Cuaca di Indonesia nampaknya sedang tidak bersahabat, terlebih ketika kamu berada di puncak gunung. Tak hanya dikhawatirkan akan terserang hipotermia atau kedinginan berlebihan, namun bencana macam tersambar petir pun juga bisa saja terjadi. Seperti yang dialami tiga orang pendaki Gunung Arjuno pada hari Selasa (13/12) siang kemarin. Antara keinginan mendaki gunung yang tak tertahankan dan keselamatan karena cuaca yang sedang tidak bersahabat juga harus selalu diperhatikan. Simak kronologisnya ya, semoga jadi pelajaran untukmu agar lebih hati-hati nantinya..
ADVERTISEMENTS
Dari tiga orang pendaki yang tersambar petir, dikabarkan ada seorang yang meninggal dunia. Dua lainnya disebut mengalami luka berat dan tidak bisa berjalan
Dilansir dari beritajatim.com, Satu orang yang meninggal dunia diketahui bernama Bimantara. Sementara dua orang lainnya yang mengalami luka dan tidak bisa berjalan belum diketahui identitasnya. Kelompok pendakian ini terdiri dari delapan orang yang berasal dari Universitas Negeri Surabaya (UNESA) jurusan Kependidikan Keolahragaan. Hal ini pun ditegaskan oleh Ketua rombongan pendakian yang bernama Nur Ali Ridho, dia menyebut rekannya bernama Bimantara Fredyansah meninggal dan dua rekan lainnya tak bisa berjalan seusai tersambar petir.
ADVERTISEMENTS
Hingga pagi tadi, tim SAR Surabaya masih menuju lokasi keberadaan tiga mahasiswa ini. Ya, mereka mendaki Gunung Arjuno yang terletak di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur
Tim SAR menuju ke lokasi melalui pintu masuk pos perizinan Kakek Bodo, Tretes, Prigen, Pasuruan. Dari keterangan yang terdapat di pos pendakian, posisi terakhir pendaki saat terkena petir ialah di titik Watu Gedhe, persis di atas Lembah Kijang. Jarak ke lokasi kejadian kurang lebih 1 kilometer dari puncak Arjuno.
“Semoga saja cuacanya bersahabat. Sehingga menuju lokasi dan evakuasinya bisa lancar”, kata Ivan, salah satu petugas SAR, diambil dari kompas.com
ADVERTISEMENTS
Sama seperti cuaca kota-kota lainnya di Indonesia, cuaca di sekitaran Arjuno pun sedang tak bagus. Hujan mengguyur lereng Gunung Arjuno dalam sepekan terakhir ini. Siapapun, harap berhati-hati~
Pasca peristiwa naas ini terjadi, tiga orang dari rombongan langsung bergegas meluncur ke Pos Pendakian Welirang yang berada di Tretes. Mereka melaporkan kejadian tersebut dan diterima oleh petugas yang bernama Juned. Informasi itu pun kemudian ditindaklanjuti oleh petugas Pos Pendakian Penanggungan. Kejadian diperkirakan berlangsung pada pukul 16.30 WIB. Hingga sekarang, belum diketahui secara jelas bagaimana kronologis insiden menyedihkan ini. Humas SAR Surabaya, Rully membenarkan bahwa memang ada orang tewas di Gunung Arjuno akibat tersambar petir. Untuk korban lainnya, belum ada kepastian.
ADVERTISEMENTS
Ini bukan pertama kalinya ada pendaki tersambar petir di puncak gunung. Sebelumnya, petir-petir sudah cukup sering jadi tersangka pembunuhan di puncak-puncak tertinggi Indonesia
Cuaca ekstrem yang melanda Indonesia ternyata tak hanya berupa hujan deras yang disertai angin kencang saja, melainkan juga kilat dan petir. Kondisi ini tentu saja berbahaya utamanya bagi mereka yang nekat mendaki gunung saat cuaca sedang tak bagus. Selain cuaca yang dingin serta hembusan angin kencang, hal paling mematikan dalam pendakian cuaca buruk adalah sambaran petir.
Dua tahun lalu, 2014 tepatnya, tiga pendaki asal Jakarta mengalami hal yang sama di Gunung Sindoro, Jawa Tengah. Sebelumnya, tahun 2010, dua pendaki tewas di Gunung Wayang juga akibat sambaran petir. Dan di tahun 2016 ini, Januari persisnya, dua pendaki kehilangan nyawa di Gunung Kaba Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu. Keduanya dinyatakan tewas tersambar petir akibat menggunakan ponsel. Ngeri ya?
ADVERTISEMENTS
Bahkan tak hanya di Indonesia, dalam sejarah pendakian dunia telah tercatat satu nama pendaki melegenda yang menghembuskan nafas terakhir karena tersambar petir
Ian McKeever namanya, pendaki asal Irlandia yang dikenal sebagai pendaki yang pernah menyelesaikan misi mendaki tujuh puncak tertinggi di tujuh benua dalam waktu tercepat, 32 hari. Dia tewas tersambar petir saat melakukan pendakian di Gunung Kilimanjaro, Tanzania, pada Januari 2013 lalu. Pelajaran penting untukmu, bahwa petir bisa terjadi kapan saja terutama di musim hujan, dan dapat menyambar di tempat mana saja utamanya di wilayah dataran tinggi terbuka seperti di pegunungan.
Kenapa petir lebih sering terjadi pada musim hujan? Sebab, pada keadaan tersebut udara mengandung kadar air lebih tinggi sehingga daya isolasinya turun dan arus lebih mudah mengalir. Kamu tak perlu paham bagaimana petir bisa terjadi, yang kamu harus mengerti adalah bagaimana cara menghindari. Memang tak ada tempat yang aman di luar atau di alam ketika badai. Kalau memungkinkan, saat guntur bergemuruh di kejauhan, bernaunglah pada pohon yang berdiri lebih rendah. Saat cuaca buruk, lebih baik dirikan kemah di lembah atau daerah rendah lainnya, menjauhlah dari air dan barang-barang basah, serta benda logam.
Hati-hati saat mendaki. Semoga Bimantara tenang di sisi-Nya, dan dua orang kawannya bisa kembali pulih serta baik-baik saja. Amin.