Saat pertanyaan macam ini datang,
“Kapan mau Umroh atau haji, Bro? Kepikiran gak?”
Apakah kamu sering menjawab dengan, “Nanti lah. Pas udah tua aja. Sekarang masih muda gini, ngapain?”
Berkunjung ke tanah suci kerap diletakkan pada prioritas kedua, setelah traveling ke tempat-tempat hip lain di seluruh dunia. Kita sering menganggap punya waktu amat lama untuk bisa mendatanginya, sehingga tempat yang dekat dengan agama dan kepercayaan ini tidak masuk dalam kategori destinasi impian semasa muda.
Padahal, pergi ke tanah suci di usia muda juga tidak ada salahnya ‘kan? Di sini Hipwee akan paparkan berbagai alasannya.
ADVERTISEMENTS
1. Pergi ke tanah suci bukan cuma soal niat. Stamina dan tenagamu di usia muda masih cukup prima untuk “berjuang” di sana
Pergi ke Tanah Suci bukan sekadar ibadah dan ziarah saja, beberapa orang bahkan melabelinya sebagai “perjuangan” sebab perjalanan ini membutuhkan tenaga yang tidak bisa dibilang ringan.Perjalanan dari tanah air ke Madinah ke Mekkah yang cukup panjang akan menguras tenaga.
Di tanah suci pun energimu akan “diperas” sedemikian rupa. Tawaf mengelilingi Ka’bah, berlari-lari kecil dalam proses Tawaf, bolak-balik untuk Sa’i di Bukit Shofa-Marwah, sampai berdesakan demi memenyentuh Hajar Aswat membutuhkan energi yang tidak sedikit. Belum lagi urusan makanan yang membuat banyak Bapak-Ibu yang sudah berumur mengernyitkan dahi.
Urusan energi dan adaptasi lidah akan lebih mudah teratasi, jika kamu memilih pergi ke tanah suci selagi muda. Dengan semangat adventurer dan energi yang melimpah, ibadah yang melibatkan aktivitas fisik dalam porsi besar pun akan makin terasa mudah.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
2. Dengan kondisi yang kuat itu, kamu lebih punya kesempatan untuk beribadah dengan menolong orang lain yang membutuhkan bantuan
Kondisi tubuh yang masih prima membuka pintu kesempatan untuk melakukan ibadah jenis lain selama bertandang ke Tanah Tuhan. Di usiamu yang muda, bantuan justru bisa kamu tawarkan pada mereka yang membutuhkan.
Di tanah suci akan kamu temukan orang-orang berumur yang tetap semangat untuk beribadah. Kondisi mereka kadang sudah tidak fit dan butuh bantuan untuk menjalankan tawaf atau mencari tempat sholat. Kamu yang masih sehat bisa menyalurkan energimu untuk mereka yang membutuhkan. Menyalurkan energi positif kepada orang lain tentu tak akan membuatmu merugi.
ADVERTISEMENTS
3. Usia muda kerap dekat dengan kegalauan dan bimbang menghadapi pilihan. Pergi ke tanah suci adalah cara terbaik untuk mencari pencerahan
Tentang pendidikan, tentang karir, dan segala hal tentang masa depan yang masih abstrak di pikiranmu.
Bisa mendapatkan masa depan yang baik adalah harapan yang terus dipanjatkan oleh pribadi-pribadi seumur kita di seluruh dunia. Di tengah ketidaktahuan atas apa yang akan terjadi di masa depan, pergi ke tanah suci membuatmu bisa curhat pada Ia yang paling tepat.
Di sana kamu bisa langsung berdoa di depan Ka’bah, bahkan berusaha menyentuh Hajar Aswat yang konon dipercaya bisa melancarkan upaya permohonan doa. Ketenangan hati yang didapatkan pasca mengunjungi tanah suci harusnya bukan untuk mereka yang sudah berumur saja.
Kamu yang masih muda, dengan segala ambisi dan keinginan, justru lebih membutuhkannya.
ADVERTISEMENTS
4. Kebimbangan soal hati sepenuhnya bisa kamu curahkan di sini. Di Jabal Rahma, adalah kesempatanmu memanjatkan permohonan untuk mendapatkan pasangan sejati
Di usia muda, apa yang paling membuat hati bimbang selain soal perkara jodoh? Di usia muda yang mendekati dewasa ini, mulai muncul keinginan untuk mendapatkan dia yang bisa setia mendampingi. Dia, yang bisa jadi tempat berbagi.
Pergi ke tanah suci adalah upaya terbaik untuk mengajukan permohonan perkara jodoh. Di Jabal Rahma, tempat yang dipercaya sebagai tempat bertemunya Adam dan Hawa kamu bisa meminta agar diberi jodoh yang baik dan cocok untukmu.
ADVERTISEMENTS
5. Di sana kamu bisa mengamati bagaimana keyakinan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Menjadi manusia beriman ternyata tak seberat yang dibayangkan selama ini
Sesungguhnya ada banyak ilmu yang bisa diambil dari perjalananmu ke Tanah Suci. Di sana kamu bisa melihat dengan mata kepala sendiri, bahwa keimanan tak harus mengganggu kehidupan sehari-hari. Pedagang yang meninggalkan barang dagangan saat adzan berkumandang adalah bukti bahwa pekerjaan justru bisa berkembang selama tak meninggalkan perintah Tuhan.
Atau bagaimana pedagang-pedagang Arab sedikit fasih berbahasa Indonesia. Tanda meninggikan derajat tamu dan menunaikan perintah belajar yang jadi tiang agama paling utama. Bangunan Ka’bah yang kini telah dikelilingi fasilitas modern dan megah juga menunjukkan bahwa ada sisi-sisi dalam keyakinan yang harus mengikuti perkembangan zaman, dan berubah.
6. Sepulang dari tanah suci kamu tak akan lagi jadi orang yang sama. Pergi di usia muda membuatmu punya banyak kesempatan untuk membuat perubahan setelahnya
Perjalananmu ke Tanah Suci semakin membuka matamu tentang pilihan-pilihan hidup. Berdesakan ketika thawaf, bolak-balik di Bukit Shofa-Marwah saat Sa’i, sampai melaksanakan shalat di Masjid Nabawi membuatmu sadar bahwa manusia memang hanya setitik kecil yang lebih sering tak punya daya.
Selepas pulang dari Tanah Tuhan itu kamu akan jadi orang yang lebih bijaksana. Tidak ada gunanya mempertahankan keyakinan sampai membuat otot leher tegang. Bahkan kini bangunan mall di dekat Masjid Nabawi digunakan untuk sholat saat masjid terlalu penuh. Perubahan dan perbedaan tak perlu membuat kita mengumbar peluh.
Dan karena kamu masih muda, waktumu masih panjang dan lebih leluasa mengaplikasikan amalan ilmu yang kamu dapat di Tanah Suci. Kamu juga dapat membaginya untuk orang-orang lain di sekitarmu.
Jadi, masih mau bilang nanti untuk ke tanah suci? Yakin waktumu sepanjang itu?