“Gelak tawa, perjuangan, tangis, dan rasa haru pernah terukir di sana. Sebuah kota yang dikenal dengan gelar istimewa.
Kota sederhana yang senantiasa menyapa ramah para pendatangnya. Dengan segala kekurangan dan kelebihan yang ada, kota ini tetap jadi tempat yang akan selalu kuingat sepanjang masa, Yogyakarta.”
Ingatanku terbawa kembali ke beberapa tahun belakang. Saat aku datang ke kota ini dengan semangat untuk belajar. Ya, cita-citaku jelas tidak jauh berbeda dari orang kebanyakan. Yakni pulang dengan membawa gelar sarjana, bekal ilmu yang kurasa penting untuk mengarungi hidup selanjutnya.
Harus kuakui bahwa aku sudah jatuh cinta sesaat kaki kupijakkan di tanah kota ini. Keramahan dan ketulusan yang terasa hampir di setiap sudut kota, membuatku merasa di terima. Pria-pria tua yang dengan ikhlas mengulurkan tangan, mengumbar senyuman, dan memberikan bantuan di Stasiun Tugu adalah menjadi ‘hidangan pembuka’ yang menyentuh hati.
ADVERTISEMENTS
Tak berlebihan jika banyak orang yang mengaku jatuh cinta dengan kota ini. Keistimewaannya selalu bisa ditemui di setiap sisi
Siapapun yang pernah datang berkunjung ke Yogyakarta tentu tahu mengapa kota ini begitu layak dicinta. Senyum yang tak pernah lepas diurai penduduknya, makanan murah nan nikmat yang siap mengisi perut keroncongan, hingga berbagai atraksi jalanan yang siap menghibur para pejalan menjadi sedikit dari sekian banyak alasan mengapa kota ini sulit lepas dari ingatan.
Tidak hanya itu saja. Berbagai kejutan lainnya siap menyambutmu bahkan sampai ke gang-gang kecilnya. Mata-mata penuh binar dan tundukan penuh kerendah hatian adalah sajian standar jika ada dua orang yang saling berpapasan. Rasanya tanpa perlu saling bertegur sapa, pendar dari wajah mereka sudah membuat banyak orang merasa diterima.
Kesantunan warga Yogyakarta juga membuatku merasa begitu jatuh hati sejak pertama kali datang ke sini. Ya, kota ini memang menawarkan kesederhanaan yang menghangatkan. Pesonanya tidak datang dari gemerlap kehidupan malam atau riuh rendah suara tempat hiburan. Namun dengan kesederhanaannya Yogyakarta selalu berhasil mengambil hati setiap orang yang datang kepadanya.
ADVERTISEMENTS
Mungkin hanya di Yogyakarta saja aku bisa melihat becak dan delman masuk ke jalan utama. Seolah tak ada perbedaan strata yang membuat orang-orang dikotak-kotakkan dengan tunggangan yang mereka punya
Rasa kagumku langsung terkembang saat melihat kendaraan sederhana seperti becak dan delman memasuki ruas-ruas jalan utama. Toleransi para pengguna kendaraan bermotor yang menunggu dengan sabar di belakangnya adalah contoh nyata bahwa kota ini memang akrab dengan sikap saling menghargai.Terlihat sederhana memang, tapi toh sulit rasanya menjumpai situasi serupa di tempat lainnya.
Kota ini melalui kebiasaannya seolah mengajarkan kita tentang banyak hal. Bahwa siapapun kamu boleh datang dan diterima di sini. Kota yang dengan terbuka juga menerima berbagai suku, agama, dan ras untuk datang berkunjung. Baik sebagai pelancong, pelajar, atau mungkin orang yang ingin datang untuk benar-benar tinggal. Semuanya diterima dengan tangan terbuka di sini, tanpa terkecuali.
ADVERTISEMENTS
Melewatkan waktu di kotamu adalah pengalaman yang menyenangkan. Bersama teman seperjuangan, ada banyak kenangan terukir di kotamu yang tenang
Jalanan kota ini adalah saksi bisu perjuangan yang telah dilewatkan bersama teman lainnya. Saat pertama berstatus sebagai mahasiswa, ada banyak waktu yang kami habiskan bersama untuk menyusuri berbagai tempat. Bersendau gurau di nol kilometer, menyantap sajian khas angkringan saat uang tabungan mengering di akhir bulan, berjibaku dengan tugas kuliah yang menjemukan adalah kenangan hidup yang akan terus kuingat hingga rambutku beruban.
Kotamu selalu punya sejuta alasan untuk membuat senyum orang terkembang. Bagi perantau sepertiku, kota ini bukan hanya menjadi tempat belajar yang ideal. Kota ini menyediakan kehangatan yang sama besarnya seperti kota kelahiran. Pertemuan dengan sahabat-sahabat terbaik adalah episode hidup dari Tuhan yang indahnya tidak mungkin bisa kulupakan. Harus kuakui, terlalu banyak kenangan manis yang terukir di sini.
Saat akhir minggu datang, aku dan teman-temanku akan merencanakan perjalanan. Dengan dalih mencari hiburan karena penat dengan tugas kuliahan, kami menjadi sedikit liar memburu kesenangan. Mulai dari menikmati kopi di kafe murahan, menyusuri pantai-pantai eksotis di Gunung Kidul, sampai dengan menyelinap keluar kota menikmati hutan pinus Imogiri semuanya telah dilewatkan. Rasanya tidak pernah ada kata puas menjalani setiap kelok tubuh yang penuh dengan kejutan.
ADVERTISEMENTS
Menumpahkan segenap tenaga dan upaya demi menggapai gelar sarjana adalah alasan aku ada di sini. Terimakasih karena telah menjadi kota ramah yang membuat segalanya lebih mudah di jalani
Hari-hari yang kujalani di sini diisi dengan kegiatan akademik yang cukup banyak menyita waktu dan tenaga. Terkadang segala tuntutan perkuliahan membuat kepalaku ingin pecah. Namun entah dari mana datangnya, selalu ada kekuatan yang datang menyapa semangatku yang suka sekali mengendur. Sapaan bapak penjual soto di pagi hari, keramahan ibu perpus, sampai dengan teguran warga sekitar seolah menjadi asupan energi yang membuatku bersemangat kembali.
Mereka tidak pernah enggan menyemangatiku kala harus berjuang pergi kuliah di pagi hari. Membekali perantau sepertiku dengan doa tulus yang terlontar begitu saja. Seperti seorang ibu yang selalu mendoakan anaknya meski jauh dari sana. Kalimat-kalimat seperti: “Hati-hati ya mbak, kuliah yang baik”, “Semoga cepat lulus ya”, adalah deretan kata manis yang senantiasa menemani hariku. Terimakasih Yogyakarta karena tubuhmu dihuni oleh orang baik sebegitunya.
ADVERTISEMENTS
Seiring dengan berjalannya waktu, aku tahu bahwa ada perubahan yang terjadi tanpa bisa ditahan. Sisi lengang yang dulu ada kini mulai digusur dengan bangunan tinggi dan ramainya para pendatang
Jujur aku masih mengingat wajah kota Yogyakarta beberapa tahun silam. Saat itu pembangunan memang sudah banyak dilakukan, namun rasanya belum terlalu padat seperti sekarang. Masih banyak tempat-tempat kosong yang bisa kujumpai di sepanjang jalan. Pohon-pohon teduh nan rindang yang bisa melindungi para pejalan dari sengatan matahari membakar. Namun kini, perlahan tapi pasti situasi itu mulai berubah menjadi kenangan.
Tingginya pembangunan hotel, apartemen, dan kantor adalah cerita keseharian yang mulai akrab di pandangan. Kuakui bahwa terkadang para pendatang seringkali bersikap kurang arif dengan melakukan pembangunan tanpa cukup perhitungan. Banyak masyarakat lokal yang juga mengeluh dengan semakin rapatnya bangunan. Mungkin mereka gusar dengan pembangunan yang gila-gilaan. Mereka rindu kota Yogyakartanya yang dulu begitu dekat dengan kesederhanaan.
Mungkin hanya kata maaf yang bisa kuhantarkan dengan kebinalan pembangunan yang kini banyak terjadi. Maaf jika kota yang dulunya syarat dengan ketenangan kini mulai diganggu dengan keserakahan para pengembang yang haus keuntungan. Semoga kota Yogyakarta selalu istimewa dengan semua perubahan yang menyertainya.
ADVERTISEMENTS
Seperti apapun kotamu nantinya, percayalah bahwa Yogyakarta adalah tempat teristimewa yang pernah kupijak, yang pasti akan kuceritakan pesonanya pada anak cucuku kelak
Aku hanyalah pembelajar yang sebentar lagi menamatkan masa kuliahnya di kota mungil ini. Sebentar lagi, aku akan kembali melanjutkan kehidupan di kota asal. Tentu aku akan sangat merindukan semua kenangan yang tersisa di dalamnya. Mulai dari makan di burjo andalan, menyantap wedang ronde langganan di sekitar bunderan UGM, atau menyusuri jalanan malam dengan teman untuk mencoba aneka kuliner pinggir jalannya.
Lima atau sepuluh tahun dari sekarang rasanya kota ini pasti akan semakin berubah. Mungkin nantinya ketika aku punya kesempatan untuk mendatangi kota ini lagi, akan ada banyak sisi kota yang kukenali. Tapi satu yang pasti semua cerita tentang berapa istimewanya kota ini akan selalu terkenang. Cerita-cerita manis yang terukir di sini kelak akan kuceritakan pada anak cucuku nanti.
Dari perantau
yang begitu mengaggumi setiap sudut kotamu
Featured Image by: nikenike.wordpress.com