Yogyakarta, kota dengan berjuta pesona. Kota berjuluk Kota Pelajar, Kota Budaya, dan Kota Wisata ini memiliki beragam daya tarik yang tiada dua dan rasanya memang layak dijadikan sebagai destinasi wisata nomor satu di Pulau Jawa. Datang ke Jogja, nggak afdol dong kalau cuma berwisata alam dan budaya saja tanpa menikmati sajian khas di tempat yang legendaris pula? Bukan hanya menyoal rasa, namun juga suasana yang tak akan kamu temukan tandingannya. Berikut 9 tempat wisata kuliner legendaris di kota Budaya yang akan memberikan pengalaman tak terlupakan bagi lidahmu. Siap-siap merasa lapar ya…
ADVERTISEMENTS
1. Di urutan pertama, apalagi kalau bukan House Of Raminten. Di sini, kamu bisa membuktikan kalau menu makanan tradisional bisa juga disajikan secara berkelas
Rumah makan ini berdiri pada tanggal 26 Desember 2008 dan bertempat di Jalan FM Noto No.7 Kotabaru Yogyakarta, sekarang sudah buka cabang juga di Jalan Kaliurang km 15,5. Yap, tempat ini merupakan sebuah rumah makan yang secara khusus menyajikan berbagai menu makanan tradisional Jawa, seperti wedang serai, brongkos, cundhuk, nasi kucing, sate lilit, hingga tahu bola. Arsitektur rumah makan ini begitu luar biasa, yakni menggunakan konsep arsiteksur tradisional Jawa. Ketika kamu bersantap di sini, setiap suapanmu akan ditemani oleh lantunan gending-gending Jawa yang menambah tenang suasana. Seragam yang khas seperti kemben misalnya, juga dikenakan oleh para pramusajinya. Satu hal lagi, di sini kamu harus membunyikan kentongan yang tersedia di meja untuk memanggil pelayan. Dijamin, makan di sini akan membuatmu terkesan.
ADVERTISEMENTS
2. Jogja dan gudeg nampaknya sudah identik. Jangan heran, kalau di kota ini ada puluhan warung yang menjual gudeg. Tapi kalau mau yang paling legendaris, silahkan singgah di Gudeg Pawon aja
Kamu harus percaya, diantara sekian banyak warung makan yang menjual gudeg sebagai menu utamanya, ada satu tempat yang paling menarik perhatian, yaitu Gudeg Pawon. Berbeda dengan warung gudeg lainnya, Gudeg Pawon ini melayani pengunjung atau tamu yang singgah langsung di dapur. Kamu sama si Gudeg Pawon ini kayanya kalah tua deh, pasalnya warung yang terletak di daerah Umbulharjo ini sudah ada sejak tahun 1958. Kalau kamu menyempatkan diri mampir ke sini, kamu bisa melihat secara langsung berbagai peralatan memasak yang digunakan dalam proses pembuatan nangka muda yang jadi manis ini. Warungnya memang sederhana, tapi tolong jangan ditanya gimana kenikmatannya.
ADVERTISEMENTS
3. Yang doyan bebakaran dan sudah lama menetap di Jogja, pasti nggak asing dengan menu sate Klathak dong. Kalau ditanya sate Klathak mana yang melegenda, ya Pak Pong jawabannya
Yang khas dari Jogja bukan hanya gudeg saja, tapi juga sate Klathak. Buat kamu pecinta daging kambing, sesekali cobalah mampir di warung sate Pak Pong yang ada di Jalan Imogiri, Bantul. Dijamin, kamu pasti pengen balik kemari lagi. Katanya sih, sate klathak di sini tidak akan bisa kamu temukan di warung-warung lainnya, karena memiliki citarasa yang khas dengan rasa lezat, walau dengan bumbu sederhana. Yakni hanya merica, garam, serta kecap saja. Karena itulah, aroma dan rasa daging kambing masih sangat terasa dan akan menamba kenikmatannya. Warung ini sudah berdiri sejak tahun 2005.
ADVERTISEMENTS
4. Bakmi Mbah Mo di Bantul rasanya juga layak dimasukkan dalam jajaran wisata kuliner legendaris Yogyakarta. Yang ini hanya satu, tak buka cabang dimana-mana
Warung bakmi Mbah Mo ini sudah berdiri sejak lebih dari 30 tahun lalu, kurang legendaris apa? Warung ini selalu dijejali pengunjung setiap malam. Dan yang paling penting, yang menjadikan rasa bakmi di warung yang letaknya di tengah kampung ini begitu luar biasa ialah setiap pesanan dimasak satu per satu. Selain itu, untuk memasak juga digunakan tungku dengan bahan bakar arang. Letaknya tepatnya berada di Desa Code, kalau kamu mau kesana, infomu harus nyempil karena letaknya cukup nyempil di tengah desa. Bakmi di warung Mbah Mo ini tidak disajikan dalam balutan rasa manis, namun justru didominasi rasa gurih yang berasal dari campuran telur bebeknya. Hmmm… dijamin harimu bakal sempurna setelah berkunjung ke warung ini.
ADVERTISEMENTS
5. Mangut lele Mbah Marto bisa jadi warung makan paling tua di Jogja. Ditanya berjualan sejak umur berapa, si mbah bilang sejak umur 20 tahunan. Itu artinya?
Namanya Mbah Marto, umurnya sudah 92 tahun. Kalau ditanya jualan mangut lele sejak kapan, beliau tidak ingat persis tahunnya, hanya menjawab mulai berjualan sejak umur 20-an. Nah, kalau dihitung dengan logika, berarti sejak 70 tahun silam dong ya, atau sekitaran tahun 45an. Widih, udah tua banget ya? Menu makanan ini berupa ikan lele yang diasap, kemudian dimasak dengan menggunakan kuah santan kuning. Banyak sebenernya warung lain dengan sajian serupa, tapi kalau kamu mau yang paling ikonik sekaligus unik, ya ini jawabannya. Letaknya tersembunyi di tengah kampung wilayah Sewon, Bantul. Pembeli yang datang akan dilayani langsung di dalam dapur yang sangat sederhana. Tapi percayalah, rasa mangut lelenya luar biasa, dan hanya Mbah Marto yang tahu apa rahasianya.
ADVERTISEMENTS
6. Yang doyan pedes, bisa kali menjajal kenikmatan sambal belut pak Sabar. Jauhnya lokasi seakan setimpal dengan kepuasan lidahmu nanti
Beralamat di jalan Imogiri Barat km 6, Dusun Dokaran, Kelurahan Tamanan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, Pak Sabar mulai membuka usahanya sejak awal tahun 90an. Kayanya udah seumuran sama kamu ya? Sambal belut adalah menu andalan dari tempat makan satu ini. Yaitu berupa belut goreng yang telah dihilangkan durinya, kemudian diuleg dengan bawang putih, garam, dan cabai. Yang membuat rasanya istimewa ialah penggunaan kencur untuk menghasilkan aroma dan rasa yang segar. Selain belut, ada juga lele dan ikan gabus yang ditawarkan di sini. Selama puluhan tahun, warung ini sukses menjadi jujugan wisatawan yang menginginkan pengalaman berbeda.
7. Karena tongseng nggak melulu kambing, tongseng ayam kampung di Bantul inipun bertahan dan selalu ramai pengunjung
Kuliner ndeso selanjutnya adalah tongseng ayam kampung yang disajikan di warung rumahan bernama Moro Seneng di Kabupaten Bantul. Sebagian warung ini berdinding gedeg atau anyaman bambu, duh kamu harus menghayati suasananya. Pemilik warung saat ini ialah Supartini, 50 tahun, yang meneruskan usaha almarhumahibunya, Mugirah. Warung ini sudah berdiri sejak tahun 1960-an silam. Harum campuran rempah dalam kuah bersantan akan menusuk hidungmu kala kamu sampai di warung rumahan ini. Wangi bawang merah, bawang putih, serai, dan daun salam akan tercium kuat kala sepiring tongseng ayam sampai di depanmu. Bumbu ini bercampur dengan santan encer berwarna kuning pucat, duh nggak sabar buat segera berangkat.
8. Kalau mau bermewah-mewahan tapi di tempat legendaris yang sudah lebih dari satu dasawarsa, menujulah ke Resto Gadjah Wong yang ada di tengah kota
Resto yang terletak di Jalan Affandi atau daerah Gejayan ini sudah terkenal dan selalu menjadi jujugan tamu dari luar kota maupun luar negeri. Kamu akan merasa istimewa karena resto ini dibagi menjadi tiga bagian yang disesuaikan dengan suguhan musiknya, yaitu jazz, tradisional Jawa, ataupun Spanish. Tanpa menjadi terlalu ramai, alunan musik yang pas mampu memberi atmosfer berbeda di tiap ruangannya. Dengan semua kelezatan yang mereka berikan, tak heran jika resto ini bisa bertahan lebih dari 10 tahun kan? Selalu ramai dan menjadi jujugan, resto legendaris ini benar-benar membuat siapapun terkesan dalam hal rasa dan kenyamanan.
9. Belum ke Jogja katanya kalau belum nongkrong di angkringan Lik Man. Usia angkringan ini sama kaya Ibumu kali ya?
Angkringan sendiri diterjemahkan sebagai tempat makan atau tempat nongkrong yang menjual berbagai menu makanan rakyat dengan harga murah meriah. Kalau kamu liburan ala backpacker, tempat ini bisa kamu jadikan jujugan. Angkringan juga sudah menjadi semacam budaya di Yogyakarta. Diantara sekian banyak angkringan di Kota Gudeg ini, ada satu yang dianggap paling ikonik dan otentik, yaitu Angkringan Lik Man. Terletak di sebelah utara Stasiun Tugu dan Jalan Malioboro, warung ini sudah berdiri sejak 1969 silam. Katanya sih, warung angkringan pertama di Kota Jogja. Yuk ngopi di sini~
10. Terakhir, resto Jepang Ai Royal Unagi menyediakan menu ikan unagi. Kamu bisa dapatkan kuliner dengan rasa original Jepang di sana!
Resto Jepang yang satu ini sudah berdiri selama 26 tahun di Jalan AM Sangaji Yogyakarta. Dahulunya bernama Resto Tenpurahana kini berubah branding menjadi Ai Royal Unagi. Resto ini sengaja tetap menjaga rasa makanan Jepang tetap original meskipun ada sedikit penyesuaian dengan lidah masyarakat Jogja. Menu andalan di sini adalah ikan unagi, ikan langka dari Jepang yang punya tekstur rasa yang nikmat luar biasa. Meskipun cukup langka, kamu bisa menikmatinya dengan harga yang relatif terjangkau di resto ini. Nggak cuman ikan unagi lho, menu macam chicken teriyaki dan yakiniku juga ada dengan harga mahasiswa. Mantap nih.
Hal yang paling menarik di Ai Royal Unagi adalah tempatnya instagrammable abis. Kamu bisa nikmatin menu Jepang dengan meja makan ala kartun-kartun Jepang yang ada bilik khusus dan penutupnya juga. Wah, selain makan kamu juga bisa selfie deh bareng gebetan. Eh temen maksudnya.
Jadi, gimana? Mari menjelajah Jogja melalui rasa. Cicipi manis, pedas, asam, dan asinnya kekayaan kuliner Jogja serta kisah di baliknya. Selamat makan!