Gunung Rinjani adalah salah satu gunung paling bernuansa magis di Indonesia. Gunung dengan puncak tertinggi pada 3.726 meter di atas permukaan laut ini juga jadi jujugan utama para pendaki, baik dalam maupun luar negeri. Tak pelak, keindahan dan misterinya makin membuat banyak orang penasaran datang ke sana.
Kisah pendakianku ke Rinjani 2 tahun lalu cukup berkesan dan bikin merinding karena banyak kisah misteri yang mengiringinya. Jadi begini ceritanya…
ADVERTISEMENTS
Pada awalnya biasa saja, sampai kami akhirnya kemalaman di Pos 3. Kami mendaki ke Plawangan Sembalun pada dini hari…
Pendakian kami tidak sesuai rencana, ada beberapa kawan yang mengalami cedera sehingga harus menginap di Pos 3 Sembalun. Sebagai gantinya pada tengah malam, kami harus melanjutkan perjalanan agar sampai di puncak. Kami akan mendaki Bukit Penyesalan, 7 buah bukit yang kadang bikin menyesal karena tak ada habisnya. Tidak ada yang mendaki selain kami di tengah malam itu. Gelap gulita dan angin kencang menjatuhkan kami berulang kali. Suara anginnya begitu mengerikan, dingin dan menusuk tulang. Sebuah perjalanan yang membuat mental kami ciut. Tidak ada makhluk yang mengganggu kami malam itu.
ADVERTISEMENTS
Setelah menggapai puncak pada siang harinya, kami akhirnya kemalaman lagi ketika turun ke Danau Segara Anakan. Nuansa mistis di jembatan besi begitu terasa…
Setelah magrib kami masih tertahan di jalur berbatu terjal menuju danau. Hal ini diakibatkan logistik kami yang cukup menipis. Alhasil kami harus berjalan pelan sambil menahan kelelahan yang amat sangat. Setelah malam makin pekat, sampailah kami di lembah dengan tulisan RAWAN yang begitu mengagetkan. Setelah itu kami menyeberang jembatan besi di atas sungai yang kering. Nuansa mistis kental sekali di sini, sampai bulu kuduk kami ikutan merinding. Beberapa tahun lalu, ada 7 pemuda ditemukan meninggal tak jauh dari jembatan. Peristiwa itu langsung muncul di benak kami malam itu.
ADVERTISEMENTS
Danau Segara Anakan memang indah, namun tak disangka ada banyak penunggunya…
Sesampai di danau pada malamnya, kami ngobrol-ngobrol di depan tenda bersama guide dan porter Rinjani. Banyak yang kami obrolkan, mulai dari seringnya kematian terjadi di Rinjani sampai kisah horor yang pernah terjadi di sini. Suasana makin malam, namun cahaya dari bintang cukup untuk menemani obrolan kami. Pukul 01.00 kami memutuskan tidur dan masuk ke dalam tenda. Ketika akan tidur, aku mengalami tindihan dan dada terasa sesak. Dari bagian atas tenda yang transparan, terasa ada sosok besar yang mengawasi. Sesak sekali dan sulit untuk bernafas.
ADVERTISEMENTS
Keesokan harinya, salah seorang kawanku yang bisa melihat makhluk halus bertemu dengan arwah pendaki dari Thailand yang meninggal beberapa hari lalu…
Dalam perjalanan dari danau ke Plawangan Senaru, seorang kawan benar-benar bertemu dengan jelmaan pendaki Rinjani perempuan yang baru saja meninggal sekitar seminggu sebelum pendakian kami. Ia jatuh ke jurang saat itu. Dan ketika ia lewat jalur yang sama, ada sesosok tua yang tertawa terbahak-bahak. Ketika memanjat bebatuan, kakinya ditarik oleh orang tua ini yang seakan ingin mencelakakan kawanku. Untuk kebenarannya hanya dia yang tahu karena mataku ini nggak bisa menyaksikannya sendiri. Bisa jadi si pendaki perempuan ini terjatuh karena kakinya ditarik sesosok orang tua penunggu gunung tersebut. Serem banget sih ketika dengar ceritanya.
ADVERTISEMENTS
Puncaknya, ketika menuruni Plawangan Senaru, lagi-lagi kami kemalaman. Di tengah jalan, ada tiga peri yang mengikutiku sampai bawah…
Hutan Senaru dikenal sebagai kerajaan ghaib dari Dewi Anjani, sang penguasa Gunung Rinjani. Hutan lebat yang bahkan di beberapa bagian tak tertembus sinar matahari ini memang sebaiknya tidak didaki pada malam hari. Dan itulah kesalahan kami.
Sepanjang perjalanan turun selepas masuk hutan, badan terasa berat dan tidak berdaya. Hanya kaki yang terus meluncur ke bawah saja. Samar-samar aku mendengar suara gemerisik di belakang. Seperti jejak langkah yang mengikuti terus menerus. Aku sangat merasakan ada sosok lain yang membersamai kami malam itu. Konsentrasiku buyar pada malam itu. Bahkan aku semat tertidur sejenak di pepohonan.
Kata temanku yang punya indra keenam tadi, memang ada 3 peri berbaju putih yang mengikuti kami. Konon, memang ada makam yang berada di antara Pos 2 dan Pos 3, di tengah hutan lebat Senaru. Untung sih tiga peri itu cuma ngikutin aja, nggak macam-macam.
Di akhir, jelang berakhirnya hutan Senaru, si kawanku ini benar-benar bertemu Dewi Anjani. Dia berbaju biru dan sungguh cantik sekali. Namun, dia segera menghilang dan berubah rupa jadi menyeramkan. Lenyap.
Kamu boleh percaya atau tidak. Yang jelas, silakan coba sendiri mendaki Rinjani di malam hari seperti kami. Yakin deh, bakal ada yang mengikutimu sampai pagi…
NB : Sesampainya di rumah, kawanku ini bermimpi lagi tentang Dewi Anjani…