Siapa yang tak kenal dengan Mount Everest, puncak tertinggi di dunia? Tentu semua tahu akan kemasyhurannya bukan? Tapi tahukah kamu di mana letak Everest? Mungkin sebagian besar mengernyitkan dahi. Meski dimiliki oleh dua negara, yakni China dan Nepal namun negara yang paling populer untuk jadi titik awal mendaki Everest adalah Nepal. Iya Nepal yang benderanya nggak berbentuk kotak itu lho melainkan dua segitiga. Inget kan waktu pelajaran SD?
Nepal dikenal sebagai surganya para pendaki. Tak cuma menyediakan berbagai keperluan pendakian, Nepal juga menjadi surga para backpacker maupun hippies. Surga para hippies itu bernama Thamel street. Jalanan dengan bendera warna-warni yang selalu padat ini jadi pusat turisme nomer wahid di Nepal.
ADVERTISEMENTS
Saat memasuki kota Kathmandu, kita seolah dibawa menuju mesin waktu. Entah kata apa yang layak mendeskripsikan kota yang berdebu, jadul dan sangat ruwet ini
Jangan terlalu berekspektasi dengan ibukota Nepal, Kathmandu. Kota ini merupakan kota yang seolah tertinggal oleh zaman. Keluar dari bandara, kamu pasti akan kaget dengan suasana kota ini yang cukup memprihatinkan. Kabel kusut di mana-mana, jalanan berdebu tebal, pengendara motor tak menggunakan helm, lampu merah tidak ada, dan semua kendaraan saling klakson. Tak tampak sebuah ibukota negara di tahun 2019. Kalau tahun 70 atau 80’an lebih cocok.
ADVERTISEMENTS
Pusat turisme bermuara di Thamel, sebuah kawasan wisata dengan semua keperluan turis lengkap dengan harga murah sampai mahal. Kamu wajib menginap di Thamel ini
Di salah satu sudut Kathmandu terdapat pusat backpacker yang usianya sudah puluhan tahun bernama Thamel Marg atau Thamel Street. Di Thamel kamu bisa melakukan semua hal yang bisa dilakukan oleh turis, mulai dari menginap di hotel atau hostel, belanja pernak-pernik, foto selfie, membeli peralatan pendakian, hingga wisata kuliner. Thamel merupakan wajah Nepal yang lebih sedikit humanis ketimbang Kathmandu secara keseluruhan. Dari sinilah, turis bergerak menuju destinasi impian mereka seperti Annapurna Base Camp, Everest Base Camp, Pokhara, Nagarkot, Chitwan dan sebagainya.
ADVERTISEMENTS
Suasana malam di Thamel jauh lebih hidup. Banyak hiburan malam yang terus bergerak sampai pagi
Turis asing didominasi turis kulit putih asal Eropa. Jadi jangan kaget kalau spa, massage, karaoke, bar dan hiburan malam lainnya tersedia lengkap di Thamel, tentu sesuai pasar yang dituju. Alunan musik makin kencang jelang malam dan kadang berakhir pagi hari. Thamel mengingatkan kita akan Legian di Bali, atau Malioboro di Jogja. Banyak barang murah dan souvenir yang sangat terjangkau kantong backpacker sekalipun.
Buat pendaki, ada outlet brand ternama seperti North Face, Columbia, Mammoth, dan lain sebagainya. Harganya tetep mahal namun jauh lebih murah dengan outlet di Indonesia. Sementara itu barang KW juga banyak di Thamel. Kamu bisa beli jaket gunung berlabel The North Face (palsu) dengan harga 200-300 ribu saja. Wah murah banget ya.
Thamel memang surga bagi para hippies maupun pendaki Himalaya. Sekali seumur hidup, cobalah berlibur ke sana!