Para pendaki Gunung Ciremai akhir-akhir ini sedang mengalami keresahan dan tengah dihebohkan oleh suara macan dari kawasan Pos 1 Cigowong jalur pendakian Ciremai via Palutungan, Desa Cisantana, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan atau di ketinggian sekitar 1450 meter di atas permukaan laut (mdpl). Siapa yang nggak was-was kalau begini? Tapi sebenernya, kata pengelola di sana, suara macan itu sudah ada kok sejak tahun-tahun yang lalu. Lantas, apa iya macan-macan itu makin gaduh lantaran mereka merasa terusik oleh keramaian para pendaki?
ADVERTISEMENTS
Suara macan sering terdengar jelang malam hari, yakni sekitar pukul 18.00 WIB. Tapi bukan akhir-akhir ini saja, beberapa tahun lalu salah seorang pengelola sempat melihat wujud macan itu
Dilansir dari kabar-cirebon.com, macan yang sempat dilihat salah seorang pengelola Gunung Ciremai itu berwarna hitam dan berada di sekitar lembah blok Kinina sebelum Pos 1 Cigowong. Sejak dulu, suaranya juga sudah pernah terdengar, namun akhir-akhir ini memang makin sering. Dikatakan Nana Kusna, salah seorang pengelola, sejak ramainya pendakian dan warung di Pos 1 Cigowong, suara macan itu makin rutin terdengar dan berputar-putar arah selepas pukul 18.00 WIB atau ketika hari mulai petang.
ADVERTISEMENTS
Aktivitas mendaki gunung saat ini seakan telah menjadi semacam tren demi predikat gaul dan kekinian. Nggak ada yang salah dengan itu, selama kamu bisa menjaga kelakuan dan keseimbangan alam
“Saya mengasumsikan mungkin macan sudah merasa terusik dengan banyaknya keramaian. Kemungkinan dengan adanya suara macan itu merupakan peringatan agar jangan sampai mengusik kawasannya, meskipun keberadaan macan itu dipastikan tidak apa – apa. Beberapa tahun yang lalu saya sempat melihatnya langsung seekor macan berwarna hitam,” ungkap Nana Kusna, dilansir kabar-cirebon.com
Hal yang sama juga disampaikan pengelola pendakian Gunung Ciremai lainnya yang bernama Endun. Tak hanya mendengar, dia bahkan mengaku sering melihat macan itu di jalur pendakian Pos 1 Cigowong nyaris setiap malam hari. Bisa jadi mereka memang tengah terusik akan makin banyaknya manusia yang seakan “menjajah” habitatnya. Sebagai seorang pendaki yang identik dengan pecinta alam, kamu baik-baik ya sama alam raya ini, karena hukum karma pasti berlaku. Kalau kamu baik sama alam, dengan nggak nyampah sembarangan misalnya, dengan nggak pernah memburu binatang liar, alam pun tak akan berlaku buruk terhadapmu.
ADVERTISEMENTS
Taman Nasional Gunung Ciremai itu memang merupakan kawasan konservasi, tempat hewan-hewan liar seperti macan hidup. Salah satu cara meminimalisir agar tak ada kontak langsung, mendakilah di jalur resmi
Perjumpaan dengan hewan adalah hal yang lumrah terjadi dalam setiap petualangan, apalagi kalau kamu memang sedang bertualang di wilayah yang termasuk kawasan konservasi seperti Gunung Ciremai ini. Kamu nggak akan bisa mengusir mereka, karena dibanding banyaknya pendaki yang datang ke sini, bisa jadi mereka yang lebih dulu ada kan? Jadi, kalau misal harus ada salah satu yang pergi, itu bukan para macan itu, tapi ya manusianya. Kalau kamu masih tetep pengen datang dan bertualang di kawasan konservasi yang masih banyak hewan liarnya, alangkah baiknya kalau kamu siapkan mental dulu, dan sedikit belajarlah mengenai teknik terbaik yang bisa dilakukan saat harus berhadapan langsung dengan mereka di alam raya ini.
ADVERTISEMENTS
Selalu ingatlah kalau posisimu saat bertualang atau mendaki di alam bebas ialah sebagai tamu, jadi sebisa mungkin jangan pernah mengganggu si “tuan rumah” ya…
“Meskipun populasi macan itu ada di dekat kawasan jalur pendakian khususnya di Palutungan, namun tidak akan langsung menerkam. Karena sejatinya hewan tersebut dari jarak 2 kilometer sudah mencium aroma manusia dan mangsa. Selain itu juga, macan liar berusaha menghindar dari manusia, kecuali kalau ada manusia yang mengganggu habitat serta anak-anaknya,” jelas Idin Abidin, Tenaga Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan Taman Nasional Gunung Ciremai, dilansir dari okezone.com
Ya, satu hal yang harus kamu camkan dan pahami baik-baik, kalaupun pada akhirnya macan-macan itu menyerang, alasannya pasti cuma satu, karena terusik oleh kehadiran manusia sehingga memunculkan sikap defensif sebagai pertahanan dirinya. Siapa sih yang mau habitatnya diganggu?
ADVERTISEMENTS
Seiring banyaknya laporan dari para pendaki tentang suara macan itu tadi, akhirnya pihak pengelola sepakat melakukan pengamatan dengan memasang kamera jebakan (trap). Semoga semuanya tetap aman~
Dengan adanya suara-suara macan, sejatinya hal ini juga membuktikan bahwa populasi mereka masih ada. Ketika pengamatan dilakukan di kawasan lereng utara Ciremai menggunakan kamera jebakan, berhasil terekam keberadaan macan tersebut. Sedangkan untuk kawasan Cigowong, pengamatannya belum dilakukan. Semoga segalanya tetap aman terkendali ya..
Eh tapi ada juga yang mengaitkan keberadaan macan ini dengan sebuah mitos di Gunung Ciremai. Yaitu tentang Nyi Linggi dan dua macan tutulnya. Konon, Nyi Linggi ini merupakan sosok yang menggantikan pertapaan dari Sunan Gunung Jati di Gunung Ciremai. Dulu, kemanapun dia pergi selalu ditemani oleh dua macan tutul. Nah, menurut kisah tutur yang beredar di kalangan pendaki, sebelum Nyi Linggi sempat menyelesaikan semedinya, dua macan itu menghilang. Beberapa pendaki ada yang bilang juga kalau sempat melihat macan-macan ghaib di Gunung Ciremai ini. Sekadar informasi aja sih. Semoga kamu bisa bedain mana yang gaib mana yang asli ya, hehee…
Salam Lestari!