Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Begitulah filosofi yang sebaiknya dipahami oleh setiap traveler yang berkunjung ke tempat lain. Apalagi ke negara lain yang punya budaya, tradisi maupun agama yang berbeda dengan yang diyakini. Hal seperti ini tentu jadi standar etika mendasar saat traveling.
Namun di Bali, ada turis asing berkewarganegaraan Slowakia yang tidak menghormati tradisi dan budaya di Bali. Ia memprotes mengapa wanita menstruasi tidak boleh masuk ke pura. Ia protes lewat Tiktok dan Instagram. Dia mengatakan bahwa peraturan tersebut diskriminatif terhadap wanita. Waduh. Yuk simak deh kronologis kejadiannya seperti apa.
ADVERTISEMENTS
Natalia Muchova, turis asing yang tengah berlibur ke Bali ini protes di Tiktok karena ia tidak boleh masuk pura karena menstruasi
and sis she thought she did something lmao idk 🤦🏻♀️ pic.twitter.com/lFg1OyFVYB
— serafina⁷ (@ftesza) March 13, 2020
Seorang turis asal Slowakia sedang viral di media sosial. Pasalnya, ia mengunggah video di Tiktok dan Instagram tentang protesnya terhadap peraturan adat di Bali. Jadi ia ceritanya berkunjung ke sebuah pura di Bali. Ia terkejut ketika membaca peraturan di papan pengumuman sebelum masuk pura yang menyebutkan, ‘… entrance to menstruating women is strictly forbidden.’ Hal itu artinya perempuan yang sedang haid atau menstruasi dilarang masuk ke pura. Ia pun membuat video Tiktok yang lalu viral dibagikan di Twitter.
ADVERTISEMENTS
Dia menganggap bahwa tidak selayaknya perempuan menstruasi diperlakukan diskriminatif, tak peduli dengan tradisi atau nilai agama setempat
Postingan tersebut viral dan Natalia pun memberikan penjelasan di Tiktoknya. Ia senang bahwa apa yang ia lakukan jadi viral dan menambah followernya secara drastis. Namun sayang, penjelasannya justru makin menunjukkan ia tidak menghormati tradisi dan budaya di Bali.
“Hal tersebut (papan larangan) tidaklah oke. Tidak peduli tentang kebudayaannya atau agamanya atau tradisinya, kita harus saling menghargai. Kita tidak boleh terus mendiskriminasi wanita dan membuat mereka malu karena suatu hal yang natural seperti menstruasi atau menyusui,” ujar Natalia.
Nampak sekali dia memang tidak sepakat dengan nilai yang terkandung dalam budaya setempat dan mencoba untuk memprotesnya dengan perbandingan hak asasi manusia. Justru penjelasan itu menunjukkan bahwa ia tidak menghormati budaya setempat. Kalau ia respek dengan hal tersebut, harusnya tidak memprotes apa yang masyarakat lain lakukan mungkin dalam ratusan tahun. Sebaiknya ia menghormati budaya masyarakat lain dan tidak menjadikan budaya Barat yang jadi acuan.
Jika standarnya adalah budaya yang ia gunakan, repot sekali budaya masyarakat Indonesia yang bertentangan dengan budaya Barat. Tampil seronok misalkan, seperti yang ia tampilkan di Instagramnya, tentu nilai yang jauh berbeda dengan masyarakat Indonesia. Maka sebaiknya saling menghormati. Itu adalah nilai paling mendasar bagi traveler.