Sebelum pandemi corona muncul, bepergian dengan pesawat adalah kegiatan yang wajar. Mungkin kamu juga sering melakukannya. Bisa untuk traveling, mengunjungi keluarga di kampung halaman, atau perjalanan dinas kantor. Tetapi kini semua itu berubah. Gara-gara corona, banyak orang yang takut melakukan perjalanan dengan pesawat.
Kondisi ini membuat berbagai maskapai menerapkan kebijakan baru. Mulai dari membuat peraturan physical distancing, sampai memberi banyak diskon dan promo. Nggak heran belakangan harga tiket pesawat memang jadi turun. Tetapi, apakah kondisi ini bakal bertahan di masa depan? Yuk simak sejumlah pertimbangannya.
ADVERTISEMENTS
Pandemi corona membuat industri penerbangan rugi besar. Pasalnya, kini jumlah penumpang berkurang drastis
Sejak pandemi corona berlangsung, muncul anjuran physical distancing alias menjaga jarak sejenak. Banyak orang memilih berada di rumah aja agar nggak tertular virus. Selain itu, bepergian ke luar kota atau luar negeri dianggap berbahaya. Nggak heran kalau jumlah penumpang pesawat berkurang drastis. Berkurangnya pemasukan membuat berbagai maskapai kesulitan untuk bertahan. Bahkan banyak pegawai yang terpaksa di-PHK.
ADVERTISEMENTS
Saat ini memang sudah new normal. Tetapi, tampaknya masih lama bagi industri penerbangan untuk kembali seperti semula
Orang-orang kembali beraktivitas sambil menjalankan protokol kesehatan di tengah new normal. Sejumlah orang juga mulai naik pesawat lagi. Tetapi, penambahan jumlah penumpang belum signifikan karena masih banyak orang yang takut untuk bepergian jarak jauh. Dilansir dari BBC, industri penerbangan diperkirakan masih butuh waktu lama untuk kembali normal. Mungkin masih tahun 2022, 2023, atau bahkan lebih dari itu.
ADVERTISEMENTS
Berbagai maskapai berusaha menurunkan harga tiket untuk menarik penumpang. Tetapi, cara itu kurang berhasil karena orang-orang mempertimbangkan kesehatan
Solusi standar untuk menarik penumpang adalah memberi diskon dan promo. Banyak maskapai berlomba-lomba menawarkan harga tiket paling murah. Tetapi solusi itu kurang berhasil di tengah pandemi. Sebab para penumpang mempunyai pertimbangan lain untuk naik pesawat, yaitu masalah kesehatan. Mereka masih takut tertular virus sehingga enggan naik pesawat semurah apa pun harga tiketnya.
Untuk mengatasi masalah itu, maskapai berusaha menyediakan fasilitas physical distancing. Salah satunya adalah membatasi jumlah penumpang agar kursi-kursi nggak penuh. Tetapi, solusi ini bisa membuat maskapai rugi karena jumlah penumpang turun sementara biaya operasional tetap sama. Harga tiket pesawat pun terpaksa dinaikkan. Dilansir dari Kompas, pemerintah sudah mengizinkan maskapai untuk mematok harga tiket di tarif batas atas (TBA) selama pandemi.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Di masa depan, diperkirakan harga tiket pesawat akan naik karena sejumlah faktor. Mulai dari tingginya jumlah penumpang sampai kondisi maskapai yang sudah kritis
Apa yang akan terjadi setelah pandemi berlalu? Karena sudah merasa aman, kita bisa naik pesawat lagi seperti dulu. Jumlah penumpang pun bisa meningkat drastis. Tingginya permintaan akan diimbangi oleh kenaikan harga. Menurut International Air Transport Association (IATA), harga tiket pesawat bisa naik 49% di Eropa dan 54% di Asia. Di sisi lain, maskapai diperkirakan harus menaikkan harga untuk menutup kerugian. Sebab mereka sudah menggelontorkan banyak uang demi diskon dan promo selama pandemi.
Namun, semua itu masih kemungkinan. Nggak ada orang yang tahu pasti seperti apa nasib industri penerbangan maupun industri lainnya setelah pandemi berlalu. Yang bisa kita lakukan adalah memberi dukungan sebisanya agar perekonomian nggak anjlok, tentu dengan mempertimbangkan kesehatan dan keamanan.