“Mari kita sambut bersama-sama, inilah Tari Saman…”
Kemudian, penari-penari wanita mendendangkan lagu sembari menari, menepuk-nepukan dada, menjentik-jentikan jari, menggeleng-gelengkan kepala dan melakukan berbagai gerakan dalam posisi duduk berlutut sambil sesekali bangun dari duduk dan berdiri diatas lutut mereka, lalu kemudian sesekali pula membungkukan badan hingga kepala-kepala mereka nyaris menyentuh lantai.
Dan kamu menganggap itu the real ‘Saman’? Maaf, kamu salah. Yang menyajikan pun juga salah. Kesalah-kaprahan amat parah ini sudah merasuk ke seluruh lapisan masyarakat kita. Nggak cuma di Indonesia, tapi juga mancanegara. Kamu harus tahu, yang ditarikan para perempuan dalam barisan satu banjar, apalagi ada iringan musik dari luar itu bukanlah Saman. Kasihan yang bikin tari ini lho, kasian juga sama si Saman asli.
ADVERTISEMENTS
Saman itu tari tradisional, kalau yang kamu lihat itu tari kreasi, berarti bukan Saman. Kenalan dulu yuk, yang disebut-sebut Saman selama ini ternyata namanya tari Ratoeh Jaroe
Ratoeh Jaroe ini merupakan tari kreasi yang berasal dari Aceh. Biasanya disajikan dalam perayaan adat, walau sekarang sudah kerap hadir sebagai hiburan biasa. Awalnya, tari ini dibuat untuk membangkitkan kembali semangat masyarakat Aceh dari keterpurukan akibat konflik atau musibah yang terjadi sana. Jadilah, para seniman-seniman Aceh menggabungkan tari-tari tradisional yang sudah ada menjadi tari yang lebih dinamis, rampak, dan kekinian, pada tahun 2008 silam.
ADVERTISEMENTS
Tahun 2008 udah dibikin, tapi tahun 2011 baru diberi nama sebagai Tari Ratoeh Jaroe. Berangkatnya murni untuk mengembalikan semangat rakyat Aceh pasca tsunami 2004 silam. Tari ini memang komodifikasi, ada bagian dari Saman juga di dalamnya
Tari ini memang penggabungan dari beberapa tarian asal Aceh. Mulai dari Saman, Ratoeh Doek, Likoek Puloe, Ratep Meuseukat, dan Ratoeh Bantai. Tepukan dadanya dari Saman misalnya, musiknya bikin sendiri, lalu ragam formasinya dari tari tradisional Aceh lainnya. Ya tetep salah dong berarti kalau orang kebanyakan bilang tari dengan perempuan duduk dan maininin tepukan dada itu Saman. Kalau namamu Andi, apa kamu mau dipanggil Ferry? Kan enggak.
ADVERTISEMENTS
Lalu, apa dong bedanya Saman dengan Ratoeh Jaroe yang selama ini dianggap Saman? Satu hal yang paling mendasar dan mencolok ya dari jenis kelamin penarinya. Karena Saman nggak mungkin ditarikan perempuan
Di Aceh, Saman itu identik dengan laki-laki, dan Ratoeh Jaroe itu perempuan. Memang ini nggak ada aturan tertulisnya, alias hanya berdasar konsensus atau kesepakatan masyarakat saja. Sebabnya gini, Saman itu begitu akrab dengan tepukan tangan dan tepukan dada. Gerakannya mau berapa lama pun durasinya, ya hanya mengkreasikan ragam tepukan itu saja. Nah, khawatirnya kalau cewek yang menarikan maka akan nggak etis gitu. Jadilah, hingga kini Saman hanya boleh ditarikan para lelaki. Khawatir kalau cewek malah kenapa-napa. Hehe. Secara nggak langsung, masyarakat Aceh meng’haram’ kan para perempuan untuk menarikan Saman ini. Lain halnya dengan Ratoeh Jaroe, kebalikan dari Saman, tarian kreasi ini justru dentik dengan perempuan.
“Saman itu laki-laki, dan Ratoeh Jaroe itu perempuan. Memang nggak ada aturan tertulis, tapi semua orang Aceh sudah paham. Ini sudah semacam pakem, porsi, atau kodratnya gitu. Kalau Ratoeh Jaroe itu dirasa terlalu gemulai untuk ditarikan lelaki.” (Riska Gebrina, guru tari asal Aceh)
ADVERTISEMENTS
Saman itu hanya diringi musik internal saja. Kalau kamu melihat tari yang kamu sangka Saman dengan iringan musik eksternal. Fix, jangan pernah sebut itu Saman lagi
Saman itu murni hanya diiringi tepukan tangan, tepukan dada, dan syair yang dilantunkan oleh para penarinya. Kalau udah ada iringan musik rapa’i sebagai pengiringnya, yaudah itu berarti Ratoeh Jaroe. Rapa’i sendiri merupakan instrumen perkusif asli Aceh, yang dibuat dari bahan dasar berupa kayu dan kulit binatang. Bentuknya seperti rebana dengan warna dasar hitam dan kuning muda. Cara memainkannya dengan dipukul. Jadi, selain dari jenis kelamin yang menarikannya, Saman dan Ratoeh Jaroe itu berbeda dari segi musik pengiringnya ya…Catet dulu ~
ADVERTISEMENTS
Ada dua hal lagi nih yang jadi pembeda dan bisa dilihat dengan kasat mata. Yakni busana dan syair lagu yang mereka dendangkan
Tari Saman didendangkan melalui syair berbahasa Gayo, sedangkan Ratoeh Jaroe bersyair bahasa Aceh. Kalau Saman berkostum pakaian tradisional Gayo, yaitu baju kantong bermotif kerawang (pakaian dasar hitam dengan motif kuning, merah, dan hijau) serta hiasan kepala menggunakan bulang teleng dengan daun kepies atau daun pandan. Sedangkan Ratoeh Jaroe menggunakan pakaian polos merah, kuning, hijau dan lainnya berpadu dengan songket Aceh dengan penggunaan ikat kepala berwarna polos. Udah paham kan bedanya? Serupa tapi tak sama, beda banget ternyata.
Sekarang kamu sudah tahu. Setelah ini, semoga kamu nggak salah sebut lagi ya. Kasih tahu orang-orang sekitarmu juga. Semoga tak ada lagi kesalahpahaman antara kita Saman dan Ratoeh Jaroe, mengenai profil keduanya, karena kedua tarian ini jelas berbeda dan mempunyai keunikan yang berbeda pula. Filosofi dan latar belakangnya pun sudah beda. Semoga kamu nggak asal mempelajari gerak tarinya saja ya. Karena pada akhirnya, Tari Ratoh Jaroe akan tetap menjadi Tari Ratoh Jaroe, dan Tari Saman akan tetap menjadi Tari Saman. Salam Budaya!