Sisi Lain Dari Traveling Yang Jarang Dibicarakan Orang

Setelah banyak membaca dan mendengar pengalaman seru soal traveling, kamu akhirnya memberanikan diri untuk menyusun agenda perjalananmu sendiri. Kamu tetap bersemangat dan akhirnya berhasil pergi ke tempat yang kamu tuju. Di sana kamu pun mendapat banyak pengalaman dan pelajaran yang memberimu perspektif baru dalam memandang hidup.

Tapi ketika perjalanan usai dan kamu harus kembali ke rumah, sudahkah kamu memikirkan hal-hal yang mungkin akan kamu hadapi? Apa iya hidupmu akan lebih mudah dan bahagia setelah pulang? Mungkin kamu justru akan menghadapi hal-hal ini:

ADVERTISEMENTS

1. Kamu Akan Jadi Pusat Perhatian Keluargamu, Tapi Nggak Lama-Lama

Dijemput keluarga

Dijemput keluarga via 3.bp.blogspot.com

Ketika pulang ke rumah dari perjalanan jauh, kamu mungkin akan jadi pusat perhatian dan objek pencurahan rasa sayang keluargamu. Seluruh anggota keluarga akan menyambutmu dengan suka cita, bahkan mulai dari saat kamu menjejakkan kaki di terminal kedatangan bandara.

Teman-teman kamu pun mungkin akan bertanya kabarmu: sekedar minta oleh-oleh atau ingin mendengar cerita tentang tempat-tempat yang kamu kunjungi.

Tapi setelah 2 minggu kepulanganmu, semuanya akan kembali berjalan normal. Mereka akan kembali menganggap keberadaanmu di samping mereka biasa saja. Ketika kamu mulai bercerita panjang lebar tentang petualanganmu, mereka akan berkata bahwa kamu udah cerita hal yang sama 3 kali.

Ketika kamu nge-tweet “Duh, kangen banget sama Singapore! #secondhome”, mereka pun akan memutar bola mata dan bilang “Iya, iya…”

ADVERTISEMENTS

ADVERTISEMENTS

2. Kamu Akan Kembali Dihadapkan Pada Realita

Suka tidak suka kamu harus kembali ke kehidupan lamamu

Suka tidak suka kamu harus kembali ke kehidupan lamamu via www.huffingtonpost.com

Mungkin kamu adalah satu-satunya orang di keluargamu yang pernah menginjakkan kaki di Eropa. Eits! Tapi itu nggak akan membuat kamu bebas dari tugasmu sebagai pelajar.

Mereka akan tetap bertanya tentang kapan kamu lulus kuliah. Petualanganmu tidak akan bisa membuatmu lepas dari kewajiban-kewajiban hidup yang sempat untuk beberapa waktu kamu tinggalkan.

Ketika kamu harus mengakhiri kegiatan yang kamu suka dan kembali ke realita, kamu mungkin juga menemukan bahwa susah bagimu untuk memulai segala sesuatunya lagi. Kamu tak lagi passionate menuntaskan kewajiban-kewajibanmu. Kamu hilang minat untuk kembali ke kantor dan pekerjaan lama. Traveling sudah menjadikanmu orang yang berbeda dari sebelumnya.

Tapi, orang-orang terdekatmu tentu tak akan mau tahu. Kewajiban tetap kewajiban, dan realita tetap harus dihadapi dengan benar.

ADVERTISEMENTS

3. Kamu Akan Dibingungkan Pada Pilihan-Pilihan Hidup Yang Akan Menyapamu

Terlalu banyak pilihan hidup membuatmu bingung

Terlalu banyak pilihan hidup membuatmu bingung via hazelyule.com

Kalaupun setelah traveling kamu tidak terikat kewajiban menuntaskan tugas atau pekerjaan, kamu toh akan tetap dihadapkan pada pertanyaan kemana kamu akan melanjutkan arah hidupmu. Apakah kamu akan melanjutkan sekolah, mencari pekerjaan, atau rencana lainnya? Yang mana yang sebenarnya kamu mau?

Fakta bahwa kamu sekarang adalah orang yang berbeda setelah pulang traveling mungkin membuat keinginan-keinginan dan cita-citamu yang dulu berubah total. Orang-orang terdekatmu akan kaget dan mungkin tak bisa begitu saja menerima perubahan cita-citamu itu.

ADVERTISEMENTS

4. Dirimu Yang Baru Tetap Harus Beradaptasi Dengan Lingkungan Lamamu

Selama traveling, kamu akan belajar tentang budaya baru dan bertemu dengan orang-orang yang berbeda. Mungkin pemikiranmu akan menjadi lebih luas karena itu. Misalnya, kamu belajar lebih dalam tentang ide-ide Hak Asasi Manusia dan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Kamu pun mengamini apa yang sudah kamu pelajari.

Sayangnya di kampung halamanmu, posisi laki-laki dan perempuan masih relatif tradisional. Ketika kamu kembali pulang, kamu pun dihadapkan pada tuntutan peran yang “harus” kamu jalani sebagai perempuan atau laki-laki.

Hatimu mungkin terganggu, tapi kamu tidak bisa mudah saja berteriak menentangnya. Kalau kamu terlalu idealis, bisa-bisa kamu dianggap durhaka seperti kacang yang lupa pada kulitnya. Penyesuaian nilai dan budaya tetap harus kamu lakukan. Ini bisa jadi tantangan tersendiri yang tidak mudah dilewati.

ADVERTISEMENTS

5. Kamu Bakal Kangen Tempat-Tempat Yang Sudah Kamu Kunjungi

Kenyataan bahwa diri kamu yang sekarang sudah tidak bisa lagi sepenuhnya beradaptasi pada lingkungan rumahmu membuat kamu sering rindu dengan tempat yang sudah kamu kunjungi. Entah bagaimana kamu merasa home sick justru ketika kamu sudah ada di rumah.

Definisi rumah tidak lagi hanya merujuk pada tempat kamu berasal, tapi lebih merujuk pada tempat yang membuat kamu merasa nyaman. Jika kamu bisa berkompromi dengan keadaan ini, kamu mungkin bisa jadi orang yang lebih bijak dalam memandang hidup. Tapi jika tidak, kamu malah bisa terjebak dan mungkin kehilangan arah dan kepribadian.

7. Kamu Merasa Sudah Belajar Banyak Hal Baru, Tapi Seberapa Kontributif Itu Bagi Masa Depanmu?

Seberapa bergunakah pengalaman yang kamu dapatkan di perjalanan?

Seberapa bergunakah pengalaman yang kamu dapatkan di perjalanan? via crookedtrails.org

Kamu sudah bertualang kemana-mana. Kamu mengerti cara mengucapkan salam dalam enam bahasa. Tentu banyak hal yang sekarang kamu tahu. Tapi, pernahkah kamu bertanya seberapa aplikatif pengetahuan itu bagi hidupmu? Apakah pengetahuan itu lantas menentukan jenis pekerjaan atau kualitas kehidupanmu di masa depan?

Sebagaimana halnya nilai hidup dan kebiasaan, pengetahuan yang sudah kamu dulang selama traveling juga harus mengalami penyesuaian. Kamu tidak bisa mengajak keluargamu yang orang Minang cas-cis-cus dalam bahasa Jawa. Kamu tidak bisa ceramah kemana-mana soal budaya suku Muisca di Kolombia kalau profesimu di dunia nyata adalah dokter gigi.

Bahkan kalau kamu sudah resmi menyandang predikat S-2 dari universitas luar negeri, ijazahmu masih harus kamu ajukan ke DIKTI (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi) untuk disetarakan.

8. Orang-orang Akan Berekspektasi Lebih Terhadapmu

Orang-orang memasang ekspektasi tinggi karena kamu dianggap punya pengalaman banyak

Orang-orang memasang ekspektasi tinggi karena kamu dianggap punya pengalaman banyak via viatortravel.tumblr.com

Karena kamu traveler, orang-orang akan berharap mendapat ilham atau cerita seru saat berbicara denganmu. Mereka pun akan berekspektasi bahwa kamu adalah orang yang cerdas, luwes, dan pastinya sukses.

Sayangnya, definisi ‘sukses’ bagi kamu dan mereka tak melulu sama. Dari perjalanan yang kamu lakukan kamu belajar bahwa sukses tidak harus berarti jadi dokter atau pekerja kantoran. Menjadi penari atau peneliti alam liar pun bisa adalah kesuksesan, asalkan punya makna dan bisa bikin bahagia.

Tapi beberapa orang akan “kecewa” begitu tahu soal pilihan hidupmu. “Wah, udah keliling dunia, tapi kok ‘cuma’ jadi bisa begitu…” Bahkan mungkin ada yang jadi malah berpikir bahwa perjalanan yang kamu lakukan justru membawa dampak buruk bagimu.

9. Tapi, Kamu Bisa Memilih Untuk Tetap Jadi Dirimu Yang Baru Atau Kembali Ke Dirimu Yang Dulu

Pada akhirnya keputusan tetap ada ditanganmu

Pada akhirnya keputusan tetap ada di tanganmu via images.huffingtonpost.com

Sekarang kamu punya dua pilihan: berani keluar dari zona nyaman lingkungan lamamu atau menjadikan traveling sekedar hobi yang dampaknya cukup ada di masa lalumu saja.

Ingatlah bahwa tujuan mula perjalanan yang kamu lakoni adalah bersenang-senang dan mengembangkan diri. Jika kamu merasa bahwa dirimu sudah berkembang lebih baik dari sebelumnya, apa kamu rela untuk serta-merta kembali ke dirimu yang dulu lagi?

Tapi tentu saja yang namanya ‘berkembang’ itu juga berarti menyesuaikan diri dengan keadaan sekitar. Ini berlaku nggak cuma saat kamu ada dalam perjalanan, tapi juga saat kamu sudah kembali pulang.

Semoga kita jadi lebih bijak dalam memanfaatkan apa yang kita dapat dari traveling, ya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Hobi traveling, dengerin musik dan nonton serial tv.