Pekan lalu, dua srikandi Indonesia berhasil mencatat sejarah sebagai dua wanita pertama asal Asia Tenggara yang berhasil mencapai 7 puncak dunia (seven summits). Di pendakian pamungkas, Fransiska Dimitri Inkiriwang dan Mathilda Dwi Lestari berhasil menggapai puncak tertinggi dunia, Mount Everest pada tanggal 17 Mei lalu.
Pencapaian mereka berdua tentu jadi kebanggaan bangsa Indonesia ya. Pasalnya, mendaki puncak Everest bukanlah perkara mudah. Puncak dengan ketinggian 8848 meter dari permukaan laut ini jadi kuburan paling tinggi di dunia. Sudah banyak sekali pendaki yang harus meregang nyawanya di sana. Pendaki terakhir yang menghembuskan nafas terakhir di sana adalah Nobukazu Kuriki.
ADVERTISEMENTS
Pendaki asal Jepang berusia 36 tahun tersebut meninggal di ketinggian 7400 mdpl. Ia ditemukan telah tak bernyawa oleh sherpa di dalam tendanya
Lagi-lagi, Everest memakan korban jiwa. Kali ini, Nobukazu Kuriki, pendaki asal Jepang yang jadi korbannya. Perjuangan Nobukazu Kuriki untuk menjejakkan kakinya di puncak dunia, kandas sudah. Ia ditemukan meninggal dunia di Camp II yang berketinggian 7.400 mdpl pada Senin (21/5) pagi oleh sherpa (pemandu gunung Everest). Belum diketahui penyebab kematiannya karena keterbatasan alat komunikasi, tapi sebelumnya ia sudah merasakan kedinginan dan batuk-batuk ketika sampai di ketinggian 7.400 mdpl tersebut. Pria 36 tahun ini pun segera dievakuasi untuk turun ke bawah.
ADVERTISEMENTS
Ini bukan usaha pertama Kuriki untuk menapak puncak tertinggi dunia. Sudah 7 kali ia mencoba dan 7 kali pula ia gagal hingga mengorbankan 9 jari tangannya
Sebelumnya, Kuriki sudah 7 kali berusaha menggapai Mount Everest, namun 7 usahanya gagal semua. Pada tahun 2012, sembilan jarinya pun hilang karena harus diamputasi akibat terkena radang dingin. Entah apa yang membuat Kuriki sangat berambisi melanjutkan perjuangannya ke Everest meski jari tangannya tinggal 1. Pada tahun 2015, ia telah berhasil mencapai ketinggian 8.150 meter di atas permukaan laut. Usahanya mencapai puncak kala itu gagal lantaran cuaca buruk. Nah, di percobaan ke 8 ini jadi usaha terakhirnya untuk mewujudkan mimpinya mendaki puncak tertinggi di dunia. Tapi apa daya, justru nyawanya melayang bersama impiannya di gunung yang sangat ia dambakan tersebut.
ADVERTISEMENTS
Kuriki telah mencapai berbagai puncak-puncak dunia secara solo. Sayang, impiannya untuk menggapai puncak Everest belum jadi kenyataan meskipun ia sangat dekat dengan tujuannya tersebut
Nobukazu Kuriki bukanlah seorang pendaki amatiran. Ia sudah tercatat berhasil mendaki secara solo ke Gunung McKinley di Amerika Utara (2004), puncak tertinggi Amerika Selatan di Aconcagua, Argentina (2005), puncak tertinggi Eropa di Elbrus, Rusia (2005), puncak tertinggi di Afrika, Kilimanjaro (2005), dan puncak tertinggi di Oseania di Carstensz Pyramid, Papua (2006). Ia juga tercatat berhasil mendaki Gunung Cho Oyu, Tibet pada tahun 2007 dan Dhaulagiri pada tahun 2009. Mungkin cuma tinggal Everest yang jadi ambisi terakhirnya. Sayangnya, hingga akhir hayatnya, mimpinya tak pernah bisa terwujud. Setidaknya, ia mungkin bisa tersenyum karena telah menghembuskan nafas terakhir di Everest yang sangat ia cintai meski tak mampu menggapai puncaknya.
Tahun ini Kuriki adalah pendaki kedua yang meninggal dunia di Everest setelah Gjeorgi Petkov asal Macedonia yang meninggal pekan lalu.