Mdpl. Usahanya juga luar biasa, lha kan setiap hari mereka harus naik-turun juga. Kamu bisa?
Kalau sudah tahu ada ibu-ibu di atas sana, apa kamu yakin nggak pengen ke sana? Mereka jelas bermanfaat banget lho. Meringankan beban bawaan sudah pasti, dan bisa menambah semangat kamu kalau sedang down menuju puncak. Gimana nggak semangat kalau misal temenmu bilang, “Tinggal sedikit lagi. Di atas ada nasi pecel dan teh hangat yang nunggu kamu. Ayo!” Yang begini di Lawu jelas bukan PHP dong? Hehe.. Kamu bisa dapat tambahan karbohidrat yang sesungguhnya dan, kalau kita beli mereka jadi makin sejahtera. Jadi, kapan kamu ke sana bareng si dia?