Pandemi Corona memang dampaknya luar biasa. Banyak negara yang harus berdarah-darah menanggulangi penyakit Covid-19 termasuk dampak ekonominya yang sangat dahsyat. Jangan terkejut apabila banyak negara yang harus mengalami kejatuhan ekonomi di tahun ini. Tak terkecuali negara-negara yang selama ini punya fondasi ekonomi stabil sekalipun.
Contoh paling baru dan terdekat adalah Singapura. Negara terdekat dengan RI ini harus mengalami resesi ekonomi setelah pengumuman minusnya pertumbuhan ekonomi di kuartal 2 pada Selasa pagi (14/7). Bagaimana negara maju seperti Singapura bisa terkena resesi ekonomi terdampak Corona? Yuk simak ulasannya di artikel berikut.
ADVERTISEMENTS
Selasa pagi, pemerintah Singapura mengumumkan pertumbuhan ekonomi di kuartal 2 tahun 2020 dengan hasil -41,2 persen. Hal ini menandakan Singapura memasuki jurang resesi ekonomi
Singapura mengalami resesi ekonomi setelah pertumbuhan ekonomi di kuartal II minus 41,2 %. Data yang ditunjukkan Kementerian Perdagangan dan Industri (MTI) Singapura, mengonfirmasi hal ini, Selasa (13/7/2020) pagi waktu Singapura. Dikutip dari CNBC, ekonomi Singapura mengalami kontraksi 41,2% di kuartal II 2020 jika dibandingkan dengan kuartal I 2020. Kondisi ini lebih dalam dari survei Reuters yang diprediksi di angka 37,4%.
Resesi Singapura selain karena ambruknya sektor perdagangan dan jasa, terutama sektor pariwisata yang sedang anjlok karena pandemi. Hampir bisa dikatakan sektor-sektor andalan Singapura inilah tulang punggung ekonomi negeri Singa. Dengan kondisi lockdown seperti ini, resesi ekonomi tidak terelakkan. Tidak ada turis datang, tidak ada uang datang ke sana. Apalagi jumlah penduduk Singapura tidaklah banyak, hanya 5,7 juta sehingga belanja konsumsi domestik tidak terlalu banyak membantu naiknya ekonomi nasional.
ADVERTISEMENTS
Lalu, apa dampaknya dengan ekonomi Indonesia? Akankah RI juga turut terkena resesi ekonomi di kuartal 2 nanti?
“Dengan memburuknya ekonomi Singapura akan berdampak terhadap perekonomian Indonesia yang selama ini merupakan mitra bisnis yang sangat strategis,” kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim seperti dikutip Kompas.
Dampaknya langsung terasa pada perekonomian Indonesia yang merupakan mitra bisnis Singapura. Singapura merupakan negara tujuan ekspor non-migas terbesar ke lima dan merupakan yang terbesar di ASEAN. Salah satunya adalah kebutuhan barang dan jasa Singapura akan lesu sehingga menciptakan tren negatif bagi mitra kerjanya. Tentu saja tak terkecuali Indonesia yang merupakan mitra strategis.
Nilai mata uang rupiah melemah terhadap dolar AS dan ditutup pada level Rp 14.450 per dollar AS. Melemah 25 point dari level penutupan sebelumnya. Meski Indonesia masih mengalami pertumbuhan ekonomi positif di kuartal I bersama India dan China, diprediksi RI juga akan mengalami pertumbuhan minus di kuartal II, bahkan tak menutup terjadi resesi seperti di Singapura. Jika tidak hati-hati, ekonomi di RI juga ikut jebol terdampak resesi.
Semoga saja di pengumuman pertumbuhan ekonomi di kuartal II pada bulan Agustus nanti, ekonomi Indonesia masih dalam pertumbuhan positif.